muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Selasa, 31 Mei 2011

******** QALBU ********



Oleh : Syekh Abdul Karim Ibnu Ibrahim Al Jaili [1366M - 1430M]

Qalbu adalah Singgasana Allah
Pusat kendali diri setiap manusia
Landasan penampakkan Al Haq
Ranah hamparan kasih rahmatNya

Ia adalah cerminan hakikatNya
Mikroskop nilai keluhuranNya
Wadah penampung kalamNya
Jaring penangkap isyarat-isyaratNya

Ia dianalogikan dengan cahaya
Diurai dengan huruf-huruf Qur’ani
Ia laksana, minyak dan lampu
Dalam Misykat serta kaca menyala

Ia mudah terbalik dan pongah,
Qalbu yang ingat mulia, yang lalai nista,
Ia kadang bersinar, kadang gelap,
Ia menyinari jagad diri dan kehidupan,

Qalbu didatangi DutaNya untuk
Dipersiapkan menerima tugas ketuhanan
Qalbu suci bermoral malaikatNya
Qalbu kotor berkarakteri setan terlaknat

Qalbu adalah penanda setiap insan
Adakah ia manusia baik atau buruk
Ia merupakan pundit rahasia batin
Samudera pengetahuan setiap manusia
Ia kunci pembuka keagunganNya
Pintu pembentang rahasia-rahasiaNya

Itulah wajah hakiki qalbumu yang sesungguhnya
Simpanlah rahasia batinmu, kau akan melihat rahasiaNya

Kebahagiaan dunia bisa diraih dengan jejak kaki
Kebahagiaan hakiki akhirat hanya bisa ditempuh dengan qalbu

Penyingkapan Agung dan tirai Makrifat terbuka oleh “laku“ qalbu
Rapor kebaikan dan keburukan setiap insani berdasar “laku“ qalbu

Manusia yang membiarkan kalbunya penuh noda hati
Selamanya tidak akan merasakan penyingkapan rahasia AgungNya

Qalbu adalah perbendaharaan agung
Modal utama setiap manusia menujuNya
Insan yang tidak memuliakan kalbunya
Akan menuai keburukan abadi di sisiNya

Qalbu adalah landasan pacu hakikat
Nilai hakiki tidak akan landing di qalbu yang kotor
Qalbu yang tidak suci berlumur hijab
Qalbu yang terhijab tidak akan Makrifatullah

Qalbu adalah media Wushul da Qurb
Keintiman denganNya juga dengan “laku“ qalbu
Hakikat kebaikan bersendikan qalbu
Kebaikan yang tidak bernurani, adalah busuk

Ilham suciNya turun di qalbu suci
Qalbu buruk adalah landasan bisikan jahat setan
Muara “laku“ qalbu adalah ridhaNya
KerelaanNya hanya berdasarkan “laku“ qalbu jernih
KemurkaanNya akibat “ulah“ qalbu
Siksa pedih akhirat juga akibat “ulah“ busuk qalbu

Qalbu adalah sentra penentu nasib
Kebahagiaan dan kesengsaraan hakiki akibat qalbu
Qalbu yang taat beroleh ridhaNya
Qalbu yang kufur, akan menuai kemurkaanNya
Qalbu yang pongah dan tersesat
Adalah qalbu yang lupa mendzikir padaNya
Wajah kebaikan qalbu adalah lurus
Wajah kesesatan qalbu, tindak kemaksiatannya

Tajamkan mata Qalbu dan pikir
Akan tersingkap keagungan rahasia ayat-ayatNya
Qalbu adalah pengantin jasad dan ruh
Hanya Qalbu Sakinah yang sambung dengan DiriNya

Lihatlah kepada “laku“ baik qalbumu
Itulah rahasia batinmu, dan modal utamamu menujuNya
Pandanglah kebaikan-kebaikanNya
Akan ditampakkan untukmu segala makna hakiki

Copas dari : bening1.wordpress.com

Minggu, 29 Mei 2011

Ringkasan cerita "Di Atas Sajadah Cinta"




Ringkasan cerita "Di Atas Sajadah Cinta"

Penulis: Habiburrahman El Shirazy

KOTA KUFAH terang oleh sinar purnama. Semilir angin yang bertiup dari utara membawa hawa sejuk. Sebagian rumah telah menutup pintu dan jendelanya. Namun geliat hidup kota Kufah masih terasa.

Di serambi masjid Kufah, seorang pemuda berdiri tegap menghadap kiblat. Kedua matanya memandang teguh ke tempat sujud. Bibirnya bergetar melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Hati dan seluruh gelegak jiwanya menyatu dengan Tuhan, Pencipta alam semesta. Orang-orang memanggilnya “Zahid” atau “Si Ahli Zuhud”, karena kezuhudannya meskipun ia masih muda. Dia dikenal masyarakat sebagai pemuda yang paling tampan dan paling mencintai masjid di kota Kufah pada masanya. Sebagian besar waktunya ia habiskan di dalam masjid, untuk ibadah dan menuntut ilmu pada ulama terkemuka kota Kufah. Saat itu masjid adalah pusat peradaban, pusat pendidikan, pusat informasi dan pusat perhatian.

Pemuda itu terus larut dalam samudera ayat Ilahi. Setiap kali sampai pada ayat-ayat azab, tubuh pemuda itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Neraka bagaikan menyala-nyala dihadapannya. Namun jika ia sampai pada ayat-ayat nikmat dan surga, embun sejuk dari langit terasa bagai mengguyur sekujur tubuhnya. Ia merasakan kesejukan dan kebahagiaan. Ia bagai mencium aroma wangi para bidadari yang suci.

Tatkala sampai pada surat Asy Syams, ia menangis,
“fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha.
qad aflaha man zakkaaha.
wa qad khaaba man dassaaha…”
(maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketaqwaan,
sesungguhnya, beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya…)

Hatinya bertanya-tanya. Apakah dia termasuk golongan yang mensucikan jiwanya. Ataukah golongan yang mengotori jiwanya? Dia termasuk golongan yang beruntung, ataukah yang merugi?

Ayat itu ia ulang berkali-kali. Hatinya bergetar hebat. Tubuhnya berguncang. Akhirnya ia pingsan.

***
Sementara itu, di pinggir kota tampak sebuah rumah mewah bagai istana. Lampu-lampu yang menyala dari kejauhan tampak berkerlap-kerlip bagai bintang gemintang. Rumah itu milik seorang saudagar kaya yang memiliki kebun kurma yang luas dan hewan ternak yang tak terhitung jumlahnya.

Dalam salah satu kamarnya, tampak seorang gadis jelita sedang menari-nari riang gembira. Wajahnya yang putih susu tampak kemerahan terkena sinar yang terpancar bagai tiga lentera yang menerangi ruangan itu. Kecantikannya sungguh memesona. Gadis itu terus menari sambil mendendangkan syair-syair cinta,

“in kuntu ‘asyiqatul lail fa ka’si
musyriqun bi dhau’
wal hubb al wariq…”

(jika aku pencinta malam maka
gelasku memancarkan cahaya
dan cinta yang mekar…)

***
Gadis itu terus menari-nari dengan riangnya. Hatinya berbunga-bunga. Di ruangan tengah, kedua orangtuanya menyungging senyum mendengar syair yang didendangkan putrinya. Sang ibu berkata, “Abu Afirah, putri kita sudah menginjak dewasa. Kau dengarkanlah baik-baik syair-syair yang ia dendangkan.”

“Ya, itu syair-syair cinta. Memang sudah saatnya dia menikah. Kebetulan tadi siang di pasar aku berjumpa dengan Abu Yasir. Dia melamar Afirah untuk putranya, Yasir.”

“Bagaimana, kau terima atau…?”

“Ya jelas langsung aku terima. Dia ‘kan masih kerabat sendiri dan kita banyak berhutang budi padanya. Dialah yang dulu menolong kita waktu kesusahan. Di samping itu Yasir itu gagah dan tampan.”

“Tapi bukankah lebih baik kalau minta pendapat Afirah dulu?”

“Tak perlu! Kita tidak ada pilihan kecuali menerima pinangan ayah Yasir. Pemuda yang paling cocok untuk Afirah adalah Yasir.”

“Tapi, engkau tentu tahu bahwa Yasir itu pemuda yang tidak baik.”

“Ah, itu gampang. Nanti jika sudah beristri Afirah, dia pasti juga akan tobat! Yang penting dia kaya raya.”

***
Pada saat yang sama, di sebuah tenda mewah, tak jauh dari pasar Kufah. Seorang pemuda tampan dikelilingi oleh teman-temannya. Tak jauh darinya seorang penari melenggak lenggokan tubuhnya diiringi suara gendang dan seruling.

“Ayo bangun, Yasir. Penari itu mengerlingkan matanya padamu!” bisik temannya.

“Be…benarkah?”

“Benar. Ayo cepatlah. Dia penari tercantik kota ini. Jangan kau sia-siakan kesempatan ini, Yasir!”

“Baiklah. Bersenang-senang dengannya memang impianku.”

Yasir lalu bangkit dari duduknya dan beranjak menghampiri sang penari. Sang penari mengulurkan tangan kanannya dan Yasir menyambutnya. Keduanya lalu menari-nari diiringi irama seruling dan gendang. Keduanya benar-benar hanyut dalam kelenaan. Dengan gerakan mesra penari itu membisikkan sesuatu ketelinga Yasir,

“Apakah Anda punya waktu malam ini bersamaku?”

Yasir tersenyum dan menganggukan kepalanya. Keduanya terus menari dan menari. Suara gendang memecah hati. Irama seruling melengking-lengking. Aroma arak menyengat nurani. Hati dan pikiran jadi mati.



***

Keesokan harinya.

Usai shalat dhuha, Zahid meninggalkan masjid menuju ke pinggir kota. Ia hendak menjenguk saudaranya yang sakit. Ia berjalan dengan hati terus berzikir membaca ayat-ayat suci Al-Quran. Ia sempatkan ke pasar sebentar untuk membeli anggur dan apel buat saudaranya yang sakit.

Zahid berjalan melewati kebun kurma yang luas. Saudaranya pernah bercerita bahwa kebun itu milik saudagar kaya, Abu Afirah. Ia terus melangkah menapaki jalan yang membelah kebun kurma itu. Tiba-tiba dari kejauhan ia melihat titik hitam. Ia terus berjalan dan titik hitam itu semakin membesar dan mendekat. Matanya lalu menangkap di kejauhan sana perlahan bayangan itu menjadi seorang sedang menunggang kuda. Lalu sayup-sayup telinganya menangkap suara,

“Toloong! Toloong!!”

Suara itu datang dari arah penunggang kuda yang ada jauh di depannya. Ia menghentikan langkahnya. Penunggang kuda itu semakin jelas.

“Toloong! Toloong!!”

Suara itu semakin jelas terdengar. Suara seorang perempuan. Dan matanya dengan jelas bisa menangkap penunggang kuda itu adalah seorang perempuan. Kuda itu berlari kencang.

“Toloong! Toloong hentikan kudaku ini! Ia tidak bisa dikendalikan!”

Mendengar itu Zahid tegang. Apa yang harus ia perbuat. Sementara kuda itu semakin dekat dan tinggal beberapa belas meter di depannya. Cepat-cepat ia menenangkan diri dan membaca shalawat. Ia berdiri tegap di tengah jalan. Tatkala kuda itu sudah sangat dekat ia mengangkat tangan kanannya dan berkata keras,

“Hai kuda makhluk Allah, berhentilah dengan izin Allah!”

Bagai pasukan mendengar perintah panglimanya, kuda itu meringkik dan berhenti seketika. Perempuan yang ada dipunggungnya terpelanting jatuh. Perempuan itu mengaduh. Zahid mendekati perempuan itu dan menyapanya,

“Assalamu’alaiki. Kau tidak apa-apa?”

Perempuan itu mengaduh. Mukanya tertutup cadar hitam. Dua matanya yang bening menatap Zahid. Dengan sedikit merintih ia menjawab pelan,

“Alhamdulillah, tidak apa-apa. Hanya saja tangan kananku sakit sekali. Mungkin terkilir saat jatuh.”

“Syukurlah kalau begitu.”

Dua mata bening di balik cadar itu terus memandangi wajah tampan Zahid. Menyadari hal itu Zahid menundukkan pandangannya ke tanah. Perempuan itu perlahan bangkit. Tanpa sepengetahuan Zahid, ia membuka cadarnya. Dan tampaklah wajah cantik nan memesona,

“Tuan, saya ucapkan terima kasih. Kalau boleh tahu siapa nama Tuan, dari mana dan mau ke mana Tuan?”

Zahid mengangkat mukanya. Tak ayal matanya menatap wajah putih bersih memesona. Hatinya bergetar hebat. Syaraf dan ototnya terasa dingin semua. Inilah untuk pertama kalinya ia menatap wajah gadis jelita dari jarak yang sangat dekat. Sesaat lamanya keduanya beradu pandang. Sang gadis terpesona oleh ketampanan Zahid, sementara gemuruh hati Zahid tak kalah hebatnya. Gadis itu tersenyum dengan pipi merah merona, Zahid tersadar, ia cepat-cepat menundukkan kepalanya. “Innalillah. Astagfirullah,” gemuruh hatinya.

“Namaku Zahid, aku dari masjid mau mengunjungi saudaraku yang sakit.”

“Jadi, kaukah Zahid yang sering dibicarakan orang itu? Yang hidupnya cuma di dalam masjid?”

“Tak tahulah. Itu mungkin Zahid yang lain.” kata Zahid sambil membalikkan badan. Ia lalu melangkah.

“Tunggu dulu Tuan Zahid! Kenapa tergesa-gesa? Kau mau kemana? Perbincangan kita belum selesai!”

“Aku mau melanjutkan perjalananku!”

Tiba-tiba gadis itu berlari dan berdiri di hadapan Zahid. Terang saja Zahid gelagapan. Hatinya bergetar hebat menatap aura kecantikan gadis yang ada di depannya. Seumur hidup ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini.

“Tuan aku hanya mau bilang, namaku Afirah. Kebun ini milik ayahku. Dan rumahku ada di sebelah selatan kebun ini. Jika kau mau silakan datang ke rumahku. Ayah pasti akan senang dengan kehadiranmu. Dan sebagai ucapan terima kasih aku mau menghadiahkan ini.”

Gadis itu lalu mengulurkan tangannya memberi sapu tangan hijau muda.

“Tidak usah.”

“Terimalah, tidak apa-apa! Kalau tidak Tuan terima, aku tidak akan memberi jalan!”

Terpaksa Zahid menerima sapu tangan itu. Gadis itu lalu minggir sambil menutup kembali mukanya dengan cadar. Zahid melangkahkan kedua kakinya melanjutkan perjalanan.

***
Saat malam datang membentangkan jubah hitamnya, kota Kufah kembali diterangi sinar rembulan. Angin sejuk dari utara semilir mengalir.

Afirah terpekur di kamarnya. Matanya berkaca-kaca. Hatinya basah. Pikirannya bingung. Apa yang menimpa dirinya. Sejak kejadian tadi pagi di kebun kurma hatinya terasa gundah. Wajah bersih Zahid bagai tak hilang dari pelupuk matanya. Pandangan matanya yang teduh menunduk membuat hatinya sedemikian terpikat. Pembicaraan orang-orang tentang kesalehan seorang pemuda di tengah kota bernama Zahid semakin membuat hatinya tertawan. Tadi pagi ia menatap wajahnya dan mendengarkan tutur suaranya. Ia juga menyaksikan wibawanya. Tiba-tiba air matanya mengalir deras. Hatinya merasakan aliran kesejukan dan kegembiraan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dalam hati ia berkata,

“Inikah cinta? Beginikah rasanya? Terasa hangat mengaliri syaraf. Juga terasa sejuk di dalam hati. Ya Rabbi, tak aku pungkiri aku jatuh hati pada hamba-Mu yang bernama Zahid. Dan inilah untuk pertama kalinya aku terpesona pada seorang pemuda. Untuk pertama kalinya aku jatuh cinta. Ya Rabbi, izinkanlah aku mencintainya.”

Air matanya terus mengalir membasahi pipinya. Ia teringat sapu tangan yang ia berikan pada Zahid. Tiba-tiba ia tersenyum,

“Ah sapu tanganku ada padanya. Ia pasti juga mencintaiku. Suatu hari ia akan datang kemari.”

Hatinya berbunga-bunga. Wajah yang tampan bercahaya dan bermata teduh itu hadir di pelupuk matanya.

***
Sementara itu di dalam masjid Kufah tampak Zahid yang sedang menangis di sebelah kanan mimbar. Ia menangisi hilangnya kekhusyukan hatinya dalam shalat. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sejak ia bertemu dengan Afirah di kebun kurma tadi pagi ia tidak bisa mengendalikan gelora hatinya. Aura kecantikan Afirah bercokol dan mengakar sedemikian kuat dalam relung-relung hatinya. Aura itu selalu melintas dalam shalat, baca Al-Quran dan dalam apa saja yang ia kerjakan. Ia telah mencoba berulang kali menepis jauh-jauh aura pesona Afirah dengan melakukan shalat sekhusyu’-khusyu’-nya namun usaha itu sia-sia.

“Ilahi, kasihanilah hamba-Mu yang lemah ini. Engkau Mahatahu atas apa yang menimpa diriku. Aku tak ingin kehilangan cinta-Mu. Namun Engkau juga tahu, hatiku ini tak mampu mengusir pesona kecantikan seorang makhluk yang Engkau ciptakan. Saat ini hamba sangat lemah berhadapan dengan daya tarik wajah dan suaranya Ilahi, berilah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan embun-embun cinta yang menetes-netes dalam dinding hatiku ini. Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang paling Engkau ridhai. Aku serahkan hidup matiku untuk-Mu.” Isak Zahid mengharu biru pada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta, dan segala keindahan semesta.

Zahid terus meratap dan mengiba. Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk menepis noda-noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun-embun cinta itu semakin deras mengalir. Rasa cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab-Nya. Rasa cinta dan rindu-Nya pada Afirah. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya ia pingsan.

Menjelang subuh, ia terbangun. Ia tersentak kaget. Ia belom shalat tahajjud. Beberapa orang tampak tengah asyik beribadah bercengkerama dengan Tuhannya. Ia menangis, ia menyesal. Biasanya ia sudah membaca dua juz dalam shalatnya.

“Ilahi, jangan kau gantikan bidadariku di surga dengan bidadari dunia. Ilahi, hamba lemah maka berilah kekuatan!”

Ia lalu bangkit, wudhu, dan shalat tahajjud. Di dalam sujudnya ia berdoa,

“Ilahi, hamba mohon ridha-Mu dan surga. Amin. Ilahi lindungi hamba dari murkamu dan neraka. Amin. Ilahi, jika boleh hamba titipkan rasa cinta hamba pada Afirah pada-Mu, hamba terlalu lemah untuk menanggung-Nya. Amin. Ilahi, hamba memohon ampunan-Mu, rahmat-Mu, cinta-Mu, dan ridha-Mu. Amin.”

***
Pagi hari, usai shalat dhuha Zahid berjalan ke arah pinggir kota. Tujuannya jelas yaitu melamar Afirah. Hatinya mantap untuk melamarnya. Di sana ia disambut dengan baik oleh kedua orangtua Afirah. Mereka sangat senang dengan kunjungan Zahid yang sudah terkenal ketakwaannya di seantero penjuru kota. Afiah keluar sekejab untuk membawa minuman lalu kembali ke dalam. Dari balik tirai ia mendengarkan dengan seksama pembicaraan Zahid dengan ayahnya. Zahid mengutarakan maksud kedatangannya, yaitu melamar Afirah.

Sang ayah diam sesaat. Ia mengambil nafas panjang. Sementara Afirah menanti dengan seksama jawaban ayahnya. Keheningan mencekam sesaat lamanya. Zahid menundukkan kepala ia pasrah dengan jawaban yang akan diterimanya. Lalu terdengarlah jawaban ayah Afirah,

“Anakku Zahid, kau datang terlambat. Maafkan aku, Afirah sudah dilamar Abu Yasir untuk putranya Yasir beberapa hari yang lalu, dan aku telah menerimanya.”

Zahid hanya mampu menganggukan kepala. Ia sudah mengerti dengan baik apa yang didengarnya. Ia tidak bisa menyembunyikan irisan kepedihan hatinya. Ia mohon diri dengan mata berkaca-kaca. Sementara Afirah, lebih tragis keadaannya. Jantungnya nyaris pecah mendengarnya. Kedua kakinya seperti lumpuh seketika. Ia pun pingsan saat itu juga.

***
Zahid kembali ke masjid dengan kesedihan tak terkira. Keimanan dan ketakwaan Zahid ternyata tidak mampu mengusir rasa cintanya pada Afirah. Apa yang ia dengar dari ayah Afirah membuat nestapa jiwanya. Ia pun jatuh sakit. Suhu badannya sangat panas. Berkali-kali ia pingsan. Ketika keadaannya kritis seorang jamaah membawa dan merawatnya di rumahnya. Ia sering mengigau. Dari bibirnya terucap kalimat tasbih, tahlil, istigfhar dan … Afirah.

Kabar tentang derita yang dialami Zahid ini tersebar ke seantero kota Kufah. Angin pun meniupkan kabar ini ke telinga Afirah. Rasa cinta Afirah yang tak kalah besarnya membuatnya menulis sebuah surat pendek,

Kepada Zahid,

Assalamu’alaikum
Aku telah mendengar betapa dalam rasa cintamu padaku. Rasa cinta itulah yang membuatmu sakit dan menderita saat ini. Aku tahu kau selalu menyebut diriku dalam mimpi dan sadarmu. Tak bisa kuingkari, aku pun mengalami hal yang sama. Kaulah cintaku yang pertama. Dan kuingin kaulah pendamping hidupku selama-lamanya.

Zahid,

Kalau kau mau. Aku tawarkan dua hal padamu untuk mengobati rasa haus kita berdua. Pertama, aku akan datang ke tempatmu dan kita bisa memadu cinta. Atau kau datanglah ke kamarku, akan aku tunjukkan jalan dan waktunya.

Wassalam

Afirah
===============================================================

Surat itu ia titipkan pada seorang pembantu setianya yang bisa dipercaya. Ia berpesan agar surat itu langsung sampai ke tangan Zahid. Tidak boleh ada orang ketiga yang membacanya. Dan meminta jawaban Zahid saat itu juga.

Hari itu juga surat Afirah sampai ke tangan Zahid. Dengan hati berbunga-bunga Zahid menerima surat itu dan membacanya. Setelah tahu isinya seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menarik nafas panjang dan beristighfar sebanyak-banyaknya. Dengan berlinang air mata ia menulis untuk Afirah :

Kepada Afirah,
Salamullahi’alaiki,

Benar aku sangat mencintaimu. Namun sakit dan deritaku ini tidaklah semata-mata karena rasa cintaku padamu. Sakitku ini karena aku menginginkan sebuah cinta suci yang mendatangkan pahala dan diridhai Allah ‘Azza Wa Jalla’. Inilah yang kudamba. Dan aku ingin mendamba yang sama. Bukan sebuah cinta yang menyeret kepada kenistaan dosa dan murka-Nya.

Afirah,

Kedua tawaranmu itu tak ada yang kuterima. Aku ingin mengobati kehausan jiwa ini dengan secangkir air cinta dari surga. Bukan air timah dari neraka. Afirah, “Inni akhaafu in ‘ashaitu Rabbi adzaaba yaumin ‘adhim!” ( Sesungguhnya aku takut akan siksa hari yang besar jika aku durhaka pada Rabb-ku. Az Zumar : 13 )

Afirah,

Jika kita terus bertakwa. Allah akan memberikan jalan keluar. Tak ada yang bisa aku lakukan saat ini kecuali menangis pada-Nya. Tidak mudah meraih cinta berbuah pahala. Namun aku sangat yakin dengan firmannya :

“Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (yaitu surga).”

Karena aku ingin mendapatkan seorang bidadari yang suci dan baik maka aku akan berusaha kesucian dan kebaikan. Selanjutnya Allahlah yang menentukan.

Afirah,

Bersama surat ini aku sertakan sorbanku, semoga bisa jadi pelipur lara dan rindumu. Hanya kepada Allah kita serahkan hidup dan mati kita.

Wassalam,

Zahid

===============================================================
Begitu membaca jawaban Zahid itu Afirah menangis. Ia menangis bukan karena kecewa tapi menangis karena menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda saleh bernama Zahid itu telah mengubah jalan hidupnya.

Sejak itu ia menanggalkan semua gaya hidupnya yang glamor. Ia berpaling dari dunia dan menghadapkan wajahnya sepenuhnya untuk akhirat. Sorban putih pemberian Zahid ia jadikan sajadah, tempat dimana ia bersujud, dan menangis di tengah malam memohon ampunan dan rahmat Allah SWT. Siang ia puasa malam ia habiskan dengan bermunajat pada Tuhannya. Di atas sajadah putih ia menemukan cinta yang lebih agung dan lebih indah, yaitu cinta kepada Allah SWT. Hal yang sama juga dilakukan Zahid di masjid Kufah. Keduanya benar-benar larut dalam samudera cinta kepada Allah SWT.

Allah Maha Rahman dan Rahim. Beberapa bulan kemudian Zahid menerima sepucuk surat dari Afirah :
Kepada Zahid,
Assalamu’alaikum,

Segala puji bagi Allah, Dialah Tuhan yang memberi jalan keluar hamba-Nya yang bertakwa. Hari ini ayahku memutuskan tali pertunanganku dengan Yasir. Beliau telah terbuka hatinya. Cepatlah kau datang melamarku. Dan kita laksanakan pernikahan mengikuti sunnah Rasululullah SAW. Secepatnya.

Wassalam,

Afirah
===============================================================

Seketika itu Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kufah. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hatinya. Tiada henti bibirnya mengucapkan hamdalah.

Diambil dari buku dengan judul yang sama karya Habiburrahman El Shirazy.

Copas dari ceritacinta.net

Jumat, 27 Mei 2011

INDAHNYA MALAM PERTAMA



Satu hal sebagai bahan renungan kita...
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawiah semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam Dan Hawa

Justru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Mauuut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu...mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan
Seluruh badan Kita terbuka....
Tak Ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok dan dibersihkan
Kotoran dari segala lubang dikeluarkan
Bahkan lubang-lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok kita....
Itulah jasad kita waktu itu

Setelah dimandikan..
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu ...jarang orang memakainya..
Karena bermerek sangat terkenal bernama Kafan
Wewangian ditaburkan ke baju kita...
Bagian kepala..,badan. .., Dan kaki diikatkan
Tataplah.... tataplah. ..itulah wajah Kita
Keranda pelaminan... langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian...

Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga
Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul
Kita diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah Dzikir
Akad nikahnya bacaan talkin...
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan. .yang tlah tiba duluan
Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan

Dan akhirnya.... Tiba masa pengantin..
Menunggu dan ditinggal sendirian...
Tuk mempertanggungjawab kan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama bersama KEKASIH..
Ditemani rayap-rayap dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah..
Dan ketika langkah pengantar tlah pergi....
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat...
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah Kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu...Dan tak seorangpun yang tahu....
Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan... .
Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata...
Seolah barang berharga yang sangat mahal...

Dan Dia Kekasih itu.. Menetapkanmu ke syurga..
Atau melemparkan dirimu ke neraka..
Tentunya kita berharap menjadi ahli syurga...
Tapi....tapi ....sudah pantaskah sikap kita selama ini...
Untuk disebut sebagai ahli syurga??

Sahabat..... , jika ini adalah bacaan terakhirmu
Jika ini adalah renungan peringatan
Ambillah hikmahnya... ..
Tapi jika ini adalah salahku...maafkan aku....
Terlebih jika aku harus mendahuluimu. ...
Ikhlaskan Dan maafkan seluruh khilafku
Yang pasti pernah menyakiti atau mengecewakanmu. ....
Kalau tulisan ini Ada manfaatnya.. ..
Silakan di print out Dan kau simpan sebagai renungan...
Siapa tahu ...suatu saat kau ingat padaku
Dan...aku tlah di alam lain....
Satu pintaku padamu...
Tolong do'akan aku....

by Naufal Arc

Diambil dari: megapoenya.blogspot.com/2008/05/indahnya-malam-pertama.html

~~~~~~~~~~~~~~~:::::::::::~~~~~~~~~~~~~

Selasa, 24 Mei 2011

#### Renungankanlah ukhti ####



Wahai Ukhti...
Cantik bukan berarti buka-bukaan
Bukan juga yang selalu dandan
Apalagi seorang pujaan

Duhai ukhti...
Untuk siapa engkau pamerkan auratmu?
Untuk kebahagiaan atau kepuasankah??
Kebahagiaan yang mana??
Kepuasan seperti apa??

Ingatkah engkau ukhti...
Dengan cerita ketika Rasulullah Isra’ mi’raj??
Rasul melihat wanita didalam neraka yang kakinya keatas
Kepalanya dibawah sambil meminum air yang mendidih
Menjerit menahan siksa yang menghancurkan kulit dan tubuhnya
Tatkala Rasulullah bertanya pada malaikat
Malaikat menjawab “ dialah umatmu yang tidak mau menutup rambut dan auratnya”

Wahai ukhti...
Bukankah Allah telah berfirman
Ulurkanlah kerudungmu hingga menutupi dada (An-Nur : 31)
Ulurkanlah jilbabmu hingga menutupi tubuh (Al-Ahzab : 59)

Wahai ukhti...
Banggakah engkau dengan keindahan tubuhmu??
Memangnya tubuhmu milik siapa??
Yang punya badan menyuruhmu menutupnya,
Engkau malah memamerkannya

Tidak malukah engkau ukhti??
Membanggakan sesuatu yang bukan milikmu...
Apa lagi yang engkau pikirkan ukhti??
Janganlah engkau mencari berbagai alasan...
Ingatlah, jangan sampai merugi nanti...
Penyesalan tiada artinya lagi...
Renungkanlah ukhti...


~::~

Jumat, 20 Mei 2011

Jangan Salah Nulis Salam Ya.....


### Penulisan Salam Yang Benar ###

Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh sahabat semuanya...

Sapaan salam yang sering kita ucapkan kepada siapa saja dimanapun dan kapanpun...

Namun dalam penulisan kata salam ini, banyak kita jumpai berbagai versi mulai dari “As”, “Ass”, “Akum”, “Askum”, “Ass. Wr.Wb”, “Mikum”, “Samlekom” dan masih banyak penyingkatan salam dengan berbagai gaya dan bahasa gaul... Taukah sahabat semua bahwa itu semua ada yang tidak memiliki arti dan ada yang memiliki arti lain lho... padahal salam dalam Islam (Assalaamu'alaikum / السلام عليكم / as-salāmu `alaykum) adalah sebuah sapaan yang didalamnya terdapat doa keselamatan, Assalaamu'alaikum ini artinya adalah semoga keselamatan tercurah kepadamu ( terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa). Mungkin niatnya mau ngirit ngetik ternyata kata-kata tersebut memiliki arti lain yang mengubah makna salam tersebut.

Coba bandingkan...

Assalaamu’alaikum == Semoga Keselamatan tercurah atas kamu.

“As(dalam bahasa inggris)” malah memiliki arti “sebagai”

“Ass(dalam bahasa inggris)” memiliki arti yang sangat parah yaitu keledai, orang bodoh dan (maaf) pantat

“Akum(gelar untuk orang-orang yahudi)” adalah singkatan dari “Avde Kokhavim U Mazzalot” yang artinya “Hamba-hamba binatang dan orang-orang sesat”

Ass. Wr. Wb dibandingkan dengan Assalaamu'alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Ass ~~> lihat keterangan atas

Warahmatullaahi == Dan rahmat Allah (tercurah atas kamu juga)

Wr == tidak di ketahui maknanya

Wabarakaatuh== Dan Berkah Allah (selalu tercurah atas kamu juga)

Wb == tidak di ketahui maknanya

Mikum = tidak diketahui maknanya

Samlekom = matilah kamu (dengar kata orang sih itu artinya)

Jelas sekali penyingkatan yang tertera diatas sangat jauh dari makna doa keselamatan dalam “Assalamu’alaikum”. Padahal Imam Nawawi, nabi besar kita Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam telah mengajarkan kita cara salam sesama umat islam dengan 3 ucapan salam yaitu :

1. Assalaamu’alaikum ( السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ )

2. Assalaamu’alaikum Warahmatullaah (السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ)

3. Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh (السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ)

Nah sekarang bagaimana dengan jawaban salam?

Apabila seseorang mengucapkan salam pada kita maka wajib bagi seorang muslim untuk menjawabnya. Nah... beberapa waktu yang lalu, saya menjawab pesan inbox, ternyata ada yang nanya “Jawaban salam yang benar itu Wa’alaikumsalam atau Wa’alaikumussalaam ya???”

Ternyata jawaban yang benar adalah Wa’alaikumussalaam.

(buat yang nanya makasih ya, sehingga sayapun mencari tau kebenaran lafazd dan penulisan jawaban salam yang benar (akhirnya saya tanya pada ustadz dan cari di internet)).

Keumuman yang kita dengar, seringkali seseorang menjawab salam dengan WA'ALAIKUM SALAM. Pelafalan seperti ini kuranglah tepat, seharusnya WA'ALAIKUMUSSALAAM.

Coba lihat bahasa arabnya ~> وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ

Karena dari segi hukum baca secara tajwid itu salah, lafal ASSALAM السلام disertai "AL" (alif laam) , hamzah pada lafal AL merupakan hamzah washal yang ketika dibaca washal / tidak waqof menjadi tetap tidak berharakat sehingga mengikuti harakat huruf sebelumnya yaitu Dhamah pada huruf Mim lafal WA'ALAIKUMU. Ketika huruf mim bertemu dgn alif laam, maka kata tersebut digabung pengucapannya sehingga menjadi Wa'alaikumussalaam.

(kira-kira begitulah, maaf jika penjelasannya ada yang salah karna kurang pandai menerangkannya, bagi yang bisa membantu menerangkan silahkan bantu dalam komentar, makasih....).

Jadi mulai sekarang gunakanlah bahasa yang benar dalam menjawab salam dengan WA'ALAIKUMUSSALAAM..dan lebih lengkap lebih baik, Wa'alaikumussalaam Warahmatullaahi Wabarakaatuh ( وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ )....

Jika ingin pengucapan dan penulisan salamnya bernilai ibadah maka mulalilah sekarang untuk mengubah kebiasaan lama dengan lafazd dan penulisan salam yang benar...

Semoga bermanfaat.....

~::~

Rabu, 18 Mei 2011

**** Jangan Sampe Berteman Tapi Mesra****


Berteman dengan lawan jenis memang boleh-boleh aja namun jika sudah diluar koridornya maka bisa dikatakan berteman dalam tanda kutip yang lebih mengarah pada pacaran, dan sebagai sesama muslim dan orang yang kenal dengannya sudah kewajibanku menegurnya. Beberapa bulan ini aku begitu geram lihat tingkah adek yang satu ini, kenapa tidak... Sikapnya tlah berubah setelah dekat dengan lawan jenisnya. Setiap saat aku lihat dia saling berbalas koment di facebooknya begitu mesra dengan seseorang.

Ketika dia liburan kekotaku, setiap saat aku melihat dia sibuk dengan HPnya, nelpon tiap bentar, dan tiap sebentar HPnya berdering karena SMS datang. Ketika aku nanya apa hubungannya dengan lawan jenisnya itu, dia bilang hanya berteman, kami tidak pacaran.

Suatu hari, ketika dia sudah kembali kekotanya, aku melihat beberapa foto yang baru diupload. Betapa terkejutnya aku melihat dia foto berduaan dengan seseorang yang sering aku pertanyakan, foto berdekatan dan pada waktu malam hari. Sebuah pesan kukirimkan untuk menasehatinya. Dia masih berkilah bahwa hanya teman, kami tidak pacaran dan dia kesal padaku karena telah mengganggu privasinya.

Seirng berjalannya waktu, aku melihat dia semakin berubah, yang paling membuatku terkejut mereka saling koment dalam status dengan saling mengumbar kata panggilan sayang dengan panggilan beb, baby, syg dan beberapa foto berduaan yang juga tak berapa lama yang lalu diuploadnya... waduh,,, aku ngak tahan lagi dengan tingkah mereka, aku postingkan sebuah artikel mengenai adab berteman, ternyata “temannya” merasa tersindir dan mengatakan jika anak selalu didikte maka mereka akan memberontak. Ketahuilah adekku, jika kalian memberontak maka bukan aku yang menanggung akibatnya tapi kalian juga yang akan menanggung akibatnya didunia maupun diakhirat.

Sebagai sesama muslim harus saling memperingatkan jika ada sesuatu yang sudah tidak pada tempatnya, dan tanggung jawab saya kepada Allah sebagai orang yang mengenal kalian sudah saya penuhi. Semua nasehatku tidak mereka terima dan malah menutup akses agar saya tidak lagi melihat wall Fbnya,,, Padahal kulakukan semua ini demi kebaikan mereka karena saya menyayangi mereka...Alhamdulillah berarti kewajiban saya sudah cukup sampai disana, hanya sebuah doalah yang bisa saya ucapkan untuknya semoga hidayah diberikan padanya dan tidak terjerumus lebih dalam lagi pada perbuatan yang lebih sia-sia...

Buat sahabat semua, saya postingkan kembali artikel tersebut, bagi yang menerima Alhamdulillah, bagi yang tidak menerima juga ngak papa, saya hanya ingin menyampaikan apa yang menurut saya benar. Maafkan jika saya membuka aib mereka, disini saya hanya menggambarkan kejadian yang berhubungan dengan artikel ini sebagai sebuah pelajaran bagi kita semua dan semoga sahabat semua bisa mengambil hikmahnya...
**********************************************


Ehm, punya teman tuh emang asyik. Selain ada orang yang bisa diajak ngobrol dan saling membantu di kala saling membutuhkan, teman juga bisa menjadi tempat muara emosi kita. Ngobrol biasa mungkin sering. Tapi ngobrol yang lebih dalam, rasanya agak jarang dilakukan dengan seseorang yang sekadar teman biasa. Kita agak canggung. Itu sebabnya, kehadiran seorang sahabat karib yang bisa menjadi tempat muara emosi kita, sangat diharapkan.

Teman sejenis pun, cowok dengan cowok maupun cewek dengan cewek, sebenarnya bisa sangat akrab. Itu kalo di antara kita udah terjalin sikap saling percaya, saling memahami, dan saling menghargai. Mungkin bisa saja yang seperti ini dibilang mesra. Karena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata mesra adalah lekat dan sangat erat.

Masalahnya gimana kalo teman tapi mesra itu adalah antar lawan jenis. Wow, ini dia yang kudu jadi perhatian dan bikin kita jaga-jaga biar nggak kebablasan. Gimana pun juga, hubungan pria dan wanita pasti nimbulin perasaan-perasaan yang ‘lain’. Perasaan suka, sayang, cinta, termasuk cemburu kalo sang “teman tapi mesra” itu deket ama yang lain. Karena apa? Karena masing-masing merasa ingin memiliki lebih dari sekadar teman. Tul nggak?

Inilah unik dan menariknya hubungan antar manusia. Dan harus diakui bahwa manusia tuh makhluk sosial, sehingga ia merasa kesepian kalo nggak ada teman. Padahal manusia bukan hanya terdiri dari sejenis. Itu sebabnya, dalam beberapa kondisi, komunikasi dengan lawan jenis untuk berbagai keperluan dalam melakukan kegiatan sehari-hari nyaris nggak bisa dihindari. Mungkin kita biasa bergaul dalam komunitas sejenis, tapi dalam beberapa kondisi kadang kita harus merambah ke luar komunitas kita, maka kita akan berhubungan dengan banyak pihak, termasuk dalam hal ini dengan lawan jenis.

Berteman, bisa juga lho jadi jembatan menuju cinta. Jangan heran, sebab frekuensi bertemu dan berhubungan jadi sering banget. Sekadar basa-basi ngobrolin pelajaran, sampe janjian untuk makan bareng. Kalo udah gitu, jadi bisa deh definisi teman kalo dengan lawan jenis ~~> Berteman apa pacaran? Berteman apa demenan? Nah lho...

Sobat, memang nggak kerasa sih kalo kita udah merasa deket banget dengan teman lawan jenis kita. Tahu-tahu… eh, lengket bak perangko. Pokoknya, kalo kita udah biasa main bareng, makan bareng, dan ke sekolah/kampus pun bareng dengan teman lawan jenis, itu artinya alarm tanda bahaya udah berbunyi. Beware! Kamu bisa berabe.

Why? Yup, karena sangat boleh jadi kondisi ini bikin kamu ketagihan untuk terus berduaan dan konek terus dengan si dia. Nggak heran kan kalo kamu akhirnya kamu masuk dalam perbuatan yang dilarang agama seperti pacaran dan bisa lebih parah dari itu.

Mungkin, di antara kamu juga ada yang interupsi, protes kalo temenen nggak identik dengan pacaran, dan tentunya nggak gitu-gitu amat sampe perzinaan.

Oke, kalo kamu punya argumentasi begitu. Tapi, apa ada yang ngejamin kalo udah berduaan bakalan aman dari perbuatan ini dan itu yang lebih ‘syerem’? Apa kamu dan temanmu berani jamin bisa tahan godaan kalo udah berduaan begitu? Jangan-jangan, susah ngebedain mana sayang, suka, simpati, empati dengan nafsu liar. Lagian, banyak juga kok faktanya yang ‘begituan’ justru karena udah saling mengenal.

Dalam kondisi sadar dan berada di bawah naungan rambu-rambu agama, hubungan-hubungan ini dapat melahirkan pertautan dua hati yang mengarah ke pernikahan. Ini tentu akan lebih utama lagi bila faktor pendorong semata-mata karena lillahi ta’ala dan faktor penarik berupa akhlak yang mulia atau ketaatan beribadah. Namun celakanya, dan tampaknya ini yang semakin merajalela, bahwa di luar kendali fenomena tarik-menarik antara pria dan wanita ini bisa pula mendorong timbulnya perzinaan seperti terjadinya penyelewengan, perselingkuhan, perkosaan, pelacuran, pelecehan seksual, dan bahkan seks bebas.

Berteman itu mubah alias boleh-boleh saja. Toh memang itu adalah bagian dari dinamika kehidupan kita sehari-hari. Kita akan bertemu dan berhubungan dengan lawan jenis. Di sekitar rumah, di sekolah, di tempat pengajian, di tempat kuliah, juga di tempat kerja. Semua akan kita temui. Hanya saja, kita kudu membedakan jenis dari masing-masing hubungan tersebut.

Di tempat kuliah or sekolah dan di kantor, silakan berteman dengan lawan jenis. Asal… jaga jarak aman, dan tentunya nggak ‘spesial’. Cukup teman biasa. Kita berhubungan dan bergaul sebatas keperluan di masing-masing kondisi tersebut.
Sangat ditekankan untuk tidak saling curhat masalah pribadi. Berbahaya euy! Memang, cinta akan tumbuh saat masing-masing dari pelakunya membuka diri (apalagi kalo sampe membuka aurat—itu sih cinta berbalut nafsu liar). Jangan ada hubungan spesial kalo kamu nggak berniat untuk menikah. Meski tujuannya untuk menikah sekalipun, tetep aja ada aturan mainnya. Apalagi sekadar berteman.

Nah, karena Allah Ta’ala tahu betul dengan karakter manusia, maka ada aturan mainnya tuh hubungan di antara kedua makhluk ini. Allah Swt. telah mengajarkan kepada kita melalui firmanNya (yang artinya): “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, (QS an-Nûr [24]: 31)

Dalam ayat lain Allah Swt. Berfirman (yang artinya): “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS an-Nûr [24]: 30)

Dengan begitu, kita kudu mampu untuk menjaga dan mempertahankan aturan main itu sebagai tameng dalam berteman dengan lawan jenis. Sebab, banyak juga di antara teman remaja yang ngakunya berteman, eh, buktinya malah pacaran. Bilangnya temenan, eh, malah demenan. Ngakunya teman, eh teman tapi mesra. Maka : Waspadalah!

Sumber : www.gaulislam.com/teman-tapi-mesra dengan menambah dan mengurangi isi artikel tsbt...

~~~ “” Dalam pencarianku “”~~~




Ku coba untuk tegak dan berdiri...
Melangkah menyusuri hari demi hari...
Aneka ragam kehidupan ku dapati...
Berbagai perilaku manusia kujumpai...

Ku coba mencari arti dari setiap yang kulihat...
Berusaha menerjemahkan isyarat yang Allah berikan...
Mencari mana yang harus diikuti dan yang harus diingatkan...
Walau dengan ilmu yang masih terbatas...
Ku coba untuk mengatakan dan menyampaikan...

Kadang ku termenung dan menangis sendiri...
Mengapa masih banyak yang membutakan mata hati...
Ku coba untuk menerangi, namun sesudut kecilpun belum terterangi...
Dan aku merasa hidup sendiri tiada yang menemani...

Ku berusaha bangkit...
Mungkin didunia lain kan ku temui...
Tak bosan kumencari kawan...
Untuk berjuang dan bersama-sama meniti kehidupan...

Ternyata didunia yang berbeda aku tak sendiri...
Satu persatu kawan yang seiring dan setujuan ku temui...
Subhanallah, semoga Allah senantiasa mempertautkan hati,,,
Yang sama-sama merindukan RobbNya...

Ya Allah....
Jangan biarkan hamba sunyi dari menyeru dan saling mengingatkan...
Mungkin didunia nyata hamba tidak berhasil menerangi...
Namun semoga didunia maya ini, hamba bisa menerangi walau sesudut kecil...
Berilah petunjuk dan jalan yang dirahmati...
Semoga cintaku padaMu dan cintaMu senantiasa mengiringi hati dalam meniti jalanMu...

~❤~

Senin, 16 Mei 2011

~~~"" DijalanMu Hamba Berdiri""~~~


Ya Ilahi Rabbi...
Ketika hamba menyadari,,,
Hidup ini tiada berarti tanpaMu...
Ku basahi mulut hamba dengan takbir memuji...
Ku berusaha menggapai cintaMu kembali...

Hari-hariku terasa begitu bermakna karnaMu...
Dengan ketentraman yang Engkau berikan dihati...
Kesejukan yang mengalir, melepaskan dahagaku,,,
Yang haus akan cinta...

Syahdu rindu bermekaran di hati...
Syair dan sanjungan tercipta untukMu...
Sisa-sisa reruntuhan iman, ku bangun kembali...
Rimbun keampunanMu lah yang kuharapkan...

Andai duniaku tanpa cintaMu,,,
Gelaplah hati dan jiwaku...
Bila kesunyian hidup tanpaMu,,,
Resah dan gelisahku tak kunjung reda...

Ya Allah...
Ku ingin selalu dekat denganMu...
Berilah hamba cintaMu agar terang jalanku...

Ya Ilahi...
Berilah hamba waktu untuk lebih mengenalMu...
Sungguh ku hampa tanpa tuntunanMu...
Bimbinglah hamba hingga pangkuanMu...
Dan belailah hamba dengan kasih sayangMu...

Ya Rabbi...
Saat ku memanggil namaMu,,,
Air mataku berlinang mengingatMu...
Diatas sajadah cinta,,,
Ku ungkapkan segala isi hatiku,,,,
Bahwa sesungguhnya aku benar-benar mencintaiMu...
Kan kulakukan apapun demi memperoleh cintaMu lagi...

Ya Allah...
Kuyakinkan diri berdiri dijalanMu...
Walaupun aku jatuh dan tertatih,,,
Ku kan berusaha bangkit untuk tetap menapaki jalanMu...


~❤~

Sabtu, 14 Mei 2011

~~~~~Kita Datang dan Pergi~~~~~



Sahabatku...
Marilah kita lihat burung-burung yang terbang di udara...
Bergerombolan d atas pohon mencari makanan...
Sepanjang hari mereka terbang,,,
Untuk menghilangkan lapar di perut mereka,,,
Namun pada saat senja mereka harus kembali ke sarangnya...

Begitu juga dengan manusia...
Hidup kita tidak lebih dari satu hari...
Kita datang pada satu hari dan hilang pada hari berikutnya...
Kita semua harus kembali, seperti halnya burung kembali ke sarangnya...
Kita pun harus dan pasti kembali ke asal kita yaitu di sisi-Nya...
Kita muncul untuk sehari dan bila hari menjelang gelap kita harus pergi...

Setiap detik, setiap menit waktu berlalu,,,
Janganlah kita menghabiskan waktu untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan saja...
Menganggap yang abadi sebagai fana dan yang fana sebagai abadi...
Adalah orang yang salah berpikiran demikian, kehancuran akan mendatanginya sewaktu-waktu...

Dalam waktu yang sementara ini, kita dapat melupakan kebenaran dan melakukan kesalahan...
Kita harus memahami bahwa segala sesuatu yang fana dapat berubah sewaktu-waktu...
Walaupun begitu, kita masih harus melakukan tugas-tugas kita di dunia ini dengan semestinya...
Jika kita memahami kebaikan yang dapat kita lakukan disini sebelum kita pergi, maka itu akan berguna bagi kita...
Oleh karena itu, suatu saat yang ada antara keberadaan dan ketiadaan kita tidak akan terbuang percuma.

~::~

Kita hidup didunia ini tak lebih dari satu hari, kita hadir didunia ketika bayi laksana mentari dipagi hari dan meninggalkan dunia ini bila umur telah habis seperti malam yang telah meninggalkan siang. Antara pagi dan malam kita melalui siang hari, pada siang inilah orang-orang banyak terlena akan kehidupan dan keindahan yang ada didunia ini. Banyak yang menghabiskan siang untuk memenuhi kebutuhannya dan keinginannya saja, menganggap inilah dunia sebenarnya dan menganggap kehidupan setelah ini (akhirat) adalah fana, maka kehancuran akan mendatanginya sewaktu-waktu. padahal jika mereka menyadari bahwa sesungguhnya dunia inilah yang fana maka mereka akan menjalani hidup dengan semestinya dan kehidupan yang dijalani tidak terbuang sia-sia...

Jumat, 13 Mei 2011

~~~~**** MALU ****~~~~



Siapakah orang yang tidak tau malu??
Akulah orangnya
Orang yang menengadahkan tangannya kepada-Mu
Orang yang selalu meminta kepada-Mu
Orang yang selalu memohon belas kasih-Mu

Dan taukah apa yang terjadi setelah kesedihanku hilang??
Aku lupa berterima kasih
Aku kembali ke kehidupanku semula
Lupa akan semua yang telah diberi
Aku mulai jauh dari-Mu

Kini…. Dengan malu
Ku mendekati-Mu
Ku butuh pertolongan-Mu
Ku butuh kasih-Mu

Kini....Maafkan aku
Atas dosaku
Atas khilafku
Atas salahku
Pada-Mu
Aku malu… pada-Mu

~::~

Kamis, 12 Mei 2011

******* Nasehat Dari Seorang Ayah *********



Sahabatku khususnya para ukhti, bacalah sebuah nasehat yang saya ringkaskan dari sebuah buku yang terkenal di Mekah pada tahun 1987 dan telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, buat kita para ukhti renungilah nasehat ini....

~~~~~~~~~~~~
Wahai putriku... Usia muda tlah aku lewati, aku tinggalkan kenangan, impian, lamunan-lamunan dengan segala ujian-ujian dunia.

Dengarlah ucapan dari kata-kataku. Ucapan-ucapan Haq, yang aku sampaikan secara jelas dan gamblang. Semua apa yang akan aku sampaikan adalah dari hidupku sendiri. Karenanya, mungkin engkau belum pernah atau tidak pernah atau tidak akan pernah mendengarnya dari orang lain.

Wahai putriku... Sekarang, wanita semakin berani dan tanpa malu membuka auratnya. Tubuhnya ditonjol-tonjolkankan, pergaulan bebas yg bertambah mencolok, masya Allah...Para wanitanya berpakaian terbuka, mempertontonkan lengan dan paha, punggung dan dada. Kemungkaran berjalan dengan tenangnya tanpa mampu kita memberantasnya. Taukah engkau apa penyebabnya? Sebabnya ialah, karena sampai hari ini kita belum menemukan pintu kearah perbaikan dan kita tidak tau jalannya.

Wahai putriku, pintu perbaikan ada dihadapanmu. Kunci pintu itu ada ditanganmu. Jika engkau meyakininya dan engkau berusaha memasuki pintu itu, maka keadaan akan berubah dan menjadi baik.

Engkau benar putriku, bahwa kaum prialah yang pertama melangkah menempuh jalan dosa, bukan wanita, tetapi ingat, bahwa tanpa kerelaanmu dan tanpa kelunakan sikapmu, mereka tidak akan bersikeras melangkah maju. Engkau membuka pintu kepadanya untuk masuk.. Engkau berkata kepada si pencuri : silakan masuk...dan setelah engkau kecurian barulang engkau sadar. Baru engkau berteriak : Tolong.....tolong.....aku kecurian.

Kalau engkau tau bahwa laki-laki itu serigala dan engkau domba, pasti engkau akan lari, seperti larinya domba dalam ancaman cengkraman serigala.

Kalau engkau sadar bahwa laki-laki itu adalah pencuri, pasti engkau akan bersikap hati-hati dan selalu menjaga diri.

Kalau yang dikehendaki serigala dari domba adalah dagingnya, maka yang diinginkan laki-laki adalah lebih dari itu. Laki-laki menginginkan lebih dari sekedar daging domba... dan bagimu lebih buruk dari kematian domba itu.

Laki-laki menghendaki yang paling berharga darimu... yaitu harga diri dan kehormatanmu. Nasib seorang gadis yang direnggut kehormatannya lebih menyedihkan dari nasib seekor domba yang dimakan serigala.

Wahai putriku... Demi Allah, apa yang di khayalkan seorang pemuda ketika ia melihat gadis adalah telanjang dihadapannya tanpa busana.

Saya bersumpah lagi: “Demi Allah, jangan percaya kepada omongan sebagian laki-laki, bahwa mereka memandangmu karena akhlak dan adabnya. Berbicara denganmu seperti sahabat dan apabila mencintainya hanyalah sebagai teman akrab. Bohong...bohong.... Demi Allah ia bohong. Apabila engkau mendengar sendiri pembicaraan antara mereka, engkau akan takut dan ngeri.

Tidak ada seorang pria melontarkan senyumannya kepadamu, berbicara dengan lembut dan merayu, memberikan bantuan dan pelayanan kepadamu, kecuali akan ada maksud-maksud tertentu. Setidaknya isyarat bagi dirinya bahwa itu adalah langkah awal. Apa sesudah itu wahai putriku??

Renungkanlah!!!

Kalian berdua bersama-sama berkencan, menikmati kelezatan yang hanya sebentar kau rasakan... sesudah itu, dia lupa dan pergi meninggalkanmu. Dan engkau??... sungguh akan merasakan pahitnya dari pertemuan yang sebentar itu untuk selama-lamanya.

Dia pergi dengan diam-diam meninggalkanmu, mencari mangsa baru untuk dirayu dan diterkam lagi kegadisannya. Sambil dia mencari dan menikmati mangsa baru, engkau pelan-pelan merasakan sesuatu yang berat mengganjal diperutmu. Engkau sedih dan muram. Engkau bingung dan gelisah.

Lelaki itu bebas pergi dan engkau akan terus kecewa dan dihina sepanjang umur karna masyarakat yang tidak mengampuni dosamu.

Seandainya ketika dia mulai merayu, engkau tolak dengan sikap tegas.... engkau alihkan pandanganmu dari pandangannya...

Seandainya sikapmu itu tidak menghentikan upayanya dan malah bersikap lebih brutal dengan mengucapkan kata-kata jorok dan menggunakan tangannya, cepat-cepat engkau lepas sepatu dari kakimu dan pukulkan kekepalanya dan berteriaklah...

Kalau engkau lakukan itu, pasti semua orang yang ada disekitar tempat itu akan serentak menolongmu. Sesudah itu... dia akan ngeri mengganggu wanita-wanita terhormat.

Wahai putriku.... laki-laki yang baik dan shaleh, akan datang kepadamu dengan segala kerendahan hati, memohon maaf, menawarkan kepadamu hubungan yang halal dan terhormat. Ia datang untuk meminang dan menikahimu.

Pernikahan adalah cita-cita yang paling tinggi bagi wanita. Laki-laki pada dasarnya akan mencari wanita terhormat dan bukan wanita jalang atau bejat. Seandainya seorang laki-laki ta’aruf dengan wanita baik-baik, tetapi sang wanita tiba-tiba berubah akhlaknya, dia nyeleweng dan masuk kepada perangkap nista, cepat-cepat si lelaki tersebut meninggalkannya. Dia akan tegap melangkah keluar. Laki-laki yang baik pasti tidak akan rela melihat anaknya keluar dari perut ibu yang cela dan apalagi membesarkan dan memeliharanya.

Wahai putriku...

Engkau remaja yang cantik, banyak pemuda yang tertarik dan mengharapkanmu. Kecantikanmu seperti sekarang ini apakah akan bertahan terus?
Bagaimana nasibmu setelah tua? Ketika mukamu keriput dan punggung melengkung?
Siapa nanti yang akan mengurusimu? Siapa ketika itu yang akan memperhatikan nasibmu?
Bagaimana deritamu dikemudian hari?

Cobalah kamu renungkan : Apakah pantas disamakan lezatnya berhubungan yang sebentar rasanya itu dengan penderitaan-penderitaanmu?? Apakah pantas, harga kegadisanmu dibayar begitu murah dan penderitaanmu setelah itu ditembus dengan harga mahal?

Aku adalah ayah dari beberapa putriku, aku menulis ini untuk membela kepentinganmu , berarti aku juga membela kepentingan putriku sendiri. Aku menghendaki yang baik darimu, sebagaimana aku menghendaki yang baik pula dari anakku.

Putriku... mereka, para pemuda kawan iblis, tidak akan berpikir sedikitpun akan nasibmu yang hilang kehormatan dan harga dirimu. Mereka tidak akan menyesal akan perbuatannya yang telah membawa engkau kepada kehinaan dan nama baikmu yang telah cacat. Apabila itu terjadi padamu, maka buktikan, tidak seorangpun yang datang padamu. Mereka akan datang, jika engkau masih bisa dinikmati. Tapi kalau engkau menjadi sakit atau pudar kecantikanmu, mereka akan pergi.

Wahai putriku,
Itulah nasehatku yang haq dan benar.
Mudah-mudahan engkau mau mendengar.
Jangan engkau dengar omongan yang lain.
Yang mengajak kepada lalai.
Hanya ditanganmu wahai putriku.
Bukan ditangan kami kaum pria.
Hanya ditanganmu saja kunci kebaikan.
Kalau engkau mau memperbaiki dirimu,
Maka seluruh umat akan menjadi baik.

Semoga bermanfaat........

Sumber : Buku Kepada Putra dan Putriku

~❤~

Selasa, 10 Mei 2011

~❤~ Permohonan Cinta ~❤~



Allah Engkau Maha Mengetahui
Tak terkecuali hati yang tak jua luput dari pengetahuanMu
Baik rasa yang melintas ataupun yang mengendap
Dan semua itu adalah keagungan takdirMu

Engkau tahu bahwa kini di hati ini
Bunga-bunga cinta menggusarkan jiwaku
Aku jatuh cinta pada makhluk yang telah Engkau jadikan indah dalam pandanganku
Ku tak ingin rasa ini menutupi pandangan qolbuku dari kekuasaanMu

Duhai penunjuk jalan di kala hati tak tentu arah
Wahai cahaya terang di saat tiba kegelapan
Bentangkan jalan pancarkan cahaya pada mata dan ruang hatiku
Labuhkan perahu layar penuh ombak dan badai di dermaga keridhoaanMu

Aku mengerti bahwa rasa ini bukan sekedar lintasan
Karena bunga-bunga cinta hatiku telah menumbuhkan putik-putik rindu
Begitu susah rasa ini aku palingkan
Apalagi ketika malam datang, bayang hadirnya meramaikan kesendirian

Allah …
Jika suatu saat nanti telah terkumpul keberanian
Sampai tersingkaplah rasa cinta ini padanya dan walinya
Kumohon … Arahkanlah hati mereka untuk menerimanya
Hingga indahnya bunga cinta mekar dengan sempurna

Namun jika mereka menolaknya
Lewat angin… kabarkan bahwa dia tak layak untukku
Dan Engkau telah menyiapkan bidadari terbaik untuk diriku
Yang akan Engkau turunkan diantara bintang dan rembulan

Allah… sungguh tak ada yang tahu kehendakMu
Bisa jadi Kau hembuskan cinta di hatiku dan dihatinya
Namun tidak bagi wali yang mewakili dirinya
Jika itu terjadi… jangan biarkan kami menempuh jalan yang tidak Engkau Redhoi
Hancurkanlah cinta itu....Hancurkan rasa itu karena telah tertanam dalam hati mencintainya di atas cinta selainMu

Ya Allah perkenankan permohonan cintaku

~❤~

Diambil dari sebuah komentar di situs ceritacinta.net dengan penambahan dan pengurangan kalimat dalam puisi tersebut...

Jodoh

Hidup memang penuh kejutan, setidaknya bagiku. Semuanya berawal dari pembicaraanku dengan Mama sebulan yang lalu. Aku dan Mama sedang sarapan saat Mama tiba-tiba membuka pembicaraan.

“Sampai kapan Mama harus mengurus kamu, Bram?” Pertanyaan Mama membuatku tertegun.

”Maksud Mama?” aku menatap Mama. Mencoba menerka arah pembicaraannya.

”Yah, bukankah sudah saatnya ada perempuan lain yang menemani kamu sarapan?” Mama tersenyum menatapku.

Mungkin memang sudah waktunya aku menikah. Tahun ini usiaku tiga puluh lima tahun. Penghasilanku sebagai manager di salah satu perusahaan asing cukup memadai untuk berumah tangga. Apalagi yang ditunggu? Pertanyaan ini sudah sangat sering kudengar dari kerabat ataupun kolegaku.

Aku tersenyum kecil.

”Mama tahu, kamu merasa bertanggungjawab kepada Mama dan adik-adikmu. Tetapi jangan lupakan yang satu itu. Mira sudah berkeluarga, Dewi juga. Sementara Mama sudah lebih dari cukup menerima perhatianmu. Mama sangat bersyukur memiliki anak sepertimu.”

Aku terdiam.

”Bram, Papa titip Mira dan Dewi…juga Mama…” Papa berbisik perlahan sehari sebelum kematiannya, sepuluh tahun yang lalu. Saat itu, Mira baru saja masuk kuliah dan Dewi masih kelas satu SMU. Sejak itu, hari-hariku kuisi dengan kerja keras untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

”Bram…” Mama menunggu jawabanku.

”Iya, iya, Insya Allah. Ma…”

Mama benar. Tidak ada lagi alasan bagiku untuk menunda rencana berkeluarga. Dewi sudah menikah tiga bulan yang lalu. Amanah Papa sudah kutunaikan. Persoalannya adalah, siapa wanita yang akan kunikahi? Aku tidak pernah pacaran. Aku takut terjebak melakukan perbuatan yang tidak baik. Alternatif calon juga tidak ada. Jadi, siapa yang akan kulamar?
Sebenarnya, aku bisa minta bantuan kepada orang lain. Mama, kerabat atau kolegaku dengan senang hati pasti akan berusaha membantu. Tetapi, sebelum meminta bantuan orang lain, aku akan sholat istikharah dulu. Aku ingin melangkah dengan tenang.

Dan terjadilah keajaiban itu. Setelah dua kali sholat, tiba-tiba Laras muncul dalam mimpiku. Begitu jelas. Laras? Aku tercengang. Laras adalah teman kuliahku di Pasca Sarjana. Sudah hampir dua semester ini aku kuliah lagi di salah satu PT terkenal di Jakarta. Ia sangat cerdas dan rasional. Ia juga kerap membantaiku dalam diskusi-diskusi di ruang kuliah.
”Menurut saya, teori yang saudara gunakan untuk menganalisa persoalan ini tidak tepat. Terlalu dipaksakan…” Komentar Laras saat membantaiku seminggu sebelumnya terngiang kembali di telingaku. Komentar yang diucapkannya dengan santun itu selalu membuatku gelagapan. Komentarnya selalu logis, ilmiah dan sulit dibantah. Sudah berkali-kali aku dan teman-teman ’dibantainya’.

Ya, mengapa harus Laras? Perempuan yang kepribadiannya begitu kuat dan tenang, sampai tidak ada pria yang berani menjalin hubungan lebih dekat dengannya. Sebenarnya Laras baik, sangat baik. Ia tidak pernah segan membantu orang lain atau berkata kasar. Tetapi aku benar-benar sungkan menghadapinya. Apalagi membayangkan harus melamarnya.
Mimpi itu juga menyisakan pertanyaan buatku. Benarkah ini isyarat Allah? Atau, aku diam-diam menyukainya sehingga sosok Laras muncul dalam mimpiku. Aku bimbang.

“Bagaimana, Bram?” Mama meminta kejelasan dariku dua minggu kemudian. Aku hanya mampu tersenyum kecut.

“Belum ada calon? Apa perlu Mama bantu?” Mama menatapku.

Aku tergagap. “Tidak perlu, Ma. Saya akan mencoba mencari sendiri saja.” Mama tersenyum. Aku menarik napas lega. Untuk sementara aku berhasil menenangkan Mama.

Malamnya, aku mencoba menenangkan diri dan mulai sholat istikharah lagi. Kali ini, aku mencoba lebih tenang dan pasrah kepada Allah. Aku mencoba melepaskan segala kebimbangan dan sungguh-sungguh meminta keputusan-Nya.
Aku berjalan bersisian dengan Laras. Begitu dekat. Laras tersenyum. Manis dan sangat lembut. Mimpi itu lagi! Aku terbangun menjelang pukul tiga dinihari. Sebentuk perasaan aneh masih sempat kurasakan saat aku terbangun. Indah!
Apakah Laras memang jodohku? Pertanyaan itu kembali bermain dalam benakku. Aku mencoba menelisik kembali kejernihan hatiku. Benarkah aku memang tidak terobsesi kepada Laras? Aku mengurai kembali semua interaksiku dengan Laras. Sejak pertemuan pertama.

”Saya Laras!” Ia memperkenalkan diri dengan lugas, tanpa senyum. Juga tanpa jabat tangan. Aku hanya mengangguk.
”Bram.” Aku menyebutkan namaku. Dingin, tapi cukup sopan. Itu kesan pertamaku. Ia tidak genit atau cerewet seperti satu dua orang perempuan yang pernah kukenal. Seingatku, tidak pernah ada momen istimewa antara aku dengan Laras. Benar-benar hanya hubungan antar teman kuliah. Aku malah lebih akrab dengan Susi, teman kuliahku yang lain. Aku juga tidak pernah merasa ’aneh’ saat berinteraksi atau berpapasan dengannya. Bahkan ketika aku nyaris bertabrakan dengannya. Semua wajar dan biasa saja.

So? Aku masih tetap ragu. Kuputuskan untuk menunggu sampai benar-benar merasa yakin. Dan selama masa menunggu itu, terjadi suatu peristiwa yang semakin membuatku merasa ciut menghadapi Laras.

”Maaf…” Laras mengacungkan tangan. Semua mata tertuju kepadanya. Aku menahan napas. Apa yang akan dikatakannya kali ini. Aku berdebar-debar menunggu komentarnya atas makalah yang kupresentasikan.
”Menurut saya, makalah ini tidak memenuhi kualifikasi ilmiah.” kata-kata itu diucapkannya dengan nada meminta maaf. Aku terkejut. Makalah ini memang kusiapkan dengan terburu-buru. Pekerjaanku di kantor sedang bertumpuk. Beberapa teman menggumam. Dosenku tersenyum kecil. Ia sudah biasa menghadapi Laras.

Aku tersinggung dan merasa dipermalukan. Ini adalah komentar paling tajam yang pernah dilontarkan Laras kepadaku. Walaupun kemudian aku bisa menerimanya saat ia dengan argumentatif menjelaskan kelemahan makalahku.
Kejadian itu membuatku semakin ragu. Entahlah, barangkali aku merasa tidak siap mempunyai istri yang dapat membantaiku setiap saat. Atau mempertanyakan kebijakanku sebagai suami. Aku memang tidak terbiasa dipertanyakan seperti itu. Kedudukanku sebagai anak tertua dan tulang punggung keluarga membuat adik-adikku dan Mama memperlakukanku secara istimewa. Apa kata Mas saja, terserah Mas… Selalu itu yang kudengar dari mereka. Kalaupun mereka tidak sependapat denganku, tidak pernah ada yang secara lugas menyatakan ketidaksetujuannya. Begitu juga dengan bawahanku di kantor.

Aku semakin tidak berani menghadapinya setelah peristiwa itu. Jadi, untuk sementara aku terpaksa menenangkan diri lagi. Tapi desakan dari Mama tiga hari yang lalu membuatku terpaksa bertindak.

”Bram, mungkin sudah waktunya Mama membantu. Sudah sebulan, dan kamu belum juga bertindak apa-apa. Mama sudah semakin tua, Bram. Belakangan ini, Mama semakin sering sakit. Mama tidak ingin terjadi sesuatu pada diri Mama sebelum kamu menikah…” Mama berkata setengah memohon. Aku menunduk.

”Bram…”

Aku menatap Mama. Mama menarik napas panjang. Aku menunggu Mama bicara.
”Kalau tiga hari lagi tidak ada keputusan, Mama akan mencari calon untuk kamu. Kamu kenal Nita? Anak Bu Retno? Nita baik, lho… Dia juga cantik dan terpelajar…” Bla…bla…bla. Hampir lima belas menit Mama bercerita tentang Nita. Aku kenal Nita. Nita memang baik, tetapi bukan itu persoalannya. Aku ingin menuntaskan masalah Laras dulu.

Tidak ada jalan lain. Akhirnya, kumantapkan hatiku untuk bicara dengan Laras. Tapi, bagaimana caranya? Lewat telepon? Nomer telepon Laras saja aku tidak punya. Atau, mengajaknya bicara secara langsung? Bagaimana kalau ia menolak dan membantaiku seperti ia membantai makalahku?

Akhirnya, kuputuskan untuk meminta nomer telepon Laras dari Susi. Aku berhasil menghindar dari pertanyaan Susi dengan memberinya sebentuk senyuman aneh. Untungnya, ia tidak bertanya lebih jauh.
Malamnya, aku mencoba menelpon Laras. Aku menggenggam Hp-ku dengan perasaan tidak karuan. Dengan tangan gemetar aku menelponnya.

”Halo, Assalamu’alaikum!” Suaranya terdengar tegas. Tiba-tiba aku merasa tidak siap berbicara dengannya.
”Halo! Halo!”
Aku mematikan Hp-ku. Looser! Gerutuku dalam hati. Aku benar-benar tidak berdaya.
”Bram, waktunya tinggal hari ini.” Mama menatapku serius saat aku berpamitan tadi pagi.
”Ya, Ma. Aku usahakan.” Aku menjawab ragu.

Jadi, hari ini, mau tidak mau aku harus bicara dengan Laras. Aku berangkat ke kampus dengan gugup. Sampai di kampus, aku mencari-cari Laras. Sosoknya tidak kelihatan sampai kuliah dimulai. Lebih kurang lima belas menit setelah kuliah dimulai, Laras muncul. Ia menuju kearahku dan mengambil tempat di sebelahku, satu-satunya tempat kosong yang tersisa siang itu. Laras duduk dengan tenang di sebelahku dan segera mengikuti kuliah. Aku semakin gelisah. Tubuhku mulai berkeringat.

Kuliah usai. Aku menunggu kesempatan untuk bicara dengannya. Aku sengaja memperlambat berkemas sambil menunggunya. Satu persatu teman kuliah meninggalkan ruangan. Akhirnya, setelah ruangan cukup sepi, aku memberanikan diri untuk bicara dengannya.

”Laras! Boleh saya bicara?”
Laras menghentikan kesibukannya membereskan buku-buku dan beberapa makalah yang berserakan.
“Ya.” Ia melanjutkan kesibukannya tanpa menatapku sama sekali.
Tanganku gemetar. Suaraku tersekat di tenggorokan.
”Ada yang bisa saya bantu?” Laras akhirnya melihat ke arahku. Ia mulai kelihatan tidak sabar dengan sikapku. Ia sudah selesai membereskan buku-bukunya.
Aku masih tidak mampu bicara. Keringat dingin semakin membasahi tubuhku. Ya Allah, aku benar-benar grogi.
”Bram!” suara Laras meninggi.
Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri sejenak. Yudi, satu-satunya teman yang masih berada di ruang kuliah menoleh ke arah kami.

“La..ras…” Suaraku tersendat.
Laras menatapku bingung.
“Ehm…would you…ehm…marry me?” aku tergagap. Akhirnya, keluar juga perkataan itu dari mulutku.
Laras menatapku heran. Ia menunduk, berpikir sejenak. Aku menunggu. Rasanya seperti menunggu sebuah vonis.
”Kupikir, itu bukan ide yang baik.” Katanya setelah beberapa menit terdiam. ”Aku duluan, Bram. Assalamu’alaikum…”
Aku terpana. Aku masih juga terpana saat tiba-tiba Yudi menepuk pundakku.
“Apa tidak ada cara yang lebih romantis, Bung?” Yudi tersenyum. Aku salah tingkah.

Begitulah, proses perjodohanku terpaksa kandas di tengah jalan. Aku tidak patah hati. Tentu saja karena aku memang tidak pernah jatuh cinta pada Laras. Tetapi kuakui, aku cukup terpukul dengan kenyataan ini. Ternyata, aku tidak cukup pandai membaca isyarat Allah. Atau, caraku yang tidak baik? Melamar di ruang kuliah tanpa prolog seperti itu memang naif sekali.

Sore itu aku pulang dengan lemas. Mama duduk di teras, sedang asyik dengan koran sore dan secangkir teh hangat. Setelah mencium tangan Mama, aku menghempaskan tubuh di kursi.

Mungkin Mama bisa menangkap kegetiranku. Mama mengusap rambutku. Aku bersyukur Mama tidak membuka pembicaraan mengenai perjodohanku. Aku tidak siap.

Sepanjang sore itu aku mencoba menenangkan diri. Aku mencoba bersikap realistis menghadapi kenyataan ini. Aku percaya, Allah akan memberikan seorang pendamping untukku.

Pikiranku masih tidak menentu saat aku bangun tadi pagi. Aku sholat istikharah lagi tadi malam. Tapi kali ini, aku tidak memperoleh isyarat apa-apa. Akhirnya, kuputuskan untuk bicara dengan Mama. Toh, Nita gadis yang baik juga.
Aku mendahului bicara sebelum Mama bertanya tentang keputusanku.
”Ma…”
”Ya? Kenapa, Bram?”
”Aku…” Aku terdiam sejenak. Aku baru akan melanjutkan ucapanku saat sebuah pesan masuk. Aku meraih HP yang tergeletak di meja dengan enggan.
Laras???
Apa lagi yang akan dikatakannya sekarang? Berdebar aku membuka pesannya.
Setelah saya pikirkan lagi, ide kamu tidak terlalu buruk. Tawarannya masih berlaku?
Aku terpana. Hidup memang penuh kejutan.


Sumber : Majalah Ummi, No. 10/XIV Februari – Maret 2003/1423 H

~~❤~~



Senin, 09 Mei 2011

Kegagalan Bukanlah Akhir Dari Perjalanan



Perjalanan manusia penuh dengan lika-liku
 Selalu berbeda tanpa batas ruang dan waktu
 Kegagalan kadang kala menyakitkan kalbu
 Jika tiada pembimbing bagi hati yang pilu

 Ketika akhir dari tujuan tidak menjadi milik kita
 Hanya keikhlasanlah yg menolong pedihnya jiwa
 Tatkala kegagalan terus membayangi langkah kita
 Pasrahkanlah segalanya pada Sang maha Bijaksana

 Percayalah bahwa Sang Pencipta maha mengetahui
 Sehingga sanubari senantiasa berdzikir tanpa henti
 Renungkanlah makna hidup setiap insan di dunia ini
 Niscaya kebahagiaan akan merasuk dalam ruang hati

 Kegagalan bukan akhir dari suatu perjalanan
 Karna ia hanya sebatas ujian dalam kehidupan
 Kerinduan akan kebahagiaan selalu didapatkan
 Bagi seorang yg berfikir bahwa hidup adalah ujian

 Jadilah hamba Allah yang baik saat menyikapi segala cobaan
 Sehingga jiwa yang tenang menghampiri nuansa kebahagiaan
 Tataplah masa depan melalui doa dalam langkah kemenangan
 Karna tiada hal yang sia-sia dalam setiap jalan pengorbanan.

Sumber: ???????
( tidak diketahui lagi siapa penciptanya karena begitu benyak puisi ini diposting di blog-blog lain)

~~❤~~




Bila masa Lalu Mengukung Diri

Dalam menjalani kehidupan ini, kita mengalami berbagai kisah... ada bahagia, sedih, suka dan duka yang mewarnai kehidupan yang singkat ini.

Kisah-kisah yang kita alami kadang masih melekat didalam diri, apalagi kisah sedih dan duka yang menyakitkan. Begitu susah kita keluar dari bayang-bayang yang membuat kita semakin mundur untuk memperoleh kebahagiaan.
Seperti Dela yang sudah berbulan-bulan yang lalu ditinggal calon suaminya karena kecelakaan merenggut nyawa calon pasangannya tersebut. Dalam status FBnya slalu membuat betapa ia merasa sedih ditinggal sendiri, hidup hampa tiada gairah, status yang dibuat selalu menyedihkan. Setiap ada yang berusaha mendekatinya dan ingin melamarnya, dia bilang belum siap untuk menerima pengganti calonnya tersebut.

Ataupun Rino yang gagal dalam usahanya. Usahanya bangkrut karena ditipu oleh sahabatnya sendiri. Kegagalan ini membuat dia stress, tidak mau lagi berusaha, sehingga kerjanya sehari-hari bermenung dan tidur-tiduran dirumah.
Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian yang menimpa diri seseorang, termasuk sahabat-sahabat yang pernah curhat pada saya.

Pengalaman-pengalaman sedih, duka dan pahit dimasa lalu masih tersimpan didalam hati. Terkadang hal itulah yang membuat kita selalu hidup dalam bayang-bayang kesedihan.

Sahabatku...Sampai kapan ini akan berakhir menemani hidupmu jika kenangan yang lama masih selalu diingat-ingat. Bukan tidak mungkin kedepannya akan ada terus kejadian yang mengingatkan akan hal itu. Namun, kehidupan tidak berhenti sampai disini saja. Masih banyak yang lain yang harus kita pikirkan dan perbuat. Boleh kita bersedih namun jangan sampai larut dalam kesedihan tersebut dan jangan membuat tubuh teraniaya karena kurang nafsu makan mengingat kejadian pahit yang menimpa diri.

Oleh karena itu, cobalah bangkit dari keterpurukanmu, untuk itu coba ikuti langkah berikut...

1. Melihat harapan baru
Langkah pertama untuk menyingkirkan kenangan pahit dan rasa sedih adalah mencoba menerima keadaan. Kemampuan manusia memang terbatas. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa di luar kemampuan kita sebagai manusia, ada kekuasaan lain yang maha hebat, yakni kekuasaan Tuhan. Oleh karena itu, apabila mengharapkan sesuatu, serahkan dahulu berhasil atau tidaknya kepada Allah. Baru setelah itu berusaha sungguh-sungguh untuk mencapainya. Sadari bahwa ada harapan untuk menjadi lebih baik di kemudian hari. Sebuah harapan adalah kunci untuk bisa menjalankan hidup yang lebih baik. Sikap hidup optimis dan penuh harap sangat penting bagi manusia, sebab kehidupan didunia ini penuh cobaan. Manusia tidak selalu bernasib mujur, usaha tidak selalu berhasil, dan apa yang dikehendaki tidak selalu tercapai. Untuk itu manusia tidak boleh sekali-sekali berputus asa dari rahmat Allah. Wujudkanlah sikap ini dalam bentuk ikhtiar dan berdoa kepada Allah, semoga masalah bisa teratasi, urusan dipermudah, segala yang mengganjal dihati bisa hilang dll. Kemudian bertawakallah kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin.

2. Berbagi cerita terhadap sahabat
Bila perasaan kesepian menghampiri, kunjungilah sahabat atau keluarga terdekatmu. Berceritalah terhadap sahabatmu tentang kesedihan dan pengalaman pahit. Dengan begitu akan membantumu untuk menghilangkan rasa sedih. Atau lakukan kegiatan positif yang dapat mengurangi beban pikiranmu. Perasaan kita pasti akan rada enakan begitu semua keluar dari dada. Namun, kita harus cukup hati-hati dalam memilih teman curhat masalah kita, jangan sampe menjadi bumerang bagi kita karena bisa membongkar rahasia kita ke khalayak ramai. Curhat yang paling terjaga kerahasiaannya dimana kita bisa mencurahkan semua perasaan yang mengganjal dihati yaitu curhatlah kepada Sang Khalik, Dia lah tempat curhat yang paling baik dan Dia lah tempat pemberi solusi dan ketenangan dalam hati.

3. Fokus pada masa depan
Mengingat kenangan pahit tidak dapat mengubah situasi. Sebaiknya fokuslah pada masa depan dan mulai mencari kebahagiaan sendiri. Saat semuanya sudah mulai terasa lebih baik, maka kamu siap memulai kehidupan yang baru. 

4. Ambil pelajaran bahwa kenangan masa lalu merupakan kekuatan untuk masa depan
Sahabatku..kamu harus mengevaluasi peristiwa yang tlah terjadi dan pelajari sebab-sebab kegagalan atau sesuatu yang mengganjal dihati, kenapa peristiwa tersebut membuatmu begitu bersedih. Bila perlu tumpahkan isi hati dan uneg-unegmu ke dalam catatan atau diary. Menumpahkan semua pikiran yang ada di kepala ke dalam suatu tulisan dapat meringankan bebanmu. Cara yang paling sederhana menumpahkan isi hati dan pikiran adalah dengan menulis, bila tidak akan seperti sebuah saluran, ia akan tersumbat dan suatu saat meledak. Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, kecuali jika kamu memang menginginkannya demikian. Tertunda sejenak, bukan berarti tertunda selamanya. Frustasi cukup hanya bersifat sementara. Kegagalan harus dianggap sebagai langkah menuju sukses dan langkah menuju kebahagiaan, bukan sebagai rintangan yang menutup selamanya pintu keberhasilan. Sikapmu sangat berpengaruh pada cara kamu menanggapi kegagalan itu sendiri. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang kamu lalui akan membantumu menjadi lebih kuat di masa mendatang. Belajarlah dari kesalahan dan pengalaman yang menyakitkan, sehingga dirimu dapat berkembang menjadi lebih baik.

5. Membangkitkan rasa positif
Sahabat...Setiap kali kamu mengingat kenangan yang menyakitkan, cobalah untuk membangkitkan rasa positif dan rasa bahagia. Jika kamu bisa mengubah pikiran dengan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, maka dirimu akan lebih mudah menyingkirkan perasaan sedih. Orang bijak sering mengatakan bahwa kegagalan bukan berarti hacurnya segala kehidupan akan tetapi merupakan penundaan sementara sebuah cita-cita. Jadikanlah kegagalan sebagai pendidikan terhadap diri kita sendiri, sehingga kegagalan itu diyakini mengandung kebaikan.

Catatan ini dibuat dalam rangka menyemangati sahabat-sahabat yang pernah curhat kepada saya dan yang pernah curhat melalui inboxs beberapa waktu yang lalu.... maaf pesannya tidak langsung dijawab dan baru bisa saya jawab melalui catatan ini... Semoga bermanfaat... Tetap semangat dalam menghadapi segala cobaan...


~~❤~~





Minggu, 08 Mei 2011

Tafakur Cinta



Sujudku malam ini........
Sendiri dalam dekapan sang maha cinta
Bersimpuh mengharapkan kasih yang tiada batas
Dalam dinginnya sepoi-sepoi angin malam dan air suci
Terasing dalam cinta dunia semu.......

Ya Allah... Robbku yang maha kasih
Di sajadah ini daku bersimpuh mengharapkan keridhoan-MU
Merindu cinta, merindu kasih yang abadi yang dirindukan oleh hamba-hamba-MU
Sehingga daku dapat menuju surga-MU.......

Namun,..apakah daku layak menginjakan istana surga yang indah ini
Karena kelalaianku yang selalu menduakan cinta-MU
Menghamba cinta makhluk-MU,menghamba tahta dunia yang menipu
Sehingga daku lupa atas nikmat cinta yang Engkau berikan kepadaku

Ya Allah... yang maha cinta
Cinta-MU yang Engkau berikan padaku begitu hebatnya
Betapa sayangnya Engkau kepadaku, betapa cintanya Engkau padaku
Memberikan segala nikmat-nikmat yang Engkau berikan
Namun, nikmat-MU takkan berkurang walau Engkau berikan

Cinta......cinta kasihmu Ya Robbku...
Cinta abadi yang tak pernah mati
Cinta suci yang ta pernah terkotori
Cinta tiada batas tidak pernah habis sampai akherat nanti......

karya : Jamal @L-Haydar

Copas dari http://gaz.abatasa.com/post/detail/344/tafakur-cinta

~~::~~

Selamat Menunaikan Qiyamul Lail ya sobat...