muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Senin, 28 Maret 2011

~♥~ Doa Cinta ~♥~



Selangkah demi langkah

Ku dekati dan ku hampiri diri Mu

Untuk bersimpuh dan bersujud

Dalam pangkuan hangat Mu


Sejengkal demi jengkal

Kurapatkan tubuh ku di sisi Mu

Untuk dapatkan seteguk

Kasih dan cinta yang takkan

Pernah habis dimakan zaman


Ku angkat kedua tangan

Yang hina dan nista

Demi mengharapkan

Sambutan hangat dari Mu


Peluk dan kecuplah diriku

Dalam dekapan mesraMu

Dalam desah nafas ku

Yang menggebu


Ku memohon doa tulus untuk Mu

Agar cinta dan kasih Mu

Selalu abadi dalam kalbu

Hingga ku kembali pada Mu

copas dari : http://yasirul.multiply.com/journal/item/18

~♥~ "♥" Maghfirah Cinta "♥" ~♥~



Dalam gelap ku berharap

Dalam hening ku bermohon

Mengharap kasih Mu

Memohon ridho Mu


Berikan aku setetes hidayah

Limpahkan aku seberkas cahaya

Tuangkan aku secangkir maghfirah

Yang takkan pernah usang ditelan zaman


Ya Robbi……..

Ku tak sanggup terus begini

Ku tak mampu berada di dunia ini

Dunia yang selalu menyiksaku

Dunia yang selalu memaksaku

Bergelimang dengan harta dan dosa


Tunjukkan aku jalan Mu

Bimbinglah aku menujunya

Biarkan aku melewatinya

Hanya Maghfirah Cinta Mu

Yang menyelamatkanku

Hanya Hidayah Kasih Mu

Yang membawaku

Menuju pintu Surga Mu


Tak ada cinta yang sejati

Selain Maghfirah Cinta Mu

Dalam pelangi hidupku

copas dari : http://yasirul.multiply.com/journal/item/18

~ ♥ ♥ Sebutir Tasbih Cinta ♥ ♥ ~




Kalamullah terbaca

Hatipun terpana

Zikrullah terucap

Tanganpun bersedekap


Serangakai hamdalah mengalun indah

Serumpun tahmid menggulung megah

Semilir istighfar terhembus merdu

Senandung takbir mengalir syahdu


Terpancar cahaya Ilahi 

Dari sebutir tasbih cinta

Terasa getaran ruh Ilahi 

Dalam sebait Cinta

Yang mengalun Indah 

Dari bibir basah 

Para Ahli Surga Mu

copas dari : http://yasirul.multiply.com/journal/item/18

Sabtu, 19 Maret 2011

Hijabku, Identitasku...



Kuturunkan kain keseluruh tubuhku...
Supaya aku terjaga...
Bukan saja dari gangguan orang-orang yang kutemui...
Tetapi juga dari godaan dalam diriku sendiri yang ingin bertingkah...

Kuturunkan kain hingga menutupi dadaku...
Kujadikan sebagai identitasku...
Takkan ku lepaskan...
Apalagi kubiarkan ia direnggut dari diriku...

Kuturunkan kain hingga menutupi dadaku...
Mengikuti syariat agamaku...
Supaya ikut tunduk pandanganku...
Supaya baik pergaulanku...

Dan kuturunkan kain bagi keberadaanku...
Yang penuh dengan makna cinta...
Cinta ketaatan padaNya...
Cinta penyelamatan bagi makhluk-makhlukNya...
Dan cinta bagi seorang saja...
Yang paling berhak untuk membukanya suatu hari nanti...





Ukhti... Apa Sich Makna Kerudung bagimu???



Beberapa hari yang lalu, ketika saya pulang dari pasar, saya melewati salah satu perguruan tinggi. Pas antri-antrinya kendaraan, menyebranglah seorang mahasiswi... sambil nyebrang eh malah dia buka kerudungnya... kami yang ada diangkot heran dan ada juga yang tertawa melihat tingkah mahasiswi seperti itu... 

Ini bukanlah yang pertama kali saya melihat kejadian seperti ini... ada yang dari rumah memakai kerudung dan membuka kerudungnya setelah naik angkot, mahasiswi yang ketika berada dikampungnya dia memakai kerudung namun keluar dari kampungnya pergi kekampus tidak memakai kerudung dan malah pakaian yang digunakannya dalam sehari-hari begitu jauh dari kebiasaannya dikampung. Padahal orang tua sangat percaya dia masih memegang teguh syariat islam. Dan ada juga yang memakai kerudung tapi rambutnya (poninya) diperlihatkan (kalau yang ini kebanyakan anak-anak sekolah SMP dan SMU). 

Begitu banyak kita menyaksikan para uhkti yang memakai kerudung tapi begitu mudah membuka kerudungnya di tempat umum, ini banyak saya lihat di profil-profil FB teman-temanku yang sesama tsanawiyah dan aliyah. Sekian tahun belajar agama dari tsanawiyah, aliyah dan bahkan ada yang kuliah di perguruan tinggi islam tapi foto profil FBnya memajang wajah mereka yang tidak memakai hijab alias kerudung atau yang lebih dikenal dengan jilbab ( sebenarnya kita salah kaprah yang mengartikan bahwa jilbab itu sama dengan kerudung, padahal jilbab adalah pakaian longgar yang menutupi seluruh tubuh hingga mata kaki sedangkan kerudung adalah kain yang menutupi kepala, leher hingga dada).

 Dan 4 tahun yang lalu seorang adik kelasku di aliyah yang saya banggakan karena melihat dia  berasal dari daerah yang mayoritas berpenduduk agama nasrani  pindah ke kotaku dan nginap di panti asuhan yang kebetulan panti tersebut tak jauh dari tempat tinggalku, ia memiliki kemauan keras untuk masuk aliyah (karena teman-teman sebaya dipantinya banyak yang masuk SMU islam) dan semasa sekolah ia memakai kerudung jika pergi  keluar panti, namun ketika dia mulai kuliah, sudah keluar dari panti asuhan, dia sudah menanggalkan hijabnya itu...hal ini saya ketahui ketika suatu hari saya melewati kampusnya, dia ingin naik angkot dan melihat saya berada dalam angkot tersebut, dia langsung mundur dan sembunyi di balik mobil lain... hatiku begitu sedih rasanya, kenapa dia bisa berubah.. bukan hanya kerudungnya yang sudah tidak ada lagi, tetapi juga pakaiannya yang semakin ketat dan berlengan pendek...hmm, ternyata hatinya belum mantap untuk memakai kerudung dan malah memilih mengikuti trend sekarang...

Masih banyak fenomena yang saya dengar dan lihat sendiri tentang kerudung, seorang akhwat yang mengikuti organisasi atau forum islami, ketika keluar dari organisasinya ada yang mulai berubah, ada yang kembali memakai kerudung yang menampakkan dadanya, ada yang kembali memakai pakaian yang agak ketat... dan ada juga dalam beberapa minggu seorang ukhti memakai jilbab kekampus kemudian tidak memakai jilbab lagi kekampus seminggu kemudian memakai jilbab lagi (pusing dah lihat yang kayak gini, kayak orang kebingungan aja...)

Aduhhhh ukhti... dimanakah komitmenmu sebagai seorang muslimah yang mematuhi syariat islam?? dalam hatiku pun bertanya, sebenarnya apa sih makna kerudung bagimu ukhti??

Bagiku kerudung adalah sesuatu yang wajib saya gunakan dan merupakan suatu kebutuhan, sesuatu yang mencerminkan jati diriku sebagai seorang muslimah.  Walaupun saya bukan seorang muslimah yang memakai jilbab lebar dan panjang seperti para muslimah yang sekarang terkenal dengan sebutan akhwat namun saya masih tetap memegang prinsip kalau kita sebagai muslimah harus menutupi auratnya (memakai pakaian yang longgar dan tidak transparan), dan bersangkutan dengan kerudung, saya mengamalkan syariat islam yang menganjurkan untuk mengulurkan kerudungmu hingga menutupi leher dan dadamu.

Saya teringat ketika masih Tsanawiyah dahulu, pertama kalinya saya berkomitmen memakai kerudung. Baru masuk tsanawiyah saya sudah menanamkan prinsip bahwa kerudung adalah suatu yang harus saya gunakan jika keluar rumah dan bertemu dengan lelaki yang bukan muhrim (diluar ataupun didalam rumah). Pertama kali menggunakan kerudung ada kejadian yang menurut saya menarik,,, ketika saya ingin pergi ke warung dekat rumah, saya lupa menggunakan kerudung, setelah berjalan sekitar 10m dari rumah, saya baru menyadarinya dan saya pun lari secepatnya kerumah mengambil kerudung dan memasangnya. Ketika tiba di warung yang saya tuju, penjaga warung tersenyum pada saya dan bertanya “ngapain tadi dek? Kok lari? Lupa ya makai kerudungnya?” . Saya pun tersenyum dan berkata,” iya mbak namanya juga baru makai jadi lupa”. Dan juga ketika kerabat laki-laki ibu saya datang kerumah, saya dan kakak saya langsung lari kekamar kemudian makai kerudung dan baru menemuinya, paman itu  marah, dia kira kami bersaudara (saya dan kakak2 saya) tidak ingin bertemu dengannya, dia berkata “emangnya saya monster sampai kalian lari seperti itu?”. (ternyata paman melihat kami lari ketika kami mendengar suara paman baca salam mau masuk rumah). Untung aja ibu membela, “mereka itu bukan takut sama abang tapi mereka itu pergi ngambil kerudungnya karna rambut itu adalah aurat, baru setelah mereka pakai kerudung mereka menemui abang”. Bagi kami, kerudung adalah suatu yang harus kami gunakan, suatu kebutuhan, dan jika tidak memakai kerudung sama saja tidak memakai pakaian.     

Bicara soal kerudung, bagi para muslimah kerudung harus dipahami, tidak hanya sebatas sebagai kewajiban semata namun jauh lebih dari itu, dengan menganggapnya sebagai kebutuhan. Sehingga kesannya tidak terpaksa dalam memakai karena pada hakikatnya kerudung itu adalah alat untuk melindungi kehormatan mereka dari laki-laki yang tidak benar bukan sebaliknya sebagaimana orang kebanyakan melihatnya menjadi beban dan kesulitan besar.

Keharusan kaum wanita memakai kerudung kepala tertera dalam surat An Nur ayat 31 yang cukup panjang, yang saya kutip satu baris saja, yang berbunyi sebagai berikut. : “Katakanlah kepada wanita yang beriman… .....Dan hendaklah mereka menutupkan kerudung kepalanya sampai kedadanya”… …

Perintah Allah diatas adalah jelas dan tegas yang wajib hukumnya bagi kaum wanita sebagaimana dinyatakan Allah pada pembukaan surat An Nur yaitu : “Inilah satu surah yang Kami turunkan kepada rasul dan Kami wajibkan menjalankan hukum-hukum syariat yang tersebut didalamnya. Dan Kami turunkan pula didalamnya keterangan-keterangan yang jelas, semoga kamu dapat mengingatnya”.

Dari bunyi ayat diatas jelaslah wanita yang tidak memakai kerudung telah melakukan dosa yang besar karena ingkar kepada hukum syariat Islam yang diwajibkan oleh Allah.

Banyak kaum wanita yang masuk neraka, semata-mata karena didalam hidupnya tak mau memakai kerudung kepala atau Jilbab, didalam neraka akan mendapat siksaan yang berat sekali sebagai mana diceritakan Nabi Muhammad dalam hadits beliau yang artinya sebagai berikut. ; “Wanita yang akan digantung dengan rambutnya, sampai mendidih otak dikepalanya didalam neraka, ialah wanita-wanita yang memperlihatkan rambutnya kepada laki-laki yang bukan muhrimnya” Hadits diatas adalah bahagian akhir dari hadits nabi Muhammad yang cukup panjang, yang menceritakan berbagai macam siksa neraka yang diperlihatkan Allah waktu beliau pergi mikraj. Waktu beliau menceritakan nasib kaum wanita yang berat siksanya didalam neraka karena tak mau memakai kerudung kepala atau jilbab didalam hidupnya, beliau meneteskan air mata.

Begitulah Nabi Muhammad S.A.W. menangisi nasib kaum wanita dari ummatnya nanti di akherat, tetapi sekarang kalau kaum wanita Islam disuruh memakai kerudung kepala, banyak alasannya ada yang mengatakan fanatika agama, sudah kuno tidak cocok dengan zaman, panas dan lain sebagainya.

Gak bisa dipungkiri wanita emang suka rambutnya terurai indah dan terlihat menarik. Apakah gak lebih baik kalo Mahkota itu dijaga Kesuciannya. Justru rambut yag terurai itu akan rusak oleh UV yang berlebihan, dan debu yang akan menempel pada kulit kepala. Bahkan rambut yang terurai akan minta pertanggung jawaban kepada kita karena dibiarkan terlihat oleh banyak orang yag bukan muhrimnya. Bukankah rambut itu aurat yang harus ditutupi?? Kalau begitu apa kamu bangga kalo terlihat menarik perhatian kaum adam dengan rambut terurai atau pun memakai kerudung namun menampakkan leher dan dada hanya sekedar mengikuti tren zaman sekarang? Wah..wahh..itu sich salah pemikiran. Tidak bisa dipungkiri kalau kita lebih banyak merasa malu kepada manusia dari pada kepada Allah SWT. Memang betul malu sebagian dari iman, tapi apakah malu kita pada tempatnya?. Tentu yang dimaksud malu sebagian dari iman itu, Malu kalau kita berbuat khilaf dan melakukan hal -hal yang Allah larang. So.. sahabatku para ukhti harus malu kalo ukhti jadi pusat perhatian kumbang - kumbang liar atau bahkan jadi pelampiasan mereka. Naudzubillahimin zalik.

Lalu gimana ya ukhti…jadi wanita agar terbiasa mengenakan kerudung?
Nah, ni dia tahapan supaya kita terbiasa mengenakan kerudung…!
Ukhti  harus tanamkan niat yang kuat dan lurus semata - mata mengenakan kerudung itu bukan karena kewajiban untuk menjalankan perintah Allah SWT semata tapi tanamkan bahwa kerudung merupakan kebutuhan yang harus kita penuhi. Dan tentunya bukan karena fashion dan style aja, dan juga bukan karena ikut - ikutan temen atau saudara. Kita harus melengkapi niat kita dengan persiapan Ilmu mengenai menutup aurat. Dengan memahami dan mulai melakukan apa yang Allah perintahkan kepada kita.

Setelah kita memperdalam dan memahami ilmu, kita harus rubah kebiasaan kita menuju pribadi yang lebih baik. Dengan melakukan kebiasaan baik dalam sehari-hari. Emang sulit merubah pribadi kita apalagi kepada perubahan yang lebih baik, hal ini diperlukan kesungguhan dan kesabaran serta kedisiplinan, karena sukses tanpa disiplin itu gagal. Sama halnya seperti kita memindahkan tumpukan batu ketempat lain, terasa sulit bila batu itu kita pindahkan sekaligus. Tapi akan terasa ringan bila batu tersebut dipindahkan secara satu persatu. Ini ga jauh beda dengan berkerudung,
Lingkungan juga berpengaruh loh, dalam perubahan kita. Terutama faktor keluarga, apalagi dilingkungan pergaulan kita sehari-hari. Kita harus pandai memilah-milah mana yang baik dan yang buruk. Seperti yang telah disabdakan oleh Rosulullah yaitu “ jika kita mau berteman pilihlah teman yang baik, dan lihatlah dengan siapa dia berteman”. Sahabatku para ukhti, buat jadi wanita yang berharga, baik dihadapan Allah maupun dihadapan manusia. Diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang apa yang bisa dan harus kita lakukan dan apa yang tidak boleh kita lakukan sebagai seorang muslimah yang dirindukan surga.

Maafkan jika ada kata yang salah...Semoga bermanfaat.....




Selasa, 15 Maret 2011

Izinkan Aku Meminangmu


Farhan baru genap berusia 23 thn, kuliahnya belum selesai ketika dia memutuskan untuk menikah dan bercerita pada sahabatnya. Melihat semangatnya yang menggebu, sahabatnya bertanya soal kesiapannya. Orangtua memang belum setuju, papar Farhan. Alasannya kakak saya masih ada 2 org yang masih lajang dan sayapun belum selesai kuliah.
Bukankah menikah muda itu memiliki banyak keutamaan? Bagaimana dengan persiapan hidup setelah pernikahan? Apakah kamu sudah punya penghasilan?
Farhan pun menjawab, saya memang tidak punya penghasilan tetap, tetapi insyaallah orang tua calon istri tak keberatan membantu...
~~~
Lain pula halnya dengan Doni, meski sudah berumur 30 tahun tapi ia masih belum siap untuk menikah. Mau dikasih makan apa anak istri saya kelak? ungkapnya. Penghasilan saya habis untuk membantu orang tua dan kebutuhan sehari-hari saja. Saya tak ingin anak istri saya nanti merasakan seperti kondisi keluarga saya dahulu yang hidup serba kekurangan, mengingat sekarang biaya hidup begitu besar.  
~~~
Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita menyaksikan orang yang cepat menikah dan adapun juga yang sudah sepantasnya menikah namun belum juga menikah. Keinginan menikah, bila tidak diiringi persiapan yang matang memang bisa menjadi bumerang. Bisa tidak jadi menikah atau lebih parah lagi kecewa sesudah menikah. Karenanya perlu persiapan sangat cermat sebelum seseorang bersegera melakukan proses menuju pernikahan.

Antara baligh dan dewasa
Secara fisik, orang yang telah baligh siap untuk menikah. Bila secara fisiologis tak ada masalah, maka seseorang sudah siap untuk menjalani hidup pernikahan. Namun, pernikahan tentu saja tidak hanya membutuhkan persiapan fisik saja, akan tetapi ada 2 hal yang harus dijadikan patokan untuk menilai persiapan diri dalam melangsungkan pernikahan.
Pertama, soal kematangan mental calon yang ingin menikah. Apakah ia sudah memahami bahwa menikah adalah sebuah perjalanan tanggung jawab yang besar, sehingga dia harus siap menanggungnya. Seberat apapun tanggung jawab itu ada nantinya.
Kedua, harus memahami bahwa menikah itu bukan saja memunculkan sejuta keindahan, tapi juga sejuta masalah kehidupan. Sehingga ia harus siap menghadapi setiap masalah yang mungkin timbul, yang mungkin lebih kompleks karena bertambahnya jumlah keluarga serta peran baru yang akan ditempuh. Apalagi buat ikhwan, ia juga harus mengantisipasi soal kemampuan hidup dan menghidupi keluarganya kelak.
Oleh sebab itu, persiapan yang menjadi pokok dan menjadi titik pusat perhatian, adalah persiapan kedewasaan. Mengapa kedewasaan? Karena dalam makna kedewasaan inilah tercakup persoalan kematangan kepribadian. Sebagaimana kata orang, bahwa tua itu adalah kepastian, tetapi dewasa adalah sebuah pilihan, berarti untuk menjadi dewasa ada proses-proses yang harus dijalani. Orang yang berusia muda  tidak bisa dipastika tidak dewasa dan sebaliknya.

Sosok shaleh plus
Faktor kedewasaan sangat dipengaruhi oleh pendidikan keimanan yang mereka dapatkan. Karena itu bila ditanyakan faktor apa yang menjadi modal utama persiapan pernikahan, maka jawabannya adalah faktor kedewasaan rohani atau keshalehan diri yang mampu memberi seseorang kemampuan bersikap benar dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
Persiapan kedewasaan rohani atau keshalehan didapat dengan menguatkan hubungan dengan Allah serta memlalui pembinaan akhlak. Sehingga sedikit demi sedikit terbangunlah kematangan kepribadian dan tanggung jawab. Kematangan dan tanggung jawab inilah yang akan membuat seseorang bisa menghadapi kebaikan atau keburukan dengan baik dan benar sesuai syar’i.
Selain soal persiapan kedewasaan rohani, masih ada yang perlu dipersiapkan para lajang sebelum menikah yaitu persiapan fisik, mental, pemikiran dan materi. Persiapan pemikiran berarti mengetahui tujuan, hukum, hak dan kewajiban dalam menjalani hidup pernikahan. Sedangkan persiapan materi tentang biaya hidup setelah pernikahan .

Soal sekufu
Menikah dengan yang sekufu merupakan salah satu cara mewujudkan pernikahan yang bahagia. Sekufu bisa dibilang sederajat dengan harkat, martabat dan hidayat. Namun saat ini banyak yang salah mengartikan bahwa sekufu itu haruslah dilihat dari segi materi atau derajatnya saja. Persamaan tingkat/derajat bukanlah syarat dalam pernikahan, meski kufu merupakan hak pihak wanita dan walinya.  Keduanya berhak menilai dan memutuskan, apabila calon suami dipandang lebih rendah derajatnya (status sosialnya) maka mereka berhak menolaknya.
Persamaan tingkat itu dapat ditinjau dari lima segi:
  1. Agama. Seorang wanita muslim tidak setingkat dengan kafir.
  2. Merdeka. Seorang yang merdeka tidak setingkat dengan budak.
  3. Keturunan. Seorang dari keluarga yang saleh tidak setingkat dengan keluarga yang fasik.
  4. Kehormatan dan kesucian diri. Wanita terhormat dan jauh dari noda dosa besar tidak setingkat dengan pria pemabuk atau penjudi.
  5. Status sosial. Pria yang pekerjaannya rendah tidak setingkat dengan wanita anak dari orang terpandang kedudukannya.
Firman Allah swt: “Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki yang musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin. (QS. An-Nur:3)

Dari persamaan tingkat tersebut, sekufu dalam menikah lebih dititik beratkan kepada agama. Agama yang mencakup keimanan dan akhlak seseorang tetaplah hal utama ketika memilih calon pendamping.

Komunikasi ta’aruf
Setelah mantap dengan satu calon pasangan, proses perkenalan (ta’aruf) pun bisa dilakukan. Apa saja yang sebaiknya diungkapkan dalam masa ta’aruf ini? Visi misi calon pasangan tentang pernikahan serta kriteria dia soal pasangan hidup yang diharapkannya, serta sifat dan kebiasaan yang menonjol dari calon pasangan. Mengapa ini penting? Agar kita tau sifat, mimpi dan harapan calon pasangan terhadap pernikahan yang akan berlangsung. Bila kriteria itu terlalu tinggi, mungkin bisa dinegosiasi atau bahkan dibatalkan.
Bila semua berjalan lancar, proses ini tentu terlalui dan lamaran anda diterima. Bila sudah begini tak ada kata yang lebih tepat untuk diungkapkan kecuali Alhamdulillah, segala pujian dan kesenangan adalah semata milik Allah.





Minggu, 13 Maret 2011

Kupinang engkau dengan Hamdalah



Sekian tahun sudah aku menanti
Merindukan kehadiran seorang kekasih
Yang akan menjadi penyejuk jiwa dikala suka dan duka
Dimanakah dirimu duhai tulang rusukku??

Hati ini begitu hampa dan gelisah
Kapankah waktu itu tiba
Setiap saat dalam munajad dan dikeheningan malam
Aku selalu memohon
Agar dipertemukan denganmu
Untuk melengkapi separoh agamaku

Hingga suatu hari aku mengenalmu
Bagiku dirimulah yang terbaik
Menurut pandangan dan harapanku
Dan insyaallah terbaik juga menurut pandangan Allah

Aku memohon petunjuk kepada Rabb
Hingga hati ini semakin merasa yakin
Untuk terus melangkah ke jenjang yang Engkau ridhoi

Semua persiapan pun ku lakukan
Segala pujian dan kesenangan semata milik Allah
Kupinang engkau dengan Hamdalah
Semoga Allah selalu memberi kemudahan
Hingga ikrar itupun terucapkan dalam kesaksian dihadapanNya


~~~~~~~~~~
Hanya sekedar coret menyoret untuk ngisi catatan.... semoga aja ada yang suka...hehehe ^_^



Minggu, 06 Maret 2011

Muhasabah Cintaku Dibawah Langit CintaMu



Diatas sajadah cinta

Dalam mihrab cintaMu aku berdiri

Kedua belah tanganku membuka takbir cinta sejati

Melafazkan ayat-ayat cinta atas kehadiran hamba dan makna keperkasaanMu

Hatiku terbuka mengikuti ayat yang paling ibu


Meminta petunjuk agar sanggup menyebrangi jembatan waktu
Gerak nafasku ingin dekat dengan zatMu

Kepingan dosa yang meluka

Kubasuh dilidah cintaku yang mengucapkan doa dari seorang hamba

Ku ingin menyapu halaman hatiku

Dengan kesetiaan rindu

Merunduk lirih mengisahkan air mata


Inilah Muhasabah Cintaku

Tegakku yakinkan diri

Dihadapan pemilik puja dan puji

Kenyataan ku pasrahkan diujung telunjukMu

Untuk mendapatkan ridho Dibawah Langit CintaMu








Evaluasi Diri




Bagaimana bisa…banyak ayat yang telah kita hafal…tetapi mengapa tidak dapat menjadi syifa bagi hati yang gundah gulana ditempa perasaan yang meluap-luap terhadap orang bukan selayaknya???

Bagaimana mungkin bibir ini basah dengan dzikir untuk mengingat Allah, tetapi tidak bisa menjadi terapi bagi lisan yang terus-menerus menyebutkan dan menyanjung sang pengagum???

Katakan TIDAK pada hawa nafsu….dan nyatakan mulai detik ini sampai selama-selamanya syetan adalah musuh utama kita…seperti Ibrahim AS nyatakan itu di padang pasir pada saat syetan menggodanya untuk berpaling dari titah perintah Allah

Bagaimana mungkin ar rasyi…bisa bergetar mendengar do’a kita jika hati kita dan qolbu kita kotor????

Bagaimana mungkin generasi penerus cita-cita luhur pengemban amanah akan terhantar dari tangan kita jika tangan penuh dengan lumpur dosa???

Bagaimana mungkin do’a kita bisa menggedor pintu langit dan malaikat menyambutnya...kalau lisan kita penuh dusta....???

Bagaimana mungkin rahmat Allah menyapa kita, jika otak kita penuh dengan siasah dan taktik licik untuk menipuNya?

Sekali lagi saudaraku katakan TIDAK pada hawa nafsu, pada syetan laknatullah

Janganlah mengikuti langkah-langkah syetan dan berbohonglah pada perasaanmu sendiri, berbohonglah pada hawa nafsu yang akan membuatmu celaka

Dan terakhir...

Harum semerbak bunga melati di taman puri
Dijadikan hiasan mahkota mempelai putri
Tanda/lambang kesucian dan kelembutan hati
Lembutnya hati bila berhiaskan Asma Ilaahi

Lembut tampaknya buih dihempas ombak
Terpukau mata seakan kabut yang berarak
Padahal buih sisa hempasan perasaan riak-riak
Banyak manusia seakan dirinya berakhlaq
Padahal hatinya senantiasa memberontak
Akui berhati lembut, ternyata keras berpijak.

Baru disadari ternyata diri banyak tertipu
Menyangka hati telah lembut
Menyangka diri telah jadi kekasih Allah
Menyangka diri telah berbuat baik
Menyangka dan menyangka
Yang selalu diulang dan menjadi bayangan diri
Bukankah ini khayalan yang pasti?

Kini... terlihat batu telah berada dalam suatu proses
Ternyata batu yang keras bukan saja dapat dipecahkan
Melainkan dapat pula dihaluskan laksana tepung
Ternyata disini pulalah letak ketinggian mutunya karena telah berubah fungsi selaku penghalus dan pengokoh suatu bangunan.

Oh... inikah maksud pelajaran dari melembutnya sebongkah batu
Tertunduk wajah menyimpan rasa malu
Seulas cibiran menukik di diri sambil berkata.....
Batu yang keras saja ternyata sabar memproses diri
Lalu bagaimana diri ini: “HATI” hakikatnya
Telah tercipta dalam kondisi lembut
Tak mampu berproses menuju kelembutan
Mengapa diri tak merasa malu dengan kekerasan hati
Bukannya hati yang mengeras.... tetapi nafsulah yang menjadikan hati tampil mengeras

Sehingga tak mampu hati tersentuh kelembutan Ilaahi
Sehingga tak mampu hati menangkap isyarat berhikmah
Sehingga tak mampu hati bergetar dan menangis,
Bila diingatkan dan disentuh ayat-ayat Al Qur'an.
Oh alangkah keras dan membatunya hati...

Wahai Allah wahai Rabbi Dzat pendidik kami
Kerasnya hati kami, tak pernah kau membenci
Engkau tersenyum melihat tingkah polah kami
Laksana seorang ibu selalu sabar menjagai
Rahmat terus kau beri agar tersadar diri ini
Sungguh kami adalah hamba yang tak pandai mensyukuri

Wahai Allah wahai Rabbi tempat kami mengadu
Selangkah demi selangkah kami tinggalkan nafsu
Agar mencair hati yang selama ini keras membatu
Baru kami mengerti betapa pemurahnya sifat-Mu
Kami yang selama ini acuh dengan sabar kau tunggu
Oh ternyata kami adalah hamba yang tak mau tahu

Wahai Allah wahai Rabbi sumber segala bahagia
Banyak sudah hidup kami yang tersia-sia
Tanpa kami sadari kelak berakhir petaka
Karena terlena pada keindahan fatamorgana
Mohon kiranya agar waktu yang masih tersisa
Untuk berbakti dan bersyukur selaku hamba.

sumber : www.muhasabahrinataufik.blogspot.com


Muhasabah Jiwa

Metode untuk mengatasi kekuasaan nafsu ammarah atas hati seorang mukmin adalah dengan selalu mengintrospeksi dan menyelisihinya. Imam Ahmad meriwayatkan, Umar bin Khaththab berkata, "Hisablah dirimu sebelum dihisab! Sesungguhnya berintropeksi bagi kalian pada hari ini lebih ringan daripada hisab di kemudian hari. Begitu juga dengan hari 'aradl (penampakan amal) yang agung."

 

Hasan al-Bashri berkata, "Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia mengintrospeksi dirinya karena Allah. Sesungguhnya hisab pada hari kiamat nanti akan ringan bagi mereka yang telah mengadakannya di dunia. Dan sebaliknya hisab akan berat bagi kaum yang menempuh urusan ini tanpa pernah berintrospeksi. Seorang mukmin itu bisa saja dikejutkan oleh sesuatu dan ia takjub kepadanya. Lalu berkatalah ia, 'Demi Allah, aku benar-benar menginginkanmu. Begitupun kamu adalah bagian dari kebutuhanku. Tetapi, allah tidak memberi alasan bagiku untuk mencapaimu. Duhai, ada jurang diantara kau dan aku!' Maka sesuatu itu pun lenyap dari hadapannya. Kemudian si mukmin akan kembali kepada dirinya dan berkata, 'aku tidak menginginkan hal ini! Apa peduliku dengan semua ini! Demi Allah aku tidak akan mengulanginya selama-lamanya!' Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang ditopang oleh Al-Qur'an. Al-Qur'an menghalangi kehancurannya. Seorang mukmin adalah tawanan di dunia yang berusaha membebaskan diri (menuju negerinya: akhirat). Dia tidak merasa aman sampai berjumpa dengan Allah. Dia tahu bahwa pendengaran, penglihatan, lisan, dan anggota badan, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban."


Malik bin Dinar bertutur,"Semoga Allah merahmati seseorang yang berkata kepada diri (nafsu)nya, 'Bukankah kamu pelaku ini? Bukankah kamu pelaku itu?' Lalu ia mencelanya dan mengalahkannya. Kemudian dia memulazamahkan dirinya kepada kitab Allah, sehingga menjadi pemimpinnya."

Adalah benar bagi setiap orang yang beriman kepada Allah subhanahu wa taala dan hari akhir untuk tidak melupakan introspeksi kepada nafsunya, menyempitkan ruang geraknya, dan menahan gejolaknya. Sehingga, setiap hembusan nafas adalah mutiara yang bernilai tinggi, dapat ditukar dengan perbendaharaan yang kenikmatannya tak akan pernah sirna sepanjang masa. Menyia-nyiakan nafas ini, atau menukarnya dengan sesuatu yang mendatangkan kecelakaan adalah kerugian yang sangat besar. Tidak dapat mentolerirnya kecuali manusia paling bodoh dan paling tolol. Hanya saja, hakekat kerugian ini baru benar-benar tampak nanti di hari kiamat.

"Pada hari setiap jiwa mendapati segala kebaikan yang dilakukannya dihadirkan dan juga segala kejahatan yang dilakukannya. Ia ingin ada penghalang yang panjang antara dia dan kejahatannya."(QS Ali Imran: 30)

Muhasabah (menginstrospeksi diri) itu ada dua macam, sebelum beramal dan sesudahnya.

Muhasabah sebelum beramal yaitu hendaknya seseorang berhenti sejenak, merenung di saat pertama munculnya keinginan untuk melakukan sesuatu. Tidak bersegera kepadanya sampai benar-benar jelas baginya bahwa melakukannya lebih baik daripada meninggalkannya.

Hasan al-Bashri berkata, "Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berpikir di saat pertama ia ingin melakukan sesuatu. Jika itu karena Allah ia lanjutkan dan jika bukan karena-Nya ia menangguhkannya."

Sebagian ulama menjelaskan penuturan al-Hasan ini dengan, 'Apabila diri tergerak untuk melakukan sesuatu, pertama-tama ia harus merenung, apakah amalan itu mampu ia kerjakan atau tidak. Jika tidak ada kemampuan untuk itu hendaknya ia berhenti. Tetapi jika ia mampu, hendaknya ia berpikir, apakah melakukannya lebih baik daripada meninggalkannya, ataukah sebaliknya. Jika yang ada adalah kemungkinan kedua, maka ia mesti meninggalkannya. Tetapi jika yang pertama, hendaknya ia bertanya, apakah faktor pendorongnya adalah untuk mendapatkan wajah Allah subhanahu wa ta'ala dan pahalanya, ataukah untuk mendapatkan kehormatan, pujian dan harta benda. Jika jawaban yang kedua yang muncul, hendaknya ia meninggalkannya. Meskipun jika ia melakukannya ia akan mendapatkan apa yang dicarinya. Ini sebagai pelatihan bagi diri agar tidak terbiasa dengan kesyirikan dan supaya takut beramal untuk selain Allah.

Semakin takut seseorang untuk beramal karena selain Allah, semakin ringan baginya untuk beramal karena Allah subhanahu wa ta'ala. Tetapi jika yang muncul adalah jawaban yang pertama, sekali lagi ia harus bertanya, apakah dia mendapatkan bantuan untuk itu? Atau adakah teman-teman yang akan membantu dan menolongnya- jika amalan itu tidak bisa dikerjakan sendirian? Jika tidak ada, ia harus menahan diri sebagaimana Nabi shalallahu alaihi wa sallam telah menahan diri dari memerangi musyrikin Mekah sampai terkumpul kekuatan dan kaum penolong. Adapun jika ia dibantu, hendaknya ia maju beramal, dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala ia akan mendapat kemenangan. Dan adalah kemenangan itu tidak akan terlepas kecuali jika salah satu dari perkara-perkara di atas terlepas. Sekali lagi, dengan mengadakan hal-hal di atas kemenangan tidak akan terlepas. Itulah empat perkara yang harus dicermati oleh seorang hamba sebelum ia beramal.

Muhasabah sesudah beramal itu ada tiga:
1. Introspeksi diri atas berbagai ketaatan yang telah dilalaikan, yang itu adalah hak Allah subhanahu wa ta'ala. Bahwa ia telah melaksanakannya dengan serampangan, tidak semestinya. Padahal hak Allah subhanahu wata'ala berkaitan dengan satu bentuk ketaatan itu ada enam. Yaitu, ikhlas dan setia kepada Allah subhanahu wa ta'ala di dalamnya, mengikuti Rasulullah shalallahu alaihi wa salam, menyaksikannya dengan persaksian ihsan, menyaksikannya sebagai anugerah Allah subhanahu wa ta'ala baginya, dan menyaksikan kelalaian dirinya di dalam mengamalkannya. Demikian, ia harus melihat apakah dirinya telah memenuhi keseluruhannya?

2. Introspeksi diri atas setiap amalan yang lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakan.
3. Introspeksi diri atas perkara yang mubah, karena apa ia melakukannya. Apakah dalam rangka mengharap Allah subhanahu wa ta'ala dan akhirat, sehingga ia beruntung? Ataukah untuk mengharapkan dunia dan keserbabinasaannya, sehingga ia merugi?

Akhir dari perkara yang dilalaikan, tidak disertai dengan muhasabah, dibiarkan begitu saja, dianggap mudah dan disepelekan adalah kehancuran. Ini adalah keadaan orang-orang yang tertipu. Ia pejamkan matanya dari berbagai akibat kebejatannya sambil berharap Allah subhanahu wa ta'ala mengampuninya. Ia tidak pernah peduli kepada muhasabah dan akibat kejahatannya. Pun jika ia melakukannya, dengan segera ia akan berbuat dosa, menekuninya dan ia akan sangat kesulitan meninggalkannya.

Kesimpulan dari uraian ini, hendaknya seseorang itu mengintrospeksi diri lebih dahulu pada hal-hal yang fardlu. Bila ia melihat ada kekurangan padanya, ia akan melengkapinya dengan qadla' (penggantian) atau ishlah (perbaikan). Lalu kepada hal-hal yang diharamkan. Bila ia merasa pernah melakukannya, ia pun bersegera untuk bertaubat, beristighfar, dan mengamalkan perbuatan-perbuatan baik yang dapat menghapuskan dosa. Kemudian kepada kealpaan. Bila ia mendapati dirinya telah alpa berkenaan dengan tujuan penciptaannya, maka ia segera memperbanyak dzikir dan menghadap Allah subhahanu wa ta'ala. Lalu kepada ucapan-ucapannya, atau kemana saja kakinya pernah berjalan, atau apa saja yang tangannya pernah memegang, atau telinganya pernah mendengar. Apa yang diinginkan dari semua ini? Mengapa ia melakukannya? Untuk siapa? Dan sesuaikah dengan petunjuk?

Sesungguhnya setiap gerakan atau ucapan itu akan dihadapkan pada dua pertanyaan, untuk siapa dikerjakan? dan bagaimana cara pengerjaannya? Pertanyaan pertama tentang ikhlas dan yang kedua tentang mutaba'ah (kesesuaian dengan sunnah)

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
"Supaya (Allah) memintai pertanggungjawaban orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka." (QS Al-Ahzab 8).

Apabila orang-orang yang benar saja dimintai pertanggungjawaban atas kebenarannya, dan dihisab atasnya, lalu bagaimana dengan orang-orang yang dusta?

Faedah Muhasabah

1. Mengetahui aib diri
Barangsiapa tidak mengetahui aib dirinya sendiri, tidak mungkin mampu membuangnya. Yunus bin 'Ubaid berkata, "Aku benar-benar mendapati seratus bentuk kebajikan. Tetapi kulihat, tidak ada satu pun yang ada pada diriku."

Muhammad bin Wasi' berkata, "seandainya dosa-dosa itu mempunyai bau, sungguh tidak ada seorang pun yang sanggup duduk di dekatku."

Imam Ahmad meriwayatkan, Abu Darda' berkata, "Seseorang itu tidak memahami agama ini dengan baik sampai ia membenci orang lain karena Allah subhanahu wa ta'ala, kemudian ia kembali kepada nafsunya dan ia lebih membencinya lagi."

2. Mengetahui hak Allah terhadapnya.

Hal itu akan membuatnya mencela nafsunya sendiri serta membebaskannya dari ujub dan riya'. Juga membukakan pintu ketundukan, penghinaan diri, kepasrahan dihadapan-Nya, dan keputusasaan terhadap dirinya sendiri. Sesungguhnya keselamatan itu hanya dapat dicapai dengan ampunan dari Allah subhanahu wa ta'ala dan rahmat-Nya. Merupakan hak Allah subhanahu wa ta'ala untuk ditaati dan tidak dimaksiati, diingat dan tidak dilupakan, serta disyukuri dan tidak dikafiri.

sumber : http://jilbab.or.id/archives/263-muhasabah-jiwa/