muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Minggu, 06 Maret 2011

Evaluasi Diri




Bagaimana bisa…banyak ayat yang telah kita hafal…tetapi mengapa tidak dapat menjadi syifa bagi hati yang gundah gulana ditempa perasaan yang meluap-luap terhadap orang bukan selayaknya???

Bagaimana mungkin bibir ini basah dengan dzikir untuk mengingat Allah, tetapi tidak bisa menjadi terapi bagi lisan yang terus-menerus menyebutkan dan menyanjung sang pengagum???

Katakan TIDAK pada hawa nafsu….dan nyatakan mulai detik ini sampai selama-selamanya syetan adalah musuh utama kita…seperti Ibrahim AS nyatakan itu di padang pasir pada saat syetan menggodanya untuk berpaling dari titah perintah Allah

Bagaimana mungkin ar rasyi…bisa bergetar mendengar do’a kita jika hati kita dan qolbu kita kotor????

Bagaimana mungkin generasi penerus cita-cita luhur pengemban amanah akan terhantar dari tangan kita jika tangan penuh dengan lumpur dosa???

Bagaimana mungkin do’a kita bisa menggedor pintu langit dan malaikat menyambutnya...kalau lisan kita penuh dusta....???

Bagaimana mungkin rahmat Allah menyapa kita, jika otak kita penuh dengan siasah dan taktik licik untuk menipuNya?

Sekali lagi saudaraku katakan TIDAK pada hawa nafsu, pada syetan laknatullah

Janganlah mengikuti langkah-langkah syetan dan berbohonglah pada perasaanmu sendiri, berbohonglah pada hawa nafsu yang akan membuatmu celaka

Dan terakhir...

Harum semerbak bunga melati di taman puri
Dijadikan hiasan mahkota mempelai putri
Tanda/lambang kesucian dan kelembutan hati
Lembutnya hati bila berhiaskan Asma Ilaahi

Lembut tampaknya buih dihempas ombak
Terpukau mata seakan kabut yang berarak
Padahal buih sisa hempasan perasaan riak-riak
Banyak manusia seakan dirinya berakhlaq
Padahal hatinya senantiasa memberontak
Akui berhati lembut, ternyata keras berpijak.

Baru disadari ternyata diri banyak tertipu
Menyangka hati telah lembut
Menyangka diri telah jadi kekasih Allah
Menyangka diri telah berbuat baik
Menyangka dan menyangka
Yang selalu diulang dan menjadi bayangan diri
Bukankah ini khayalan yang pasti?

Kini... terlihat batu telah berada dalam suatu proses
Ternyata batu yang keras bukan saja dapat dipecahkan
Melainkan dapat pula dihaluskan laksana tepung
Ternyata disini pulalah letak ketinggian mutunya karena telah berubah fungsi selaku penghalus dan pengokoh suatu bangunan.

Oh... inikah maksud pelajaran dari melembutnya sebongkah batu
Tertunduk wajah menyimpan rasa malu
Seulas cibiran menukik di diri sambil berkata.....
Batu yang keras saja ternyata sabar memproses diri
Lalu bagaimana diri ini: “HATI” hakikatnya
Telah tercipta dalam kondisi lembut
Tak mampu berproses menuju kelembutan
Mengapa diri tak merasa malu dengan kekerasan hati
Bukannya hati yang mengeras.... tetapi nafsulah yang menjadikan hati tampil mengeras

Sehingga tak mampu hati tersentuh kelembutan Ilaahi
Sehingga tak mampu hati menangkap isyarat berhikmah
Sehingga tak mampu hati bergetar dan menangis,
Bila diingatkan dan disentuh ayat-ayat Al Qur'an.
Oh alangkah keras dan membatunya hati...

Wahai Allah wahai Rabbi Dzat pendidik kami
Kerasnya hati kami, tak pernah kau membenci
Engkau tersenyum melihat tingkah polah kami
Laksana seorang ibu selalu sabar menjagai
Rahmat terus kau beri agar tersadar diri ini
Sungguh kami adalah hamba yang tak pandai mensyukuri

Wahai Allah wahai Rabbi tempat kami mengadu
Selangkah demi selangkah kami tinggalkan nafsu
Agar mencair hati yang selama ini keras membatu
Baru kami mengerti betapa pemurahnya sifat-Mu
Kami yang selama ini acuh dengan sabar kau tunggu
Oh ternyata kami adalah hamba yang tak mau tahu

Wahai Allah wahai Rabbi sumber segala bahagia
Banyak sudah hidup kami yang tersia-sia
Tanpa kami sadari kelak berakhir petaka
Karena terlena pada keindahan fatamorgana
Mohon kiranya agar waktu yang masih tersisa
Untuk berbakti dan bersyukur selaku hamba.

sumber : www.muhasabahrinataufik.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar