muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Kamis, 27 Januari 2011

Memantapkan Cinta di Hati yang Terpilih

·Dulu... aku pernah melakukan ta’aruf, namun kandas ditengah jalan. Hal ini karena pasanganku merasa ragu...
Keraguan, biasanya datang karena merasa tidak cocok, merasa takut, takut untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, takut tidak bisa membahagiakan pasangan, takut karena merasa diri tidak sempurna, takut pasangan tidak menerima segala kekurangan, dan begitu banyak alasan lainnya.

Ya, begitulah kehidupan, dimasa ta’aruf (perkenalan) sudah sampai akhir, kini dua hati harus memutuskan dua pilihan, tangan terbuka atau tertutup. Bila tangan terbuka yang dipilih maka ikhtiar cinta membentangkan jalan lapang menuju pelaminan.  Jika pilihan itu tangan tertutup, jadikanlah perpisahan itu dengan bingkai yang baik.

Menjatuhkan pilihan merupakan hal yang menegangkan, kita di tuntut jeli mencermati bisikan jiwa yang menfatwakan bahwa itulah pasangan jiwa sejati. Namun bisikan itu teramat halus, telinga tak mampu untuk mendengarnya, namun pendengaran hatilah yang diminta untuk menajamkan perannya.

Betapa beratnya mengambil keputusan ketika ta’aruf hanya terhitung bulanan, minggu atau beberapa hari saja.  Sementara mahligai pernikahan itu akan berlangsung hingga akhir hayat lamanya.
Keputusan harus segera diambil, sementara modal dasar atau data-data pendukung sangatlah minim.  Apakah cukup dengan segala keterbatasan mengambil keputusan yang besar?

Mintalah pada Allah agar bisikan itu adalah keteguhan yang mantap. Hingga kedepannya tak ada lagi sedikitpun rasa sesal dengan resiko apapun dari sebuah pilihan. Kita tak perlu takut dengan resiko hari esok, tapi yang patut dikhawatirkan adalah keraguan saat memutuskan pilihan.

Jika resiko salah pilih terbentang dihadapan, kita masih bisa bangkit memperbaikinya dengan modal keyakinan sejak awal. Artinya masih ada harapan untuk merubah takdir ke arah yang cemerlang. Namun  bila diterkam ragu, apa yang bisa diperbuat? Tidak ada. Sebab segala yang dimulai dengan ragu, ujungnya adalah ketidakpuasan yang merusak jiwa. Oleh karena itu, lepaskan diri dari belenggu keraguan.

Pilihan "ya" atau "tidak" memiliki konsekuensi yang luar biasa, bila “ya” maka menjadikan dua insan bersatu lahir batin. Seiring itu pula dipundak masing-masing dipikul amanah selaku suami istri. Namun jika pilihan “tidak” maka akan memisahkan kedua insan tersebut. Dan alangkah baiknya berpisah secara baik seperti indahnya jumpa pertama.

Alangkah baiknya kita melibatkan Allah dalam menentukan pilihan. Panjatkan doa setelah sholat untuk memohon hidayah yang terang.
Allahumma inna nas aluka muujibaati rahmatika wa’azaaima maghfiratika wa salamah min kulli itsmin wal ghaniyyah min kulli birrin wal fauza bil jannah wannajata minannaar.
Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu kepastian mendapat rahmatMu, kemauan yang teguh terhadap ampunanMu, selamat dari dosa, memperoleh setiap kebaikan, berhasil mendapatkan syurga dan selamat dari api neraka.

Yang diminta adalah kepastian rahmat Allah berupa jodoh yang menggandeng kita sakinah dunia akhirat. Yang dimohon hanyalah kepastian agar kegamangan dan keraguan tidak merusak hati. Karna yang diminta rahmat jodoh menuju gerbang mulia agar mendapat ampunan dari segala dosa dan terhindar dari neraka. Dan yang diharapkan adalah rahmat yang membuka banyak pintu kebaikan dan syurga yang diberkahinya.

Kita tidak akan tau akan hari esok, oleh karena itu keputusan tepat memantapkan pilihan cinta hari ini merupakan gambaran cemerlang masa mendatang. Tiada guna merisaukan bagaimana hari esok, namun lebih bermanfaat meneguhkan hati sejak keputusan besar itu dijatuhkan.

Ya Allah, tidak ada keputusan yang benar kecuali atas petunjukMu, tidak ada keteguhan atas pilihan kecuali dari hidayahMu, dan tiada ketentraman kecuali keputusan ini berlandaskan atas cintaMu.
Berkahi dan redhoilah setiap denyut cinta di nadiku.






Ta'aruf Solusi Pengganti Pacaran

Taaruf bisa diartikan sebagai perkenalan. Namun dalam praktek sehari-hari ada yang menggunakan kata taaruf sebagai suatu proses sebelum ikhwan dan akhwat menjalani pernikahan. Dalam taaruf, mereka saling mengenalkan keadaan diri masing-masing, bila cocok bisa dilanjutkan ke proses khitbah dan bila tidak maka proses akan dihentikan. Mungkin seperti itu secara sederhananya, walaupun pada prakteknya bisa begitu rumit dan kompleks.

Pacaran adalah suatu hubungan dekat yang dibuat oleh 2 orang (biasanya lawan jenis) tanpa ada ikatan resmi. Biasanya pacaran dilakukan karena adanya rasa saling suka. Dalam pacaran kadang disertai aktivitas yang terlalu intim dan dilarang agama, namun ada juga yang masih bisa menjaga dirinya masing2. Dalam hubungan pacaran, bisa jadi ada rencana pernikahan, namun kebanyakan belum memikirkan ke arah pernikahan. Dan bagi yang memikirkan pernikahan pun ada yang mau nikah dalam waktu dekat dan ada yang masih lama rencana nikahnya. Namun, persepsi umum dari pacaran adalah aktivitas intim (kedekatan) yang dilakukan 2 orang yang masih belum resmi menjadi suamu istri. Kedekatan itu bisa kedekatan secara fisik dan bisa jadi kedekatan komunikasi.

PACARAN vs TAARUF

Nah, yang ingin saya soroti sekarang adalah ada orang-orang yang berniat ta’aruf namun dalam prakteknya mereka berbuat aktivitas seperti layaknya orang pacaran. Sehingga niat menikah pun menjadi tertunda gara-gara mereka sudah merasa dekat, dan mereka puas dengan kedekatan itu sehingga tidak jadi memikirkan ke arah pernikahan.

Adapun perbedaan pacaran dengan ta’aruf yaitu:
1. Tujuan
- taaruf     : mengenal calon istri/suami, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pernikahan.
- pacaran : mengenal calon pacar, dengan harapan ketika ada kecocokan antara kedua belah pihak berlanjut dengan pacaran, syukur-syukur bisa nikah dan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat.

2. Kapan dimulai
- ta’aruf    : saat calon suami dan calon istri sudah merasa bahwa menikah adalah suatu kebutuhan, dan sudah siap secara fisik, mental serta materi.
- pacaran : saat sudah diledek sama teman:"koq masih jomblo?", atau saat butuh temen curhat, atau saat taruhan dengan teman.

3. Pertemuan
- ta’aruf : pertemuan dilakukan sesuai dengan adab bertamu biasa, dirumah sang calon, atau ditempat pertemuan lainnya. Hanya semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan dalam koridor syari`ah Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari keluarga calon istri atau dari calon suami. Sehingga tidak dibenarkan untuk pergi jalan-jalan berdua, nonton, boncengan, kencan, ngedate dan seterusnya dengan menggunakan alasan ta`aruf. Dan frekunsi pertemuannya, lebih sedikit lebih baik karena menghindari zina hati.  

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِي مَحْرَمٍ
“Jangan sekali-kali salah seorang kalian berkhalwat dgn wanita kecuali bersama mahram.”

Hal itu krn tidaklah terjadi khalwat kecuali setan bersama keduanya sebagai pihak ketiga sebagaimana dlm hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يَخْلُوَنَّ بِامْرَأَةٍ لَيْسَ مَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ مِنْهَا فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir mk jangan sekali-kali dia berkhalwat dgn seorang wanita tanpa disertai mahram krn setan akan menyertai keduanya.”

Selama pertemuan pihak laki dan wanita dipersilahkan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan,kondisi pribadi, keluarga, harapan, serta keinginan di masa depan. 
Menjadi jelas pula bahwa tidak boleh mengungkapkan perasaan sayang atau cinta kepada calon istri selama belum resmi menjadi istri.
Baik ungkapan itu secara langsung atau lewat telepon, ataupun melalui surat. Karena saling mengungkapkan perasaan cinta dan sayang adalah hubungan asmara yang mengandung makna pacaran yang akan menyeret ke dalam fitnah. 
Adapun cara yang lebih syar’i untuk mengenal wanita yang hendak dilamar adalah dengan mencari keterangan tentang yang bersangkutan melalui seseorang yang mengenalnya, baik tentang biografi (riwayat hidup), karakter, sifat, atau hal lainnya yang dibutuhkan untuk diketahui demi maslahat pernikahan. Bisa pula dengan cara meminta keterangan kepada wanita itu sendiri melalui perantaraan seseorang seperti istri teman atau yang lainnya. Dan pihak yang dimintai keterangan berkewajiban untuk menjawab seobyektif mungkin, meskipun harus membuka aib wanita tersebut karena ini bukan termasuk dalam kategori ghibah yang tercela. Hal ini termasuk dari enam perkara yang dikecualikan dari ghibah, meskipun menyebutkan aib seseorang. Demikian pula sebaliknya dengan pihak wanita yang berkepentingan untuk mengenal lelaki yang berhasrat untuk meminangnya, dapat menempuh cara yang sama.


- pacaran : pertemuan yang dilakukan hanya berdua saja, pagi boleh, siang oke, sore ayo, malam bisa, dini hari klo ngga ada yang komplain juga ngga apa-apa. Pertemuannya di rumah sang calon, kantor, mall, cafe, diskotik, tempat wisata, kendaraan umum & pribadi, pabrik dll. Frekuensi pertemuan lazimnya seminggu sekali, pas malem minggu. Adapun yang dibicarakan cerita apa aja kejadian minggu ini, ngobrol ngalur-ngidul, ketawa-ketiwi.


4. Lamanya
- ta’aruf : ketika sudah tidak ada lagi keraguan di kedua belah pihak, lebih cepat lebih baik. dan ketika informasi sudah cukup (bisa seminggu, sebulan, 2 bulan), apa lagi yang ditunggu-tunggu?
- pacaran : bisa 3 bulan, 6 bulan, setahun, 2 tahun, bahkan mungkin 10 tahun.

5. Saat tidak ada kecocokan saat proses
- ta’aruf : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan menyebut alasannya.
- pacaran : salah satu pihak bisa menyatakan tidak ada kecocokan, dan proses stop dengan/tanpa menyebut alasannya.

Dengan demikian jelaslah bahwa pacaran bukanlah alternatif yang ditolerir dalam Islam untuk mencari dan memilih pasangan hidup.






Senin, 24 Januari 2011

HANYA SATU NAMA





Sebuah nama hadir

Terukir dilubuk hatiku yang terdalam

Menyalakan terang dlm jiwa yg gelap

Mengalirkan kesejukan dlm kegersangan



Sebuah nama terukir dlm kalbu

Mengalir dalam setiap aliran darah

Meresap dlm jiwa raga

Membangkitkan getar2 hidup yg indah



Sebuah nama yg terindah

Terucap dalam bibir yang selalu merindu

Merindukan cinta, kasih dan sayangNya

Sebuah nama yang selalu tersimpan dihati

Hanya ada satu nama...... Allah Subhanahu wa Ta'ala

Tiada akan terhapus oleh yg lain

Hanya Engkaulah tujuan dalam hidupku
 

Tak Cukup Hanya Cinta

"Sendirian aja dhek Lia? Masnya mana?", sebuah pertanyaan tiba-tiba mengejutkan aku yang sedang mencari-cari sandal sepulang kajian tafsir Qur’an di Mesjid komplek perumahanku sore ini. Rupanya Mbak Artha tetangga satu blok yang tinggal tidak jauh dari rumahku. Dia rajin datang ke majelis taklim di komplek ini bahkan beliaulah orang pertama yang aku kenal disini, Mbak Artha juga yang memperkenalkanku dengan majelis taklim khusus Ibu-ibu dikomplek ini. Hanya saja kesibukan kami masing-membuat kami jarang bertemu, hanya seminggu sekali saat ngaji seperti ini atau saat ada acara-acara di mesjid. Mungkin karena sama-sama perantau asal Jawa, kami jadi lebih cepat akrab.

"Kebetulan Mas Adi sedang dinas keluar kota mbak, Jadi Saya pergi sendiri", jawabku sambil memakai sandal yang baru saja kutemukan diantara tumpukan sandal-sendal yang lain. "Seneng ya dhek bisa datang ke pengajian bareng suami, kadang mbak kepingin banget ditemenin Mas Bimo menghadiri majelis-majelis taklim", raut muka Mbak Artha tampak sedikit berubah seperti orang yang kecewa. Dia mulai bersemangat bercerita, mungkin lebih tepatnya mengeluarkan uneg-uneg. Sebenarnya aku sedikit risih juga karena semua yang Mbak Artha ceritakan menyangkut kehidupan rumahtangganya bersama Mas Bimo. Tapi ndak papa aku dengerin aja, masak orang mau curhat kok dilarang, semoga saja aku bisa memetik pelajaran dari apa yang dituturkan Mbak Artha padaku. Aku dan Mas Adi kan menikah belum genap setahun, baru 10 bulan, jadi harus banyak belajar dari pengalaman pasangan lain yang sudah mengecap asam manis pernikahan termasuk Mbak Artha yang katanya sudah menikah dengan Mas Bimo hampir 6 tahun lamanya.

"Dhek Lia, ndak buru-buru kan? Ndak keberatan kalo kita ngobrol-ngobrol dulu", tiba-tiba mbak Artha mengagetkanku. " Nggak papa mbak, kebetulan saya juga lagi free nih, lagian kan kita dah lama nggak ngobrol-ngobrol", jawabku sambil menuju salah satu bangku di halaman TPA yang masih satu komplek dengan Mesjid.
Dengan suara yang pelan namun tegas mbak Artha mulai bercerita. Tentang kehidupan rumah tangganya yang dilalui hampir 6 tahun bersama Mas Bimo yang smakin lama makin hambar dan kehilangan arah.

"Aku dan mas Bimo kenal sejak kuliah bahkan menjalani proses pacaran selama hampir 3 tahun sebelum memutuskan untuk menikah. Kami sama-sama berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja dalam hal agama", mbak Artha mulai bertutur. "Bahkan, boleh dibilang sangat longgar. Kami pun juga tidak termasuk mahasiswa yang agamis. Bahasa kerennya, kami adalah mahasiswa gaul, tapi cukup berprestasi. Walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin tidak meninggalkan sholat. Intinya ibadah-ibadah yang wajib pasti kami jalankan, ya mungkin sekedar gugur kewajiban saja. Mas Bimo orang yang sabar, pengertian, bisa ngemong dan yang penting dia begitu mencintaiku, Proses pacaran yang kami jalani mulai tidak sehat, banyak bisikan-bisikan syetan yang mengarah ke perbuatan zina. Nggak ada pilihan lain, aku dan mas Bimo harus segera menikah karena dorongan syahwat itu begitu besar. Berdasar inilah akhirnya aku menerima ajakan mas Bimo untuk menikah".
"Mbak nggak minta petunjuk Alloh melalui shalat istikharah?", tanyaku penasaran. "Itulah dhek, mungkin aku ini hamba yang sombong,untuk urusan besar seperti nikah ini aku sama sekali tidak melibatkan Alloh. Jadi kalo emang akhirnya menjadi seperti ini itu semua memang akibat perbuatanku sendiri"

"Pentingnya ilmu tentang pernikahan dan tujuan menikah menggapai sakinah dan mawaddah baru aku sadari setelah rajin mengikuti kajian-kajian guna meng upgrade diri. Sejujurnya aku akui, sama sekali tidak ada kreteria agama saat memilih mas Bimo dulu. Yang penting mas Bimo orang yang baik, udah mapan, sabar dan sangat mencintaiku. Soal agama, yang penting menjalankan sholat dan puasa itu sudah cukup. Toh nanti bisa dipelajari bersama-sama itu pikirku dulu. Lagian aku kan juga bukan akhwat dhek, aku Cuma wanita biasa, mana mungkin pasang target untuk mendapatkan ikhwan atau laki-laki yang pemahaman agamanya baik", papar mbak Artha sambil tersenyum getir.

Aku perbaiki posisi dudukku, aku pikir ini pengalaman yang menarik. Rasa penasaran dan sedikit nggak percaya karena Mbak Artha yang aku kenal sekarang adalah tipikal wanita sholehah, berhijab rapi, tutur kata lembut, tilawahnya bagus dan smangatnya luar biasa. Benar-benar jauh dari profil yang di ceritakan tadi. Ternyata benar kata pepatah, bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga. Mungkin bertolak dari minimnya pengetahuan agama, akhirnya mbak Artha berusaha keras untuk meng-up grade diri. Dan subahanalloh hasilnya sungguh menakjubkan. Mbak Artha mekar laksana bunga yang sedang tumbuh di musim semi, tapi siapa sangka ternyata indahnya bunga itu tak lain karena kotoran-kotoran hewan yang menjadi pupuk disepanjang kehidupannya.

Rupanya harapan mbak Artha untuk bisa menimba ilmu agama bersama-sama sang suami tinggal impian. Mas Bimo yang diharapkan bisa menjadi katalisator dan penyemangat ternyata hanya jalan ditempat. Hapalan Juz Amma nya belum bertambah, tilawah Al Qur'an-nya masih belum ada perbaikan masih belum lancar. Sementara kesibukannya sebagai Brand Manager di salah satu perusahaan Telco milik asing, makin menyita waktu dan perhatiannya. Masih syukur bisa mengahabiskan weekend bersama Mbak Artha dan Raihan anak semata wayang mereka, kadang weekend pun mas Bimo harus ke kantor atau meeting dan lain-lain. Tidak ada waktu untuk menghadiri majelis taklim, tadarus bersama bahkan sholat berjama’ah pun nyaris tidak pernah mereka lakukan.

Aku jadi teringat khutbah pernikahanku dengan Mas Adi, waktu itu sang ustad berkata "Rumah tangga yang didalamnnya ditegakkan sholat berjam’ah antara anggota keluarga serta sering dikumandangkan ayat-ayat Allloh akan didapati kedamaian dan ketenangan didalamnya"
"Dhek....", suara mbak Artha membuyarkan lamunanku. "Iya mbak, saya masih denger kok. Saya hanya berpikir ini semua bisa menjadi ladang amal buat mbak Artha", jawabku sigap supaya nggak terlihat kalau emang lagi ngelamun.

"Pada awalnya aku juga berpikir seperti itu dhek. Aku berharap Mas Bimo juga memiliki keinginan yang sama dengan ku untuk memperdalam pengetahuan kami terhadap Islam. Aku cukup gembira ketika mas Bimo menyambut ajakanku untuk sama-sama belajar. Namun dalam perjalanannya, smangat yang kami miliki berbeda. Mas Bimo seolah jalan ditempat. Sempat miris hati ini ketika suatu saat aku meminta beliau menjadi imam dalam sholat magrib. Bacaan suratnya masih yang itu-itu juga dan masih terbata-bata.Aku baru tau bahwa dia belum pernah khatam Qur’an. Harusnya kan suami itu imam dalam keluarga ya dhek?", mata mbak Artha mulai berkaca-kaca.

"Apa harapanku terlalu tinggi terhadap suamiku? Bukankah harusnya suami itu adalah Qowwam, pemimpin bagi istrinya. Lalu bagaimana jika sang pemimpin saja belum memiliki bekal yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin?", suara mbak Artha mulai bergetar.

"Terkadang aku ingin sekali tadarus bersama suami, tapi itu semua nggak mungkin terjadi selama suamiku tidak mau belajar lagi membaca Al-qur'an. Aku juga merindukan sholat berjama’ah dimana suami menjadi imannya sementara kami istri dan anak menjadi makmumnya. Apa keinginanku ini berlebihan dhek?", tampak bulir bening mulai mengalir dipipi mbak Artha.

"Berbagai cara sudah ku coba, supaya Mas Bimo bersemangat memperbaiki diri terutama dalam hal ibadah. Tentunya dengan sangat hati-hati supaya tidak menyinggung perasaannya dan supaya tidak berkesan menggurui. Aku mulai rajin mengikuti kajian-kajian keislaman, mencoba sekuat tenaga untuk sholat 5 waktu tepat pada waktunya dan tilawah qur’an setelah sholat subuh. Bahkan berusaha bangun malam menunaikan tahajud serta menjalankan sholat dhuha dipagi hari. Semuanya itu kulakukan, dengan harapan mas Bimo pun akan menirunya. Aku berharap sekali dia terpacu dan semangat, melihat istrinya bersemangat", papar mbak Artha dengan suara yang agak tinggi.

"Tapi sampai detik ini semuanya belum membuahkan hasil. Aku seperti orang yang berjalan sendirian. Tertatih, jatuh bangun berusaha menggapai cinta Alloh. Aku butuh orang yang bisa membimbingku menuju surga. Dan harusnya orang itu adalah Mas Bimo, suami ku"
Kurangkul pundaknya, sambil berbisik "sabar ya mbak, mudah-mudahan semuai harapanmu akan segera terwujud". Mbak Artha tampak agak tenang dan mulai melanjutkan ceritanya.

"Dari segi materi materi apa yang Mas Bimo berikan sudah lebih dari cukup, overall Mas Bimo suami yang baik dan bertanggung jawab. Bahtera rumah tangga kami belum pernah diterpa badai besar, semuanya berjalan lancar. Sampai disuatu saat mbak mulai menyadari sepertinya bahtera kami telah kehilangan arah dan tujuan. Kami hanya mengikuti arus kehidupan yang smakin lama smakin membawa kami kearah yang tidak jelas. Kami sibuk dengan aktifitas kami masing-masing. Kehangatan, kemesraan, ungkapan sayang yang dulu paling aku kagumi dari Mas Bimo sedikit demi sedikit terkikis di telan waktu dan kesibukannya. Dan yang lebih parahnya lagi, unsur religi sama sekali tak pernah di sentuh Mas Bimo sebagai kepala keluarga. Fungsi qowam sebagai pemimpin dalam menggapai cinta hakiki dari Sang Pemilik Cinta, terabaikan. Mungkin karena memang bekalnya yang kurang. Sunguh, harapan menggapai sakinah dan mawaddah serta rahmah semakin hari kian jauh dari pandangan. Rumah tangga kami bagai tanpa ruh dan kering", suara mbak Artha mulai bergetar kembali.

Aku jadi speachless nggak tau musti berkata apa lagi. Ternyata ketenangan rumah tangga mbak Artha, menyimpan suatu bara yang setiap saat bisa membakar hangus semuanya. Hanya karena satu hal, yaitu alpanya sentuhan spritual dalam berumahtangga. Atau mungkin juga adanya ketidaksamaan visi atau tujuan saat awal menikah dulu. Bukankan tujuan kita menikah adalah ibadah untuk menyempurnakan setengah agama. Idealnya, setelah menikah keimanan, ibadah kita makin meningkat. Karena ada suami yang akan menjadi murobbi atau mentor bagi istri, atau kalaupun sebaliknya jika istri yang lebih berilmu tidaklah masalah jika istri yang menjadi mentor bagi suami. Yang penting tujuan menyempurnakan dien guna menggapai sakinah dan mawaddah melalui cinta dan rahmah makin hari makin terwujud. Mungkin itulah sebabnya mengapa kreteria agama lebih diutamakan daripada fisik, harta dan keturunan.

Ternyata cinta saja tak cukup untuk bekal menikah, begitupun dengan harta. Pernikahan merupakan hubungan secara emosional yang harus ditumbuhkan dengan sangat hati-hati, penuh kepedulian dan saling mengisi.Bahkan puncak kenikmatan sebuah pernikahan bukanlah dicapai melalui penyatuan fisik saja melainkan melalui penyatuan emosional dan spiritual. Pernikahan adalah sarana pembelajaran yang terus menerus. Baik untuk mempelajari karakter pasangan ataupun untuk meng upgrade diri masing-masing.

"Dhek Lia....", Mbak Artha membuyarkan lamunanku. "Makasih ya dhek dah mau jadi kuping buat mbak", mbak Artha menggenggam tanganku sambil tersenyum. "Mbak yakin dhek Lia bisa dipercaya, do'akan supaya mbak diberikan jalan yang terbaik sama Alloh".
Aku pun tersenyum, "Insyaalloh mbak, makasih juga dah mau sharing masalah ini dengan saya. Banyak hikmah yang bisa saya dapat dari cerita mbak. Saya masih harus banyak belajar soal kehidupan berumah tangga mbak. Jazakillah".

Tak terasa hampir 2 jam kami ngobrol di teras TPA. Kumandang adzan dhuhur, mengakhiri obrolan kami. Sambil menuju tempat wudhu mesjid untuk sholat dhuhur berja'maah kusempatkam mengirim sms ke mas Adi. "Mas aku kangen, kangen sholat bareng, kangen tadarus bareng cepet pulang ya Mas. Uhibbukafillahi Ta'ala" ***

Diambil dari  : http://www.bundanaila.co.cc/2007/01/tak-cukup-hanya-cinta.html

Keterangan : cerita ini hanya fiktif belaka. Tapi kasusnya bisa jadi banyak dialami oleh para istri. Sebagai seorang suami bukan hanya harus bertanggung jawab, setia dan banting tulang mati-matian bekerja demi keluarga.
Tapi perlu diingat juga, fungsi suami tidak hanya mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan materi tapi juga fungsi sebagai qowwam bagi istri dan anak-anak juga jangan sampai diabaikan.Justru malah saat sekarang, fungsi sebagai qowwam inilah yang banyak diabaikan oleh para suami. Mereka menganggap dengan mencari nafkah, banting tulang memenuhi kebutuhan keluarga yang sifatnya materi sudah cukup. Sementara kebutuhan rohani dan spritual istri dan anak-anak terabaikan. Bukankah hal itu juga nanti menjadi salah satu hal yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah.

Semoga bermanfaat........

~::~




DOAKU HARAPANKU



Ya Allah...
Jika aku jatuh hati
Izinkanlah hatiku tersentuh oleh seseorang yang hatinya terpaut pada-Mu
Agar aku tidak terjatuh kedalam jurang cinta semu

Ya Allah....
Jika aku jatuh hati
Jagalah hatiku padanya
Agar aku tidak berpaling dari hati-Mu

Ya Allah...
Jika aku jatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugrahkanlah aku cinta-Mu
Cinta yang tidak pernah pupus oleh waktu

Ya Rabb....
Jika aku jatuh cinta
Cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu
Agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu

Ya Rabb...
Jika aku jatuh cinta
Jagalah cintaku padanya
Agar tidak melebihi cintaku pada-Mu

Ya Allah...
Bila aku rindu
Rindukanlah aku pada seseorang
Yang merindukan nikmat cinta-Mu

Ya Allah...
Jika aku rindu
Jagalah rinduku padanya
Agar aku tidak lalai merindukan surga-Mu

Ya Allah...
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami dalam hubungan yang Engkau ridhoi
Berikanlah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Ya Rabb...
Jika aku menikmati cinta kekasihku
Jagalah kenikmatan itu
Agar tidak melebihi kenikmatan indahnya bermunajat pada-Mu

Ya Rabb....
Jika aku mencintainya
Ku harap cintaku padanya hanya karna-Mu

~❤ MencintaiMu ❤~




Ya Allah...
dimana lagikah dapat ku temui cinta sejati
kecuali pada cintaMu...
Kemana lagikah cinta ini harus berlabuh
Kecuali pada kasihMu...
Jadikanlah hati yang lemah ini Ya Allah...
Tertambat kukuh hanya padaMu...
Aku mohon ridho atas segenap keputusanMu
Kesejukan setelah matiku..
Kenikmatan memandang wajahMu
Dan Kerinduan untuk berjumpa denganMu
Ampunilah diri ini yang tidak berharga ya Allah
Penuhilah kehinaannya dengan keindahan magfirahMu

Ya Allah...
Masukkanlah aku dalam kalangan hamba-hambaMu
Yang Engkau cintai
Karuniakanlah aku cinta... orang yang cinta kepadaMu
Dan cinta orang... yang cinta kepada orang yang dekat kepadaMu
Dan jadikan cintaku terhadap Engkau Ya Allah...
lebih aku cintai daripada cintaku yang lain

Minggu, 23 Januari 2011

Sudahkah Kita Berbakti pada Orang Tua???

Allah menganjurkan kita agar menghormati dan berbakti pada orangtua. Mereka yang tidak menghormati dan berbakti pada orangtua, cepat atau lambat akan mengalami kesulitan dan kesusahan hidup yang tak pernah mereka bayangkan.
Begitu tingginya derajat orangtua sehingga menjadikan orangtua sebagai sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita. Susah senangnya kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor bakti kita pada orangtua. Sebagai seorang anak, maka kewajiban kita adalah berbakti pada orangtua dan memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya. Menjaga hati dan perasaan orangtua adalah menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan oleh seorang anak. Begitu besar perjuangan orangtua terhadap kehidupan anaknya. Mereka membesarkan kita dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Mereka mendidik kita agar kelak menjadi orang yang berguna bagi sesama, berguna buat bangsa dan negara terlebih agama.

Ridhanya Allah adalah ridhanya orangtua, murkanya Allah adalah murkanya orangtua, sakitnya Allah adalah sakitnya orangtua. Poin penting inilah yang akan kita renungkan dan hayati bersama dalam menyingkap rahasia di balik keberhasilan seseorang. Banyak orang yang menyepelekan akan hal ini, tapi banyak pula yang menjadikan orangtua sebagai suatu faktor penting dalam hidupnya, dan merekalah orang-orang yang selamat yang akan menemui kebahagiaan hakiki. Mereka adalah orang-orang yang akan mendapatkan nikmat dan karunia-Nya dikarenakan mereka telah berbakti dan memperlakukan orangtua dengan sebaik-baiknya.

Seseorang yang beriman dan bertakwa tetapi tidak menghormati dan berbakti pada orang tua, maka sesungguhnya mereka tidaklah sempurna keimanannya. Ketika seorang anak yang mulai tumbuh dewasa memiliki cita-cita dan keinginan terhadap sesuatu, maka hendaknya mereka mendatangi orangtua terlebih dahulu, jika orangtua ridha maka Allah pun ridha. Sungguh tiada berguna bila mereka taat beribadah tetapi durhaka pada orangtua. Begitu mulianya kedudukan orangtua pada pandangan Allah, sehingga Allah selalu mengingatkan kita agar senantiasa berbakti kepada orangtua.

Alloh yang Maha Bijaksana telah mewajibkan setiap anak untuk berbakti kepada orang tuanya. Bahkan perintah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam Al Qur’an digandengkan dengan perintah untuk bertauhid sebagaimana firman-Nya,

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.’” (Al Isro’: 23)

Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak.” (An Nisa: 36).

 Rosululloh menghubungkan kedurhakaan kepada kedua orang tua dengan berbuat syirik kepada Alloh. Dalam hadits Abi Bakrah, beliau bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan dosa yang paling besar ?” para sahabat menjawab, “Tentu.” Nabi bersabda, “(Yaitu) berbuat syirik, duraka kepada kedua orang tua.” (HR. Al Bukhori)

Membuat menangis orang tua juga terhitung sebagai perbuatan durhaka, tangisan mereka berarti terkoyaknya hati, oleh polah tingkah sang anak. Ibnu ‘Umar menegaskan: “Tangisan kedua orang tua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR. Bukhari)

Bentuk-Bentuk Berbuat Baik Kepada Kedua Orang Tua Adalah :

Pertama.
Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu’min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita.


Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami senantiasa berbuat baik kepada istri, maka kepada kedua orang tua harus lebih dari kepada istri. Karena dia yang melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lainnya kepada kita.

Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis” [Hadits Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i] Dalam riwayat lain dikatakan : “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Kedua.
Yaitu berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ‘ah’ apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Jika hal ini sampai terjadi, wal iya ‘udzubillah.

Kita tidak boleh berkata kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat kepada kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau orang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta (misalnya biaya sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.

Ketiga.
Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh sombong apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.

Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanya masih hidup.

Keempat.
Yaitu memberikan infak (shadaqah) kepada kedua orang tua. Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat Al-Baqarah ayat 215.
“Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui”

Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah ia menafkahkannya yang pertama adalah kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan. Berbuat baik yang pertama adalah kepada ibu kemudian bapak dan yang lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut.

“Artinya : Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat” [Hadits Riwayat Bukhari]

Sebagian orang yang telah menikah tidak menafkahkan hartanya lagi kepada orang tuanya karena takut kepada istrinya, hal ini tidak dibenarkan. Yang mengatur harta adalah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. Harus dijelaskan kepada istri bahwa kewajiban yang utama bagi anak laki-laki adalah berbakti kepada ibunya (kedua orang tuanya) setelah Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yang utama bagi wanita yang telah bersuami setelah kepada Allah dan Rasul-Nya adalah kepada suaminya. Ketaatan kepada suami akan membawanya ke surga. Namun demikian suami hendaknya tetap memberi kesempatan atau ijin agar istrinya dapat berinfaq dan berbuat baik lainnya kepada kedua orang tuanya.

Kelima.
Mendo’akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat “Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro” (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid’ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum’at dan di tempat-tempat dikabulkannya do’a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila kedua orang tua telah meninggal :
Menurut hadits-hadits yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah :

[1] Mendo’akannya
[2] Menshalatkan ketika orang tua meninggal
[3] Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
[4] Membayarkan hutang-hutangnya
[5] Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at.
[6] Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya

[Diringkas dari beberapa hadits yang shahih]

Sebagaimana hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma.

“Artinya : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal” [Hadits Riwayat Muslim]

Dalam riwayat yang lain, Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma menemui seorang badui di perjalanan menuju Mekah, mereka orang-orang yang sederhana. Kemudian Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada orang tersebut dan menaikkannya ke atas keledai, kemudian sorbannya diberikan kepada orang badui tersebut, kemudian Abdullah bin Umar berkata, “Semoga Allah membereskan urusanmu”. Kemudian Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhumua berkata, “Sesungguhnya bapaknya orang ini adalah sahabat karib dengan Umar sedangkan aku mendengar sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Artinya : Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturrahmi kepada teman-teman ayahnya” [Hadits Riwayat Muslim]

Sekarang kita ketahui bersama apa arti penting dan keutamaan berbakti pada orang tua. Kita ingat kembali, betapa sering kita membuat marah dan menangisnya orang tua? Betapa sering kita tidak melaksanakan perintahnya?. Bersegeralah kita meminta maaf pada keduanya, ridho Alloh tergantung pada ridho kedua orangtua. Marilah kita bersama-sama berusaha untuk berbakti kepada kedua orang tua kita. Semoga kesalahan yang telah kita perbuat pada orang tua dapat diampuni...





Sabtu, 22 Januari 2011

Maafkan Aku Ayah


ku tahu betapa sayang dirimu padaku ayah
padahal sesungguhnya
engkau terluka karena aku
engkau kecewa karena tingkahku

maafkan aku ayah
tak ada maksudku tuk buatmu bersedih
tak ada maksudku tuk melupakanmu
tak ada maksudku tuk buatmu kecewa
tak ada ayah...tak ada...

ku tau engkau sangat menyayangi kami
ku tau engkau ingin membahagiakan kami
ku tau engkau berjuang tuk memenuhi hidup kami
ku tau engkau ingin selalu dekat dengan kami
ku tau ayah... ku tau...

ayah...
kubayangkan air mata memenuhi pelupuk matamu
membuatku merasa bersalah dan bersedih
tak ada yang dapat kuucapkan
selain kata maaf kepadamu
maafkan aku ayah...
maafkanlah atas kesalahan anakmu...
maafkanlah ayah...maafkan...

~~~~~~~~~~~~~~
sedikit catatan tentang puisi: mengisahkan kejadian beberapa hari yang lalu...

Maafkan aku ayah... bukan aku bermaksud untuk melupakan hari istimewamu, tapi aku benar-benar lupa mengucapkan selamat hari lahir padamu. Tanggal 20 januari seperti biasanya kami selalu mengucapkan selamat hari lahir pada orang tuaku, ayah. Dan seperti biasanya setiap hari istimewa sapa pun dalam keluargaku, aku selalu membuatkan kue untuk mereka. Kue yang dibuat dengan sedikit hiasan untuk dimakan bersama-sama anggota keluarga sebagai bentuk syukur kami bahwa Allah masih memberi kami waktu untuk berkumpul. Namun pada hari itu aku benar-banar lupa mengucapkan selamat pada ayah sekaligus juga lupa membuatkan sesuatu buatnya.

Padahal 2 hari sebelumnya aku sudah mengingat-ingat agar membeli bahan untuk membuat kue, tapi aku lupa, hingga hari istimewa ayahku. Pada hari istimewanya, aku baru ingat ketika jam sudah 11 malam, mau mengucapkan selamat ternyata ayah sudah tidur. Ketika esok paginya, aku lupa lagi. Ketika siang hari, ibu bercerita bahwa ayah bersedih karna aku tidak mengucapkan selamat hari lahir padanya. Kata ayah pada ibuku, " si dhia indak ado mangatoan salamaik do, padahal saharian inyo dirumah se karajonyo. sangko ka mangucapkan salamaik tadi ka ambo (saya), kironyo minta pitih tuak baia aia galon. anak awak yang di jawa se kuliahnyo ado ngucap salamaik, ko yang dirumah se karajonyo cuek se nyo". (si dhia ngak ada mengucapkan selamat, padahal seharian dhia dirumah aja kerjanya. Kirain mau mengucapkan selamat ke ayah, ternyata minta pitih untuk bayar air galon. Anak kita yang di jawa saja kuliah ada ngucap selamat ke ayah, nih yang dirumah aja kerjanya cuek aja).  Duh... merasa sangat bersalah dan bersedih jadinya, pantasan ketika makan malam, ayah menatapku dengan tatapan sedih, tapi aku kurang peka akan perubahan suasana yang terjadi. Sore hari itu juga selepas ayah pulang kerja, aku langsung minta maaf karna kemaren lupa ngucapin selamat pada ayah. Barulah aku melihat raut keceriaan diwajah ayahku, walaupun sudah terlambat tuk mengatakannya.

Aku ingat 10 tahun yang lalu ayahku juga pernah sedih bahkan meneteskan air mata. Pada waktu libur kakakku yang sekolah di aliyah pada kota yang berbeda datang ke rumah, namun lupa mengucap salam atau menghampiri ayahku untuk menanyakan kabarnya. Baru 2 jam kemudian kakakku sadar, ayah dari tadi tidak kelihatan, dicarinya ayah ternyata ayah sedang menangis dikamar. Melihat kejadian itu kakakku merasa bersalah, menangis dan minta maaf karna sebelumnya sudah melihat ayah tapi tidak langsung menyapa ayah. Beberapa tahun yang lalu aku juga melihat ayah menangis karna kakakku tidak menuruti permintaan ayahku.

Sebuah kata selamat, pamitan, salam, ucapan terima kasih dll begitu ditunggu-tunggu oleh orang tua kita, kadang kita tidak menyadari bahwa kata sekecil apapun itu tapi begitu bermakna bagi orang tua kita. Maafkan aku ayah...Maafkan anak-anakmu yang masih belum bisa membahagiakanmu...  Kami akan berusaha menjadi anak yang selalu berbakti padamu..


Selasa, 18 Januari 2011

Bukan itu yang Namanya Cinta Karna Allah

Cinta karna Allah...
Kata-kata itu yang pernah engkau ucapkan padaku...
Atas nama cinta ini, aku berharap hubungan kita diridhoiNya...
Atas nama cinta ini, hubungan kita akan selalu dijagaNya...
Atas nama cinta ini, ku berharap kita kan sampai pada tujuan kita...

Tapi nyatanya...
Semua berbeda...
Tak sejalan dengan apa yang ku pikirkan...
Masalah berdatangan...
Hati berantakan...
Hidup terasa tak ada gunanya...

Ahh... apa ini yang dinamakan cinta karena Allah??
Apa sebenarnya maksud mencintai seorang hamba karna Allah??
Kenapa Allah tidak mengizinkanku tuk mengecap cinta lebih lama??
Cinta seperti apa sih yang diridhoiNya??

Bukannya kami adalah hamba yang selalu bersujud padaNya
Bukankah kami takkan terjerumus pada maksiat karna selalu mengingatNya
Bukankah aku mencinta dia dilandasi karna cinta kepadaNya
Tapi mengapa Allah mengizinkanku tuk mengecap cinta hanya sementara
Mengapa Allah tidak menyatukan kami hingga harapan kami terwujud
Apakah cintaku selama ini salah???...

Sahabatku....
Selama ini kamu salah memaknai cinta...
Cinta itu tetap bertentangan dengan agama...
Cinta itu tidak diridhoiNya...
Bukan itu yang namanya cinta karna Allah...bukan...bukan itu...

Tapi...
Bukankah cinta karna Allah itu....
Mengerti akan kelebihannya, memahami dan menerima kekurangannya??
Ya... itu memang cinta karna Allah....
Bukankah cinta karena Allah itu....
Aku melihatnya tidak dari fisik tapi dari akhlak dan agamanya??
Ya... itu memang cinta karna Allah...

Lantas...apa yang salah dengan cintaku??
Cintamu tidak salah, karena cinta itu adalah fitrahNya
Namun yang salah adalah cara kalian menempatkan cinta itu

Jika kalian saling mencintai karena Allah
Kalian takkan saling mengajak dalam hubungan yang salah
Takkan saling mengajak mendekati maksiat
Takkan mengumbar kata-kata cinta
Tapi akan menyimpan cinta kalian dihati
Hanya Allah-lah yang tau akan cintamu

Jika dia mencintaimu karna Allah
Dia takkan mengajakmu pacaran
Akan tetapi sudah berpikir kearah pernikahan
Jika dia memang mencintaimu
Maka dia kan melamarmu
Atau dia mencintaimu dalam diam
Tidak mengganggu penjagaan hatimu
Barulah cinta kalian itu sempurna, cinta karena Allah

Astagfirullah...
Maafkan aku cinta...
Selama ini aku ikut serta mengajakmu kejalan yang salah
Selama ini aku membuat kita masuk dalam linangan dosa
Selama ini kita melakukan hal yang sia-sia
Maafkan aku cinta... maafkan aku...
Maafkan juga atas kurangnya pengetahuanku...
Maafkan atas salah dan khilafku...

Cinta...
Kini kusadari bahwa semua itu salah
Maafkanlah sgala khilaf yang telah kita lewati
Kita memang harus berpisah
Tuk kembali harungi hidup dalam Ridho Ilahi
Dan bila kita memang ditakdirkan untuk hidup bersama
Pastilah Allah akan menyatukan kita









Maaf tuk Berpisah

Beberapa hari yang lewat aku dengar lagu Maaf tuk berpisah, sebuah lagu dari group tashiru.... mendengar lagu ini, aku jadi teringat dengan kisah temanku yang hampir mirip dengan lagu ini...  jadi saya putuskan untuk menceritakan kepada sahabat2 MC DLC semua...

Semua nama dalam tokoh ini bukan nama sebenarnya, maaf bila saya kurang bisa mengemas cerita ini agar lebih menarik, tapi semoga dari cerita ini ada hikmah yang terpetik oleh sahabat-sahabat semuanya....
~~~~~~~~~~~~❤❤❤❤❤❤❤❤❤~~~~~~~~~~~~

Hmmm... sudah lama aku tidak melihat sahabatku hana, gimana kabarnya ya sekarang?? .... kangen juga bercanda dengannya...ya...lebih baik aku datang aja kerumahnya, sudah lama ngak ada cerita2 dengannya....

Siang itu juga aku berangkat dengan langkah semangat 45 pergi kerumahnya, naik satu angkot pindah keangkot yang lainnya. 30 menit kemudian barulah aku tiba di halaman rumahnya.

Assalamu’alaikum.... assalamu’alaikum...
Wa’alaikumsalam... terdengar suara langkah dan pintu pun terbuka...
Eh Dhia...pa kabar? Cari Hana ya?
Alhamdulillah sehat bu... ibu gimana kabarnya sekarang?? Hananya ada bu??
Alhamdulillah... ibu juga sehat... Hana lagi dikamarnya, langsung aja masuk kekamarnya...
Eh iya bu... makasih ya bu...

Assalamualaikum ( sambil melangkah masuk kekamarnya)...

Wa’alaikumsalam...eh Dhia ayo masuk, duduk sini...

Hmmm... kamu kenapa Han, kelihatannya kurang ceria gitu... biasanya kalau aku datang, kamu selalu menyambutku dengan ceria... Apa kamu ada masalah???

Huff... Yah, begitulah ya... akhir2 ini aku sedang ada masalah...

Masalah apa?? Cerita dunk, sapa tau aku bisa bantu... aku kan sahabat terbaikmu (hehehe...narsis amat aku nih)

Hana menatapku, lalu ia berkata, kamu janji ya... ngak bakal kasih tau sama sapa pun...

Yap, ok bos... aku janji...

aku sedang ada masalah dengan pacarku...

Ha??? pacar??? sejak kapan kamu punya pacar??? bukannya kamu begitu teguh dengan prinsipmu, takkan ada yang namanya pacaran sebelum nikah?? sudah beberapa orang yang coba mendekatimu, kamu selalu berusaha menghindar... lho, sekarang kamu bilang kamu punya pacar...

hmmm... ya gitulah... aku ngak tau, dengannya aku cepat merasa dekat, dgnnya aku merasakan perasaan yang lebih, beda dengan orang2 yang aku kenal sebelumnya... biasanya aku susah untuk dekat dengan lawan jenis, biasanya membutuhkan waktu beberapa bulan agar merasa akrab tapi dengannya hanya dalam waktu seminggu aku sudah merasa begitu mengenalnya. Awalnya aku akan menganggap dia sebagai sahabat tapi semakin lama aku merasakan ketenangan di dekatnya dan perasaan itupun muncul.  Biasanya aku bisa menghilangkan perasaan sukaku pada lawan jenis, tp padanya semakin lama perasaan itu semakin besar...

Aah...aku bingung Dhia.. aku bingung... kenapa ini terjadi padaku... doa yang ku panjatkan selama ini mungkin juga salah... aku berdoa jika ia jodohku, maka buatlah kami semakin dekat, jika tidak maka hilangkan rasa ini secepatnya... Allah memang mengabulkan permintaanku, Dia membuat kami semakin dekat...hingga suatu hari ia pun menyatakan bahwa ia sayang padaku dan ingin ta'aruf denganku... Aku pun bingung, apa aku menerimanya atau tidak, aku bingung bila ku terima apakah ini terlalu cepat, tapi bila ku menolak, sapa tau memang dialah jodohku...   Aku mengingat sifat2nya, trus aku berpikir mungkin bila hanya sekedar ta'aruf hubungan ini tidak masalah... aku merasa dia takkan menjerumuskanku kedalam tindakan maksiat karena ia seseorang yang rajin beribadah. Akhirnya akupun menerimanya...

trus bagaimana hubunganmu dengannya selama mengenal dia?? tanyaku.

Awalnya, kami hanya biasa2 saja... kami bisa saling mengendalikan perasaan,,, namun lama kelamaan,,, awalnya niat kami hanya ta’aruf namun telah menjurus pada pacaran... kami saling mengumbar kata2 mesra, apa lagi aku lebih sering menyatakannya perasaanku padanya... hingga bulan kedua semuanya terasa begitu menyenangkan, walau sedikit ada masalah tapi kami bisa mengatasinya... kami pun sudah berangan-angan untuk melanjutkan hubungan kami kejenjang pernikahan setelah perkuliahan kami benar-benar selesai.

Namun, pada waktu memasuki bulan ketiga, aku merasa dia berubah, dia mulai cuek padaku, dia jarang menghubungiku... perasaanku pun tak karuan, akhirnya aku bertanya apa yang terjadi dengannya... inilah awal masalah berat itu, kami bertengkar, katanya dia sedang labil dengan perasaannya, tapi dia tetap berusaha menyakinkan hubungan kita akan baik2 saja.

Akupun berusaha meyakinkan hatiku bahwa semua ini akan berlalu, semuanya akan kembali seperti dulu. Agar hubungan kami membaik lagi, yang biasanya kami hanya bicara lewat telp dan sms sekarang aku pergi ke tempat kerjanya, untuk kesekian kalinya aku meruntuhkan pendirianku... Yang biasanya aku jarang menelponnya sekarang sering menghubunginya, yang biasanya aku tak ingin bertemu karena aku tau itu tak baik, sekarang aku mengunjungi tempat kerjanya. Tapi semua yang ku lakukan tetap sia2,,, aku pun kembali bertanya padanya, sebenarnya gimana perasaannya padaku? untuk kesekian kali dia menyakinkanku, dia berharap aku tidak memikirkan masalah ini.

(Kemudian Hana bermenung dan ku lihat ia berusaha menahan air matanya).

Han...Kamu ngak papa kan?? tanyaku.

ya.. ngak papa... Hanapun melanjutkan ceritanya.
Tapi semakin lama perasaanku semakin tak karuan... hingga ku putuskan untuk meminta sebuah kepastian padanya. Akhirnya diapun bicara... dia ingin menjauh dariku, tapi tetap tak ada niat untuk merusak hubungan kami, dia masih labil, perasaan pertama kali bertemu denganku sekarang sudah berubah, dan aku tak bisa bertanya kenapa? karena dia bilang jangan tanya kenapa karna dia bingung entah apa yang terjadi padanya...

ahhh... aku sangat bingung Dhia, kenapa semua ini terjadi?? sakit betul rasanya...aku tak tau lagi mau berbuat apa, semuanya begitu menyakitkanku dan membingungkan. Begitu mudahnya perasaan itu hilang padanya, kadang aku merasa perasaan ini dipermainkan olehnya. Ingin rasanya aku membencinya tapi aku tak bisa.

Setelah kejadian itu aku selalu berpikir apa yang salah dengan diriku, apa yang salah dengan hubungan ini... namun semakin lama aku pun sadar bahwa inilah jalan terbaik buatku... aku mengira Allah tak adil denganku, Allah tidak sayang denganku, padahal inilah bukti kasih sayang Allah sesungguhnya... Dia telah menyadarkanku bahwa selama ini aku telah larut dalam linangan dosa yang ku buat sendiri... Allah menginginkan aku kembali kejalanNya... aku sangat bersyukur atas kejadian itu...

Kemaren aku tekadkan diri mengirim pesan untuk yang terakhir kalinya... ku putuskan untuk mengakhiri hubungan kami, walaupun sebenarnya masih ada jalan agar kami memperbaiki hubungan itu, tapi aku tak ingin lagi bermaksiat dari Allah...

Trus bagaimana dengan cintamu? Apa kamu masih mencintainya? Tanyaku.

(Hanapun kembali menitikkan air mata) Aku masih mencintainya Dhia... Karna aku mencintainya karna Allah ku putuskan untuk menjauh darinya... ku tak ingin kami semakin larut dalam dosa...

Hmmm... kalau boleh tau sapa sih laki-laki yang kita bicarakan dari tadi?? Tanyaku.

mmmm... kamu sudah mengenalnya... dia bang Farhan....

Haa??? Bang Farhan, ikhwan yang kita kenal beberapa bulan lalu waktu ada acara kampus... jawabku.

Iya dia...

Ya udah, sabar ya Han... semoga Allah selalu memberikan jalan terbaik untukmu...

Aamiin... Makasih ya Dhia...makasih juga kamu tlah dengar curhatku...

Beberapa hari kemudia aku bertemu dengan bang Farhan di kampus... ku putuskan untuk menyapanya dan bertanya tentang masalah dia dan Hana...

Subhanallah... ternyata mereka saling mencintai karna Allah... bang Farhan ingin menjauh dari Hana karna ia merasa  hubungannya dengan Hana sudah bertentangan dengan agama tapi dia ragu untuk membicarakannya pada Hana apa yang sebenarnya terjadi padanya, dia bingung mau bicara apa, bang Farhan bingung nanti akan menyakitkan hati Hana dan dia pun tak ingin Hana terlalu berharap akan hubungan mereka. Sedangkan Hana mengambil keputusan menjauh dari bang Farhan dengan alasan yang sama dan itulah jalan yang terbaik bagi mereka. Bang Farhan merasa bersyukur atas keputusan Hana. Sekarang saya menyerahkan urusan kami pada Allah, Semoga kami masih bisa dipertemukan kembali dalam ikatan suci (itu ucapnya).

 Bang Farhan memintaku untuk merahasiakan apa yang sebenarnya terjadi padanya. Dan dari bang Farhanlah aku mengetahui sedikit isi surat dari Hana, Hana mengucapkan terima kasih atas keputusan yang diambil bang Farhan untuk menjauh darinya dan meminta maaf atas kekhilafan yang pernah terjadi. Hana mengatakan ingin kembali pada pendirian awalnya, dan jika memang Allah menakdirkan mereka berjodoh maka Allah jualah yang akan mempersatukan mereka kembali, namun jika tidak maka Allah akan memberikan yang terbaik untuk mereka.

Dalam hati ku berkata, sungguh indahnya cinta mereka... mencintai karena Allah dan berpisah karena Allah...mereka saling menyadari akan kesalahan mereka selama ini, mereka putuskan untuk berpisah karna Allah... semoga Allah mengampuni kekhilafan yang telah kalian perbuat. semoga kalian dipertemukan kembali dalam ikatan yang indah, sebuah maghligai suci pernikahan... aamiin...

~~~~~~~~
Fitrah manusia untuk mencintai dan dicintai dikaruniakan Allah Subhanahu wata’ala bagi setiap manusia. Fitrah manusia untuk saling merindui, berkasih sayang, merasakan sentuhan, .. dsbnya juga adalah fitrah manusia yang telah Allah tetapkan dan mesti dipenuhi. Tetapi penyikapan dan pemenuhan fitrah tadi, seharusnyalah dalam koridor keimanan kita kepada Allah Subhanahu wata’ala. Itulah kenapa ketika kita mengetahui bahwa Islam memberi batasan-batasan yang ketat dalam kaitannya dengan cinta pra nikah ini, kita berusaha untuk memenuhinya, karena inilah bentuk cinta Allah Subhanahu wata’ala yang sangat mengetahui tentang karakter ciptaanNya dari ciptaanNya itu sendiri.

Betapa banyak mereka yang pada awalnya memiliki niat untuk perkenalan yang baik, tetapi tidak/ kurang memiliki ilmu akan hal itu akhirnya jatuh kepada perkara yang bertentangan dengan agama.
Pacaran sejatinya tidak dikenal didalam Islam. Dan untuk menikah, pacaran termasuk jenis ta’aruf(perkenalan) yang tidak baik, karena didalamnya terdapat banyak hal yang malah membuka berbagai macam pintu zina. Perkenalan yang baik(ta’aruf syar’iyah) adalah perkenalan yang sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan RasulNya.

Lantas bagaimana jika sudah “terlanjur”? Ketahuilah, sesungguhnya Allah SWT Maha Pengampun segala dosa kecuali syirik. Bertobatlah dengan sebenar-benarnya taubat, tutup semua pintu yang dapat mengarahkan kita kepada perbuatan zina, jika pintu itu adalah pintu pacaran, maka jangan berpacaran. Karena apa yang selama ini kamu anggap dengan hubungan yang “baik2 saja”, sesungguhnya hanyalah fatamorgana yang melenakan, yang menipu pandangan yang lemah, yang menjadikan pelakunya semakin tenggelam dalam lautan dosa, tidak ada tanggungjawab, runtuhnya izzah tidak hanya dirinya sendiri tapi juga keluarga, terlebih-lebih perbuatan dosa yang dilakukan itu dapat mengundang murka Allah SWT, na’udzubillah.
************
Aku mencintaimu karna Allah, maka ku putuskan untuk menjauh darimu...

Minggu, 16 Januari 2011

~❤~ Wahai aku ~❤~

Wahai aku...
Sadarkah dirimu akan sisa waktumu...
Sadarkah dirimu hidup ini hanya sementara...
Sadarkah dirimu masih ada tempat kembali nanti...
Sadarkah dirimu bekal apa yang akan kamu bawa nanti...

Wahai aku...
Ingatkah dirimu akan kejadianmu
Ingatkah dirimu tercipta dari tanah liat dan lumpur yang hitam
Ingatkah dirimu bahwa engkau terbentuk  karna proses yang luar biasa dari Yang Maha Pencipta
Ingatkah dirimu siapa yang memberikan ruh pada jasadmu sehingga kamu bisa menggerakkan tubuhmu sesuka hatimu

Wahai aku...
Tak sadarkah kau akan hidupmu
Kematian akan selalu mengintaimu
Yang akan memisahkan ruh dan nyawamu
Takkan ada tempat bersembunyi untukmu


Wahai aku...
Bilakah engkau sadar akan hadirmu
Yang sementara dibumi ini
Akhiratlah tempat engkau kembali
Apakah bekal yang akan engkau bawa nanti???

Wahai aku...
Mengapa kau mengekalkan hidupmu
Dalam kesenangan yang sia-sia
Berjalan tanpa aturan
Menganggap diri bahwa engkaulah yang terhebat

Wahai aku...
Ingatkah engkau akan sumpahmu sebagai hamba
Diturunkan kebumi untuk beribadah padaNya
Mematuhi seluruh perintahNya
Dan menjauhi seluruh laranganNya

Wahai aku...
Sadarlah engkau sebelum terlambat
Ajal tak pandang waktu menyapa
Apakah yang akan engkau bawa
Jika waktunya tiba hari perhitungan

Wahai aku...
Kembalilah pada tujuanmu
Sembahlah Tuhanmu
Taatlah kepadaNya
Jalani agama yang lurus
Untuk mencapai keridhoanNya

Wahai aku...
Semua yang kau lakukan untukNya takkan sia-sia
Diakhirat nanti engkau akan kekal bahagia
Mengecap nikmat yang tiada tara
Disanalah engkau akan memuaskan kekekalanmu, bukan didunia ini




Jumat, 14 Januari 2011

Indahnya Memaafkan




Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalianmendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah saw mendatanginya dengan membawakan makanan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Muhammad—orang yang selalu ia caci maki dan sumpah serapahi.

Rasulullah saw melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah saw praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari Abu Bakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah, yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah. Ia bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”

Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”

“Apakah Itu?” tanya Abu Bakar penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.

“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” kata Aisyah.

Keesokan harinya Abu Bakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”

Abu Bakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”

“Bukan! Engkau bukan ora ng yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu dengan ketus “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku.”

Abu Bakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”

Seketika itu juga kaget pengemis itu. Ia pun menangis mendengar penjelasan Abu Bakar, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. ” Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar saat itu juga dan sejak hari itu menjadi Muslim.

~~~~~~~~~~~~~


Dari peristiwa itu, kita melihat betapa luhur dan mulianya Nabi dalam memberikan maaf justru kepada orang yang selama itu telah memusuhi, membenci, menghina dan mencaci Nabi. Tanpa menunjukkan sedikit pun tanda-tanda kebencian maupun rasa ingin membalas dendam. Sikap Rasulullah yang penyantun, penyayang dan pengampun menunjukkan bahwa beliau adalah manusia yang tidak menyukai permusuhan.

Tidak ada seorang manusia pun di muka bumi ini yang terlepas dari amarah. Yang terpenting adalah bagaimana sikap kita untuk menahan emosi ketika datang amarah. Tidak jarang kita mendengar berbagai macam kasus perceraian, pembunuhan, penipuan dan lain sebagainya hanya karena sebuah kemarahan. Oleh karena itu, amarah pada tingkat tertentu merupakan ukuran bagi kadar keimanan. Sekuat apapun ibadah seseorang, jikalau dia pemarah, maka tetap akan rusak imannya. Kerugian pemarah di antaranya adalah dalam pergaulan ia tidak disukai karena para pemarah itu wajahnya tampak tidak menyenangkan. Kata-katanya pun kotor dan keji. Bahkan mungkin seorang pemarah seringkali tidak sadar terhadap apa yang telah dikatakannya.

Amarah berasal dari hati. Jika dasar hati manusia adalah sombong dan merasa harga dirinya lebih baik dari orang lain, maka itulah yang membuat manusia susah memaafkan. Bukankah kita hidup bermasyarakat? Kita pasti membutuhkan orang lain, dan mungkin pada suatu saat nanti kita membutuhkan bantuan dari orang yang menyakiti kita.
Orang yang sulit memaafkan adalah orang yang hatinya keras layaknya batu. Sebaliknya, orang yang lapang dada akan senantiasa mudah untuk memaafkan kesalahan orang lain, bahkan sebelum orang itu minta maaf, dia akan lebih dahulu memaafkan. Allah SWT yang Maha Pemurah dan Pemaaf saja selalu memaafkan kesalahan manusia, kenapa kita sebagai manusia yang hina ini selalu angkara murka dan susah untuk memaafkan?

Allah berfirman: “…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An Nuur, 24:22)

Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al Qur’an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apa pun yang diperbuat. Padahal, Allah telahmenganjurkan orang beriman bahwa memaafkan adalah lebih baik:


… dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. At Taghaabun, 64:14)

Juga dinyatakan dalam Al Qur’an bahwa pemaaf adalah sifat mulia yang terpuji. “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (Qur’an 42:43)

Berlandaskan hal tersebut, kaum beriman adalah orang-orang yang bersifat memaafkan, pengasih dan berlapang dada, sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, “…menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)

Pemahaman orang-orang beriman tentang sikap memaafkan sangatlah berbeda dari mereka yang tidak menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur’an. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus.

Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah.

Ketika memaafkan, mereka tidak membedakan antara kesalahan besar dan kecil. Seseorang dapat saja sangat menyakiti mereka tanpa sengaja. Akan tetapi, orang-orang beriman tahu bahwa segala sesuatu terjadi menurut kehendak Allah, dan berjalan sesuai takdir tertentu, dan karena itu, mereka berserah diri dengan peristiwa ini, tidak pernah terbelenggu oleh amarah

Ibnu Qudamah dalam Minhaju Qashidin menjelaskan bahwa makna memberi maaf di sini ialah sebenarnya engkau mempunyai hak, tetapi engkau melepaskannya, tidak menuntut qishash atasnya atau denda kepadanya. Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Quran menjelaskan: Kata maaf berasal dari bahasa Al-Quran alafwu yang berarti “menghapus” karena yang memaafkan menghapus bekas-bekas luka di hatinya. Bukanlah memaafkan namanya, apabila masih ada tersisa bekas luka itu didalam hati, bila masih ada dendam yang membara. Boleh jadi, ketika itu apa yang dilakukan masih dalam taraf “masih menahan amarah”. Usahakanlah untuk menghilangkan noda-noda itu, sebab dengan begitu kita baru bisa dikatakan telah memaafkan orang lain.

Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan. Dan memberikan posisi tinggi bagi pemberi maaf. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang sangat luhur, yang harus menyertai seorang Muslim yang bertakwa. Allah swt berfirman: “…Maka barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah.” (Q.S.Asy-Syura : 40). Dari Uqbah bin Amir, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “wahai Uqbah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu.” (HR.Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy).

Memaafkan memiliki banyak manfaat, bukan hanya bagi orang lain namun juga bagi diri sendiri. Ada beberapa manfaat lain yang bisa didapatkan dari memaafkan yaitu:
  • Memaafkan baik untuk ketenangan pikiran. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak memaafkan, porsi marahnya akan sedikit. Seorang pemaaf memiliki ketenangan jiwa yang tinggi dan tingkat depresi yang rendah.
  • Memaafkan baik untuk kesehatan tubuh. Orang yang banyak memaafkan memiliki kesehatan yang lebih baik daripada orang yang menyalahkan orang lain.
  • Memaafkan adalah sebuah proses yang membutuhkan waktu dan kesabaran yang tinggi. Saat anda memaafkan, sebenarnya anda melakukannya untuk diri anda sendiri, bukan orang lain.
  • Memaafkan bukan berarti menyetujui perilaku yang dilakukan orang yang berbuat kesalahan, tapi lebih kepada melihat kunci permasalahan yang terjadi terhadap diri anda. Intinya intropeksi diri.
  • Kesalahan yang terjadi tidak selamanya bernilai negatif. Dengan melihat permasalahan dari sudut yang positif akan tampak bahwa segala kesalahan bisa membawa hikmah yang positif untuk hidup.
  • Memaafkan adalah suatu pilihan. Memilih untuk terus membawa rasa kesal yang membebani atau ingin meringankan diri dari perasaan tersebut dengan memaafkan.
  • Memaafkan memiliki hubungan yang sangat kuat dengan tekanan darah. Saat beban itu terpendam, otot akan menegang, kepala berdenyut, leher dan punggung serasa membeku, pencernaan terganggu, keringat berlebihan, jantung tak berfungsi baik, nafas tersengal-sengal. Setelah itu mungkin anda akan dihadapkan oleh penyakit kronis seperti kanker. Untuk itu, jangan pernah menutup pintu maaf anda kepada orang lain, termasuk diri anda sendiri. 
Mulailah biasakan memaafkan orang lain ataupun kepada diri sendiri. Tapi jangan hanya ucapan saja, niatkan diri dan rasakan sensasi dari memaafkan. Semoga kita bisa memaafkan diri sendiri ataupun orang yang ada disekitar kita.