muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Sabtu, 09 April 2011

~*~ Mencari Kebahagiaan ~*~

Dalam hidup kadang kita merasa sedih dan duka, bahkan ada yang sampai putus asa ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi anehnya ketika apa yang kita inginkan terwujud, baru kita sadari bahwa yang kita inginkan itu akhirnya tidak selalu dapat membuat hidup kita bahagia. Mengapa???

Kebahagiaan manusia sangat relatif tidak ada batas ukurannya, tiada kebahagiaan didunia yang abadi, bisa jadi kondisi saat ini kita merasa berbahagia karena satu keinginan kita telah terpenuhi, lain waktu pada kondisi yang sama telah berubah menjadi tidak bahagia karena keinginan manusia berubah mengikuti tuntutan nafsu ingin mendapatkan keinginan kedua, kemudian disusul keinginan ketiga terus, terus dan terus tiada habisnya sebelum nafsu dikendalikan atau sampai mati. Satu kali makan daging ayam mungkin akan terasa enak dan nikmat, namun akan bosan dan tidak enak lagi bila dimakan setiap hari, begitu pula dengan sejumlah materi dan harta benda tiada bedanya.

Sebenarnya yang namanya kenikmatan itu sangat terbatas, nikmatnya rasa makanan hanya terbatas dari masuknya makanan ke mulut melalui kerongkongan sampai perut kemudian kenyang, setelah kenyang makan rasanya sudah tidak enak lagi, bahkan terasa sakit. Nikmatnya syahwat hanya beberapa menit, lebih dari itu malah sakit rasanya. Justru karena sebentar itulah manusia cenderung untuk menikmati berulang-ulang menuruti keinginan hawa nafsunya. Manusia yang sedang dimabuk nafsu memburu kenikmatan seasaat biasanya tidak dapat berpikir jernih, melakukan perbuatan jauh dari kebaikan dan akhirnya baru menyadari ketika ia memanen hasil perbuatanya sendiri dimasa lampau.

Sebenarnya kita tau dan sadar betul bahwa dibalik kenikmatan yang sesaat itulah, terdapat jurang penderitaan yang berkepanjangan, apabila kita tidak hati-hati dalam menyikapi, kita akan kehilangan kewaspadaan dan terlena mengikuti keinginan nafsu, hasilnya berbagai macam penyakit bermunculan akibat pola makan yang tidak sehat, force power syndrome akibat kehilangan jabatan, stress karena tekanan ekonomi yang tak tersisa akibat mengikuti gaya hidup(hura-hura), atau malah berurusan dengan pihak berwajib akibat menyalah gunakan wewenang, semua itu karena mata hatinya telah tertutup oleh nafsu.

Seharusnya kita sadar dan waspada bahwa segala sesuatunya didunia ini tidak abadi, segalanya bergulir dan bergilir menurut aturan dan kehenak Tuhan Yang Maha Pencipta, ketika lahir kita tidak dibekali apa-apa, kemudian kita menjadi besar, menikah dan punya keturunan, kemudian menjadi tua dan akhirnya ketika matipun tidak membawa harta benda bahkan tidak mengajak sanak keluarga yang kita cintai, itulah kehidupan. Mobil dan rumah mewah, Istri yang cantik, keluarga yang kita cintai, dan seterusnya.. semua adalah titipan belaka yang sewaktu-waktu akan diambil oleh PEMILIKNYA. Mengapa harus sedih dan berat hati ketika Harta benda yang kita cintai diambil olen PEMILIKNYA?? Apakah kita punya hak atas barang2 tersebut??? Benarkah itu MUSIBAH ????.

 Semakin besar seseorang merasa memiliki dan memuji-muji harta benda, semakin besar rasa kesedihan akibat kehilangan benda tersebut, Semakin besar hasrat orang untuk mencapai keinginan, semakin dekat dengan kekecewaan.
anggaplah semuanya layaknya seperti tukang parkir. Dengan senang hati dia menjaga semua kendaraan yang dititipkan kepadanya, dia menjaganya agar tidak ada yang mengambilnya seperti miliknya sendiri, tetapi dia tidak pernah merasa kehilangan setelah kendaraan yang dititipkan padanya dibawa pergi atau diambil oleh pemiliknya.

Do’a harian kita panjatkan kepada Tuhan agar diberikan Keselamatan, kesehatan, jodoh, rejeki yang banyak, dan lain-lain. Usaha telah kita lakukan namun Tuhan lebih tahu segalanya, Tuhan mempunyai rencana yang paling baik untuk kita. Mencari kebahagiaan dengan mengikuti hawa nafsu untuk mencapai keinginan, hasilnya NOL BESAR bahkan sangat berresiko terjerumus pada perbuatan tercela, menghalalkan segala cara penuh berlumuran dengan dosa-dosa, dan kebahagian letaknya didalam hati, bukan di Bar, Hotel, atau ditempat-tempat lain, tidak harus dengan biaya mahal. Kalau kita jujur, apa yang menimbulkan susah dan senang bahagia sebenarnya bukan dari luar diri manusia, melainkan dari dalam hati kita sendiri yang dicengkeram nafsu mementingkan diri sendiri, nafsu iba diri, jika dirugikan kita merasa susah, jika diuntungkan kita senang. Susah dan senang hanyalah permainan gejolak perasaan kita. “SUSAH MENIMBULKAN TANGIS DAN DUKA, SENANG MENIMBULKAN TAWA” Baik diterima dengan susah atau senang, persoalannya tidak akan berubah.

Mengapa harus sedih dan menangis ketika kita tidak pada posisi diuntungkan?? Mengapa kita harus bersedih ketika sesuatu yang kita sayangi, kita cintai diambil oleh PEMILIKNYA??? Tidak selayaknya kita berburuk sangka, kini saatnya untuk introspeksi diri, siapa diri kita ini, apa yang telah kita lakukan. Sedih dan tangis hanya akan menimbulkan kelemahan batin, dapat mendatangkan keharuan pada orang lain, mudah mengukirkan dendam dalam hati, melahirkan dosa-dosa lain. Dalam menghadapi hidup, MENANGIS dan TERTAWA sama-sama menggerakan bibir, mengapa tidak memilih tawa daripada tangis? hasilnya lebih baik bagi diri sendiri dan bagi orang lain. Orang bijak akan tahu bahwa yang terpenting dalam menjalani hidup ini adalah Menerima dengan ikhlas “NRIMO ING PANDUM” atas segala hal yang terjadi pada diri kita ini disertai kesadaran bahwa segala yang terjadi adalah KEHENDAK TUHAN YANG MAHA KUASA. Kesadaran ini akan menuntun kita untuk menerima segala peristiwa dengan penuh penyerahan kepada kekuasaan Tuhan, karenanya kita akan tetap tenang karena sudah waspada bahwa segala peristiwa yang terjadi takkan dapat dihindarkan oleh kekuasaan manusia yang sesunguhnya hanya mahluk lemah yang selalu menjadi permainan dari nafsu-nafsunya sendiri."

Catatan kiriman dari ukhti Susi Shila Wati...
 ~~~~~~~~************~~~~~~~~~
Syukron ya ukhti  susi atas kirimannya.... jazakillah khair....maaf telat mempostingkannya... ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar