muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Senin, 27 Juni 2011

## Makna Muhasabah ##




Catatan yang dibuat untuk menjawab pesan sahabat yang bertanya apa yang dimaksud dengan muhasabah?

Kebanyakan orang menganggap muhasabah atau introspeksi diri adalah mengingat perbuatan dosa yang telah dilakukan, dengan menyesali dan menangisinya.

Padahal pengertian tersebut merupakan salah satu syarat taubatan nasuha.
Rasulullah sallallahu alaihi wassalam bersabda, "Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala. (HR. Imam Turmudzi, "Hadits ini adalah hadits hasan")

Merujuk kepada hadis Rasulullah tentang hakikat muhasabah, akan kita temukan yang dimaksud dengan muhasabah adalah memaksakan diri dan menundukkannya agar taat melaksanakan semua perintah Allah sebagai bekal di akhirat.

Muhasabah menurut Rasulullah sama artinya dengan jihad nafs atau jihad memerangi dan mengekang hawa nafsu. Rasulullah dalam sabdanya yang lain menegaskan jihad nafs adalah salah satu jihad paling besar dan termasuk ke dalam hakikat seorang mujahid. ''Mujahid adalah orang yang mengekang jiwanya untuk taat kepada perintah Allah.'' (HR Ahmad).

Dari pengertian di atas, jelas bahwa hakikat muhasabah bukan mengingat dosa-dosa yang telah lalu, kemudian menyesali dan menangisinya. Namun, hakikat muhasabah adalah memaksakan diri untuk taat melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangannya.

Lantas kenapa orang-orang bila bermuhasabah selalu dengan cara menyesali dosa-dosa yang diperbuatnya?? Jawabannya karna taubat dan muhasabah bisa saling berkaitan.Dengan mengingat dosa-dosa yang diperbuat (taubat) maka kita akan mengingat Allah, bila kita mengingat Allah maka kita akan taat kepadaNya, dan jika kita taat kepadaNya maka kita berusaha untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dengan slalu memerangi hawa nafsu dan taat kepada Allah maka inti atau hakekat muhasabah itu sendiri tlah kita jalani.

Aspek-Aspek Yang Perlu Dimuhasabahi

Terdapat beberapa aspek yang perlu dimuhasabahi oleh setiap muslim, agar ia menjadi orang yang pandai dan sukses.

1.Aspek Ibadah
Pertama kali yang harus dievaluasi setiap muslim adalah aspek ibadah. Karena
ibadah merupakan tujuan utama diciptakannya manusia di muka bumi ini. [QS.
Adz-Dzaariyaat (51): 56]

2. Aspek Pekerjaan & Perolehan Rizki
Aspek kedua ini sering kali dianggap remeh, atau bahkan ditinggalkan dan
ditakpedulikan oleh kebanyakan kaum muslimin. Karena sebagian menganggap bahwa aspek ini adalah urusan duniawi yang tidak memberikan pengaruh pada aspek ukhrawinya. Sementara dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
Dari Ibnu Mas"ud ra dari Nabi Muhammad bahwa beliau bersabda, "Tidak
akan bergerak tapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang
5 perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya, kemana
dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya dan ke mana
dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya." (HR. Turmudzi)

3.Aspek Kehidupan Sosial Keislaman
Aspek yang tidak kalah penting untuk dievaluasi adalah aspek kehidupan
sosial, dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama manusia. Karena kenyataannya aspek ini juga sangat penting, sebagaimana yang digambarkan Rasulullah dalam sebuah hadits:
Rasulullah bersabda, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah
orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat,
namun ia juga datang dengan membawa (dosa) menuduh, mencela, memakan harta orang lain, memukul (mengintimidasi) orang lain. Maka orang-orang tersebut diberikan pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala kebaikannya telah habis, sebelum tertunaikan kewajibannya, diambillah dosa-dosa mereka dan dicampakkan pada dirinya, lalu dia pun dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Muslim)

4. Aspek Dakwah
Dakwah itu sendiri mengajak orang pada kebersihan jiwa, akhlaqul karimah, memakmurkan masjid, menyempurnakan ibadah, mengklimakskan kepasrahan abadi pada ilahi, banyak istighfar, taubat dsb.
Pada intinya, dakwah harus dievaluasi, agar harakah dakwah tidak menjadi simbol yang substansinya telah beralih pada sektor lain yang jauh dari
nilai-nilai dakwah itu sendiri. Serta dalam berdakwah mempunyai pertanggung jawaban atas apa yang didakwahkannya. Orang yang berdakwah, seharusnya terlebih dahulu melakukan apa yang didakwahkannya, jangan sampai orang yang berdakwah melarang seseorang melakukan sesuatu namun dalam kenyataannya dia telah melakukan apa yang dilarangnya, atau mengajak orang berbuat kebaikan namun dia tidak pernah melakukan kebaikan yang diucapkannya pada orang lain. Oleh karena itu berusahalah melakukan atau menjalani sesuatu yang kamu dakwahkan kepada orang lain (juga dalam rangka muhasabah bagi penulis sendiri).

Mudah - mudahan ayat ini menjadi bahan evaluasi bagi dakwah yang sama-sama kita lakukan:

Firman Allah: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab? Maka tidakkah kamu berpikir? (al-Baqarah : 44)

Seorang LeLaki dilemparkan ke neraka hingga ususnya berhamburan melitit perutnya, maka penghuni neraka berkumpul dan bertanya kepadanya : “Mengapa kamu? Apa yang menyebabkan kamu masuk neraka sedangkan engkau menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran ?” lalu laki-laki itu menjawab : “Saya dahulu menyuruh berbuat baik sedangkan diriku tidak mengerjakannya”. (Hadits riwayat Ahmad, Bukhari dan Muslim)

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
[QS. Yusuf (12): 108]

Marilah kita bergegas melaksanakan hakikat muhasabah yaitu dengan mengerjakan semua perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya dalam segala aspek kehidupan, dengan mengambil hikmah dari setiap sesuatu yang terjadi dalam diri kita agar di akhirat kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang hisabnya ringan. Wallahu a'lam bish-shawab.

Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Al-Isra: 36)

"Pada hari ketika mereka dibangkitkan Alloh semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Alloh mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. DAn Alloh maha menyaksikan segala sesuatu". (Q.S. Al-Mujaadilah (58) : 6)

"Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka balasan pekerjaan mereka. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sekalipun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya, dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sekalipun sekalipun seberat dzarrah pun niscaya dia akan melihat balasannya pula".(Q.S. Al-Zalzalah (99) : 6-8)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18)

(Diambil dari berbagai sumber)

Wahai Tuhan ku Yang Esa
Bila kenangkan Qahar-Mu
Rasa gerun di hatiku
Kerana takutkan seksa-Mu

Hamba-Mu rasa berputus asa
Siapakah dapat bersihkan diri
Dari segala dosa yang memburu
Setiap hari setiap ketika

Tika mengenang Ghafar-Mu
Putus asa tiada lagi
Semangatku pulih semula
Harapanku subur kembali

Ujian menimpa menekan di jiwa
Tak sanggup meneruskan perjuanganku
Mehnah-Mu itu penghapus dosaku
Mengganti hukuman-Mu di akhirat

Di waktu mengenang rahma-tMu
Terasa diri kurang bersyukur
Pada-Mu harusku memohon
Moga syukurku bertambah

Alangkah susahnya
Mendidik nafsuku
Yang tidak mengenal kebenaran-Mu
Ya Alloh Tuhanku
Bantulah hamba-Mu
Dalam mendidik jiwaku ini

( Nasyid Harapanku PadaMU subur kembali :Saujana )
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar