muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Kamis, 17 Februari 2011

Mencintai Sesama


Suatu hari aku berkunjung ke sekolah SD ku dulu, disanalah aku mendengar kisah menarik tentang seekor kucing.

Beberapa tahun yang lalu aku mempunyai seekor kucing yang bernama Alen, kemudian dia mempunyai anak 3 ekor. Ketika anak-anaknya berumur sebulan, salah satu diantara anaknya sakit. Agar penyakit dari satu anak tersebut tidak menular pada anak kucing yang lain, kami memutuskan untuk memberikan seekor anak kucing jantan (yg diberi nama belang seperti bulunya yang belang-belang)  beserta induknya ( Alen) pada penjaga sekolah tempat aku sekolah waktu SD dulu.

Ketika sampai disana, kucingku Alen merasa ketakutan dan kabur entah kemana. Tinggallah anaknya yang dibesarkan oleh penjaga sekolah tersebut. 6 bulan pun berlalu, anak kucing tersebut tumbuh besar dan lincah. Dan memiliki sifat yang begitu membuatku tersentuh, dialah kucing yang sangat baik dan penolong.

Aku mendengar cerita dari penjaga sekolah ketika aku singgah ke SDku dulu,
beberapa minggu yang lalu,,, kucing yang kamu berikan itu membawa seekor anak kucing yang entah dari mana datangnya. Dari kejauhan bapak lihat dia membimbing anak kucing tersebut agar anak kucing itu mengikutinya sampai kerumah bapak.  Sampai di pintu rumah, si belang mengeong minta makan. Kemudian bapak kasih makan nasi dengan tambahan ikan. Ternyata dia ngak memakan makanan yang bapak kasih, malah membimbing anak kucing yang ditemukannya itu untuk makan nasi yang telah disediakan. Begitu lahap anak kucing tersebut memakan nasi itu. Setelah anak kucing itu selesai makan, barulah sibelang makan sisa-sisa makanannya.

Dirumah bapak kan ada juga seekor anjing, tapi sibelang itu ngak takut dengan anjing tersebut. Ketika anjing itu melihat ada anak kucing kecil datang, anjing tersebut  mendekati anak kucing, melihat anak kucing tersebut ketakutan, si belang datang dan membimbing anak kucing untuk menjauh dari anjing tersebut. Kemudian sibelang membawa anak kucing itu pergi ketempat tidur biasanya ia tidur dan diapun juga ikut tidur bersama anak kucing itu.

Dua minggu sudah anak kucing itu bersamanya. Aku melihat ia begitu telaten menjaga anak kucing itu, seperti kakak menjaga adiknya. Mendengar kisah dari sang bapak penjaga sekolah, aku merasa iri dengan sifat kucing itu. Seekor kucing saja begitu besar rasa cintanya terhadap sesama, sedangkan kita sebagai makhluk yang paling tinggi kedudukannya dimuka bumi, kadang berpikir-pikir dulu untuk menolong, merasa agak keberatan menolong sesama dan kadang bukannya menolong tapi malah mendzolimi sesama.

Begitu banyak kita lihat fenomena yang terjadi dilingkungan kita, para tetangga yang saling bermusuhan, tetangga yang tidak peduli tetangga sebelahnya kelaparan, orang kaya yang melecehkan orang miskin, keluarga yang menganiaya anggota keluarganya dan masih banyak kasus-kasus lain yang terjadi.

Kita sebagai orang mukmin seharusnya mencintai sesama manusia, karena mereka adalah saudara, teman mengabdi kepada Allah. Mereka semua adalah satu nasab, keturunan dan juga memiliki satu tujuan dan satu lawan. Satu keturunan, seperti firman Allah, "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."(QS. An-Nisaa': 1)

Dari  abu Hamzah Anas ibn Maalik, pembantu rasulullah saw, rasulullah berkata "Tidak beriman diantara kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." HR. Bukhari.

Hadits ini menjelaskan salah satu akhlak yang utama dalam islam. Dijelaskan bagaimana seorang muslim seharusnya berakhlak terhadap sesama muslim. Menurut  musnad Ahmad,  arti dari "tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga". Seorang hamba ALlah tidak meraih iman yang benar sampai cintanya untuk manusia sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. Maksudnya tidak beriman  di hadits ini, bukan menyatakan menolak iman secara keseluruhan, bukan berarti menjadi kafir, karena tidak mencintai saudaranya. "Ia mencintai saudaranya sebagaimana cintanya untuk dirinya sendiri."

Orang yang mencintai saudaranya karena Allah SWT akan memandang bahwa dirinya merupakan salah satu anggota masyarakat, yang harus membangun suatu tatanan untuk kebahagiaan bersama. Apapun yang dirasakan oleh saudaranya, baik kebahagiaan maupun kesengsaraanya juga. Dengan demikian, terjadi keharmonisan hubungan antar individu yang akan memperkokoh persatuan dan kesatuan. Dalam hadist lain, Rasullulah SAW, menyatakan:
sesungguhnya antara seseorang mukmin dengan mukmin lainya bagaikan bangunan yang saling melengkapi ( memperkokoh ) satu sama lainya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Seorang muslim dalam bersilaturrahim dengan sesama muslim lainnya (yang sesuai dengan syari'at yang ditetapkan oleh Allah Swt) ibarat :

1. Seperti sebuah badan / tubuh, apabila salah satu bagian tubuh kita terluka maka bagian tubuh lainnya akan ikut merasakan sakit dan penderitaannya.

2. Seperti layaknya sebuah bangunan, dimana satu bagian dengan bagian yang lain saling menguatkan dan saling melengkapi. Apabila sebuah bangunan tidak ada tiang penyangga, atau tidak ada genteng penutup rumah, maka tidak akan nyaman dan layak untuk ditinggali, bahkan mungkin tidak mungkin dapat berdiri kokoh.

3. Seperti lisan dengan tangannya, harus saling membantu, saling menasehati dan ucapannya harus selaras dengan tindakannya.

Rasa cinta kepada sesama muslim haruslah rasa cinta yang datang dari Allah Swt, yaitu rasa cinta yang mampu mengikuti semua perintah-perintah Nya dan menjauhi semua larangan-larangan Nya, taat, serta semata-mata untuk mencari keridhoan Allah Swt.
 "....Allah senantiasa menolong hambaNya selagi hambaanya itu menolong saudaranya...."
(HR Muslim, Abu Dawud & Tirmidzi dari Abu Hurairah, r.a)

" Barangsiapa menutup aib saudaranya (yang muslim), maka Allah Swt akan menutupi aibnya pada hari kiamat. Dan barangsiapa membuka aib saudaranya (yang muslim), maka Allah Swt akan membuka aibnya, sehingga Allah akan mempermalukan dirinya disebabkan aibnya di rumahnya sendiri"
(HR Muslim, Abu Dawud & Tirmidzi dari Abu Hurarirah r.a)

Dari kisah seekor kucing tadi dapat kita lihat betapa ia mencintai sesamanya, ia menjaga, melindungi dan memberikan makanan kepada kucing lain yang membutuhkan. Sudahkah kita sebagai seorang mukmin mencintai sesama seperti yang diperintahkan oleh Allah??... Seharusnya kita sebagai makhluk Allah yang paling tinggi derajatnya jangan kalah dengan makhluk lainnya...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar