muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Sabtu, 30 April 2011

Bercermin Dari Kehidupan Kita Yuk...



Sahabatku, Sudahkah kita bercermin dengan kehidupan? Apa kita selama ini bercermin hanya untuk memperindah penampilan jasad saja? Atau kita malu untuk melihat segala kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri kita melalui cermin kehidupan yang ada didepan mata?

Lantas, bagaimana ya caranya? Apa dengan menggunakan cermin biasa? Kalau aku bercermin yang aku lihat cuma noda diwajah dan tubuh, bagaimana aku bisa melihat dan merubah segala kekurangan dan kesalahan yang ada pada diriku? Tiap kali bercermin tidak pernah kutemukan jawaban didalamnya.

Duhai sahabatku... bercermin pada kehidupan bukan sekedar kita bercermin didepan sebuah cermin yang sering kita pergunakan sehari-hari, bukan sekedar dengan cara kita berdiri didepan sebuah benda yang mana didalamnya kita dapat melihat dengan mata segala noda dan kekurangan pada tubuh kita. Namun bercermin pada kehidupan lebih dari sekedar itu. Kamu bisa melihat dirimu sampai kedalam-dalamnya, kamu bisa mengetahui jati dirimu sebenarnya. Cermin tersebut akan memantulkan bayang-bayang siapa diri kita sebenarnya. Kita akan dapat melihatnya jika kita sungguh-sungguh ingin melakukannya.

Lantas dengan cara apa ya kita bisa bercermin dari kehidupan tersebut??
Kamu akan dapat melihatnya dengan cara menggunakan hati dan pikiran. Dengan pikiran, kita dapat mengingat semua peristiwa yang telah terjadi selama kita hidup dan dengan hati, kita dapat menilai dengan jujur mengenai kehidupan yang kita jalani. Dengan menggunakan hati dan pikiran, kita dapat merenungkan bagaimana kehidupan yang telah kita jalani selama ini. Sehingga kita dapat mengetahui jati diri kita sebenarnya.

Dalam menjalani hidup, banyak diantara kita yang belum mengetahui jati diri kita sebenarnya, oleh sebab itu cobalah jawab pertanyaan ini, jawablah jujur dengan menggunakan hati.
-          Siapakah diri kita sebenarnya??
-          Sudah seberapa dalamkah kita mengenal diri sendiri??
-          Apa selama ini, kehidupan kita sudah berjalan dengan semestinya??
-          Apakah kita sudah memahami tujuan kita hidup didunia ini dan sdhkah mengamalkannya?
-          Apakah kita sudah memanfaatkan segala potensi yang ada pada diri kita??

Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut kita bisa berpedoman pada Al-Qur’an dan hadits Rasulullah. Kita memerlukan pedoman hidup dari Pencipta kita, dimana Dia yang paling tau bagaimana seharusnya manusia hidup ‘beroperasi’ didunia ini dengan cara yang benar.

Atau jika pertanyaan diatas terlalu susah untuk dijawab, maka bercerminlah didepan sebuah cermin, coba merenungi hal dibawah ini....

Mulailah amati wajah kita seraya bertanya, “Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya bersinar indah di surga sana ataukah wajah ini yang akan hangus legam terbakar dalam bara jahannam?”

Lalu tatap mata kita, seraya bertanya, “Apakah mata ini  yang kelak dapat menatap penuh kelezatan dan kerinduan, menatap Allah yang Maha Agung, menatap keindahan surga, menatap Rasulullah, menatap para Nabi, menatap kekasih-kekasih Allah kelak? Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai, meleleh ditusuk baja membara? Akankah mata terlibat maksiat ini akan menyelamatkan? Wahai mata apa gerangan yang kau tatap selama ini?”

Lalu tataplah mulut ini, “Apakah mulut ini yang di akhir hayat nanti dapat menyebut kalimat thayibah, ‘laaillaahaillallaah’, ataukah akan menjadi mulut berbusa yang akan menjulur dan di akhirat akan memakan buah zakum yang getir menghanguskan dan menghancurkan setiap usus serta menjadi peminum lahar dan nanah? Saking terlalu banyaknya dusta, ghibah, dan fitnah serta orang yang terluka dengan mulut kita ini!”

“Wahai mulut apa gerangan yang kau ucapkan? Betapa banyak dusta yang engkau ucapkan. Betapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam? Betapa banyak kata-kata yang manis semanis madu palsu yang engkau ucapkan untuk menipu beberapa orang? Betapa jarangnya engkau jujur? Betapa jarangnya engkau menyebut nama Allah dengan tulus? Betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar Allah mengampunimu?”

Sahabatku,
Tataplah diri kita dan tanyalah, “Hai kamu ini anak shaleh atau anak durjana? Apa saja yang telah kamu peras dari orang tuamu selama ini? Dan apa yang telah engkau berikan? Selain menyakiti, membebani, dan menyusahkannya?! Tidak tahukah engkau betapa sesungguhnya engkau mungkin adalah makhluk tiada tahu balas budi!”
“Wahai tubuh, apakah engkau yang kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga sana? Atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar membara jahannam tanpa ampun dengan derita tiada akhir?”

“Wahai tubuh, berapa banyak maksiat yang engkau lakukan? Berapa banyak orang-orang yang engkau zhalimi dengan tubuhmu? Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu? Berapa banyak perindu pertolonganmu yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu? Berapa pula hak-hak yang engkau rampas?”

“Wahai tubuh, seperti apa gerangan isi hatimu? Apakah tubuhmu sebagus kata-katamu atau malah sekelam daki-daki yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu atau selemah daun-daun yang mudah rontok? Apakah hatimu seindah penampilanmu atau malah sebusuk kotoran-kotoranmu?”

Sahabatku,
Ingatlah amal-amal kita, “Hai tubuh apakah kau ini makhluk mulia atau menjijikkan, berapa banyak aib-aib nista yang engkau sembunyikan dibalik penampilanmu ini? Apakah engkau ini dermawan atau si pelit yang menyebalkan? Berapa banyak uang yang engkau nafkahkan dan bandingkan dengan yang engkau gunakan untuk selera rendah hawa nafsumu”

“Apakah engkau ini shaleh atau shalehah seperti yang engkau tampakkan? Khusyu-kah shalatmu, zikirmu, do’amu, …ikhlaskah engkau lakukan semua itu? Jujurlah hai tubuh yang malang! Ataukah menjadi makhluk riya tukang pamer!”
Sungguh  betapa beda antara yang nampak di cermin dengan apa yang tersembunyi. Betapa aku telah tertipu oleh topeng? Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus topeng-topeng duniawi!

Dengan bercermin dari kehidupanmu, merenungi kehidupan yang telah kita jalani selama ini menggunakan pikiran dan hati dan jadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai patokan sehingga kita dapat melihat bayang-bayang kita sebenarnya, kita dapat mengetahui segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri kita dan berusaha semampunya untuk memperbaiki ke arah yang lebih baik.

Yuk.. mari kita bercermin pada kehidupan kita.. Agar kita dapat melihat noda-noda yang melekat pada diri, sehingga kita dapat menutupinya dengan berbagai amal shaleh dan segala kelebihan yang ada pada diri, kita jadikan sebagai jalan untuk lebih mendekatkan diri pada Allah.
Semoga bermanfaat....

~::~

sumber :  Buku Jadi Muslimah kudu sukses dan Jurnal MQ Vol.1/No.1/Mei 2001 dan dengan penambahan kata dari penulis.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar