muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Sabtu, 12 Februari 2011

Jika Kerinduan Itu Hadir Kembali

Rindu merupakan perasaan yang berlebihan akan sebuah keinginan dan berharap benar akan sesuatu. Biasanya rindu diidentikkan dengan sebuah keinginan yang kuat untuk bertemu seperti halnya juga bertemu dengan seseorang yang dicintai ( kekasih). Rindu itu bukanlah hal tercela dan keji secara mutlak. Adakalanya rindu itu disertai dengan menjaga diri dan ada juga yang diikuti dengan kerendahan. Rindu yang disertai dengan menjaga diri maka ia akan selalu berada dalam kesucian, namun jika rindu yang disertai dengan kerendahan maka akan menjadi kehinaan.

Rindu yang disertai dengan kehinaan, banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kisah ini : Pada suatu hari sang Akhi berkenalan dengan Ukhti, semakin lama kenal dengan sang Ukhti semakin terasa suatu perasaan yang berbeda. Kerinduan demi kerinduan tercipta dihati tatkala sang Akhi berada jauh dari sang Ukhti. Ingin bertemu dengan orang yang dicintainya itu. Karna tidak bisa menahan perasaan cinta dan rindunya setiap hari, akhirnya ia mengungkapkan perasaannya pada Ukhti bahwa ia merindukan Ukhti dan jatuh cinta padanya. Ukhti pun menerima ungkapan rindu dan cintanya Akhi. Jadilah meraka pacaran, setiap kali Akhi atau Ukhti merasakan kerinduan dihati mereka, maka mereka saling menghubungi lewat telp, sms, bahkan bertemu.

Dari contoh diatas dapat kita lihat beberapa kesalahan yang telah terjadi diantara mereka. Pertama, mereka telah melakukan pacaran yang dilarang oleh agama dan yang kedua, penyaluran rasa rindu yang mereka lakukan salah.

Solusi terbaik bagi yang ingin memadu kasih adalah dengan menikah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallampernah bersabda,
« لَمْ نَرَ لِلْمُتَحَابَّيْنِ مِثْلَ النِّكَاحِ »
Kami tidak pernah mengetahui solusi untuk dua orang yang saling mencintai semisal pernikahan.

Inilah jalan yang terbaik bagi orang yang mampu menikah. Namun ingat, syaratnya adalah mampu yaitu telah mampu menafkahi keluarga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Wahai para pemudabarangsiapa yang memiliki kemampuan, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”
 Kemampuan maksud disini bermakna kemampuan memberi nafkah, itulah yang lebih tepat.

Menikah merupakan solusi terbaik untuk orang yang akan memadu kasih. Bukan malah lewat jalan yang haram dan salah. Ingatlah, bahwa kerinduan pada si dia yang diidam-idamkan adalah penyakit. Obatnya tentu saja bukanlah ditambah dengan penyakit lagi. Obatnya adalah dengan menikah jika mampu. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya obat bagi orang yang saling mencintai adalah dengan menyatunya dua insan tersebut dalam jenjang pernikahan.

Nah, jika kita mengalami kasus sepasang manusia, ikhwan dan akhwat yang sebelumnya saling memadu kasih, kemudian sadar akan kesalahan mereka yang telah berbuat dosa, akhirnya mereka berpisah karena takut kepada Allah atas perbuatan yang telah mereka lakukan. Padahal dalam diri telah tertanamkan bahwa dialah yang akan jadi teman hidup saya nanti. Sesungguhnya pencarian saya untuk seorang calon isteri telah berakhir. Insan seperti dia hanya satu dalam seribu. Mana mungkin saya melepaskan apa yang amat berharga yang pernah hadir dalam hidup saya. Namun untuk melangkah kejenjang lebih tinggi (pernikahan) belum mampu, karena kuliah belum selesai, pekerjaan belum ada, ataupun sudah mempunyai pekerjaan tetapi merasa belum mapan tuk menghidupi keperluan sebuah keluarga. Satu –satunya langkah yang bisa diambil walaupun berat terasa berupa berpisah dan menahan keinginan untuk tidak kembali terjerumus dalam kemaksiatan lagi.

Namun bagaimana jika dalam masa penantian ini, rasa rindu datang menyerang, keinginan untuk mengecap masa-masa lalu hadir kembali? bayangannya berkelebat nakal dalam angan kita,  sampai-sampai air mata berlinang menahan rindu yang tak tersampaikan. Bagaimana kita menyikapinya??? Apa harus mengikutinya??? Tentu saja tidak...
Agar rasa rindu tetap pada koridor menjaga diri dan tidak terjerumus dalam hal kehinaan maka ada beberapa obat bagi orang yang dimabuk rindu akibat cinta namun belum sanggup untuk menikah adalah sebagai berikut :

Pertama: Jangan berusaha untuk menghubunginya.
 Jika Anda berhasil menghubunginya (saling berbicara melalui telp, sms, ataupun chating), itu sama saja seperti mengorek luka lama, hanya akan membuat Anda kembali dalam situasi sebelumnya, bermaksiat dari Allah. Mungkin pada awalnya kontak yang dilakukan akan membuat perasaan jadi lebih baik, namun hal ini akan semakin membangkitkan api-api asmara yang dulu hampir pudar. Dan ujung-ujungnya saudara akan kembali pada masa-masa dahulu, melakukan hal yang dilarang Allah. Ingat cinta itu bisa suci namun juga bisa kotor, tergantung bagaimana kita mengarahkan cinta tersebut. Suci karena masih dalam batas-batas yang sesuai dengan syar’i, kotor karena telah mengarah pada kemaksiatan.

Kedua: Rajin memenej pandangan
Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang dengan sepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran. Namun pandangan yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Lihatlah surat An Nur ayat 30 "Katakanlah kepada orang-orang laki-laki yang beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, apa yang mereka perbuat. Mujahid mengatakan, “Menundukkan pandangan dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah akan menumbuhkan rasa cinta pada Allah.”
Jadi, berusahalah untuk tidak menemuinya, dengan tidak menemuinya berarti anda telah berusaha untuk menjaga pandangan. Ingat sebuah pepatah, dari mata turun ke hati. Dengan melihat wajahnya maka perasaan cintapun bersemi kembali sehingga kerinduan akan masa-masa indah itu selalu menggoda anda untuk kembali melakukan hal yang telah dilarang oleh Allah.

Ketiga: Lebih giat menyibukkan diri
Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Ibnul Qayyim pernah menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi’i. Ia berkata, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”
Berkumpullah bersama sahabat, curhat ( sebisa mungkin hindari curhat yang dapat membuat rasa rindu semakin menjadi-jadi), ataupun melakukan perbuatan yang lebih bermanfaat. Sibukkan diri Anda ke dalam pekerjaan, hobi dan rekreasi. Meskipun Anda tidak bisa berhenti memikirkan mantan pacar, berusahalah untuk tidak peduli. Pada awalnya mungkin agak sulit, tapi lama-lama akan terbiasa juga.

Keempat: Menjauhi musik dan film percintaan
Kalau musik dan film percintaan tidak mempengaruhi perasaan saudara, ya tidak masalah. Namun, nyanyian dan film-film percintaan juga memiliki andil untuk mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan hati.  Adh Dhohak mengatakan, “Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah.

Kelima: Berusaha ikhlas dalam beribadah.
Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Sungguh, jika hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk akan bisa dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya.”

Keenam: Banyak memohon pada Allah
Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia bersungguh-sungguh dalam berdo’a, merasakan kebutuhannya pada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang memohon pada Allah agar dilepaskan dari penyakit rindu dan kasmaran yang terasa mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah gulana, sedih dan sengsara. Ingatlah, Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al Mu’min: 60)

Walau bagaimanapun, perpisahan ini hanya sementara (bagi yang memutuskan berpisah namun msh terbesit dalam hati untuk hidup bersama suatu hari kelak). Berdoalah selalu agar dialah yang dipilih oleh Allah sebagai jodoh yang akan mendampingi hidup saudara nantinya. Namun, jika Allah berkehendak lain (wallahu a’lam)... pasrahkan semuanya pada Allah. Dia lah penentu yang terbaik untukMu....
Semoga bermanfaat.........




Tidak ada komentar:

Posting Komentar