muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Sabtu, 08 Januari 2011

❤❤ Mari Kita Bercinta ❤❤


Cinta...???

Sapa yang ngak tau cinta?? Ya pasti tau lah...

Cinta membuat orang selalu mengingat yang dicintainya...

Cinta selalu membuat orang menyebut-nyebut orang yang dicintainya...

Cinta membuat orang lebih mengutamakan orang yang dicintai daripada diri sendiri...

Cinta membuat orang selalu mengenang yang dicintainya...

Semua orang mendambakannya, bahkan ada yang rela mengakhiri hidupnya demi cinta....

          Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Pepatah yang sering kita dengar untuk menandakan jalinan hubungan yang dekat dengan seseorang. Pepatah ini begitu mempunyai makna yang sangat dalam. Bayangkan saja, bagaimana kita dapat menumbuhkan kepedulian terhadap sesama atau diri kita, apabila kita tidak mengenal dan tidak ada rasa kasih sayang sedikit pun terhadap hubungan interaksi antar manusia, atau diri kita yang sudah terlalu banyak dirusak oleh kebodohan kita sendiri. Bagaimana jadinya? Hasilnya, bukan hanya tak kenal dan tak sayang tapi juga tak mau tau dengan keadaan lingkungan. Akhirnya merambat pada ketidakpedulian dengan menafikkan hati nurani yang rindu akan keakraban dengan Sang Pencipta.

           Selama ini kita telah mengaku mengenal Tuhan, mengaku dekat denganNya. Kemudian telah berada didalam jalanNya, tapi sadar tidak sadar kita masih sedikit kenal dengan Dzat Yang Maha Suci. Kita mengenal hanya sebatas pengetahuan, terikat oleh nama. Lalu pernahkah kita mencoba mengenal Dia dengan menggunakan hati nurani, mencerna semua ciptaNya dengan akal.

           Begitu sedikitnya kita mengenal Dia, maka tak akan mungkin kita mampu menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup kita. Dalam mengenal Allah SWT, ada hal utama yang harus kita pahami. Dengan Al-Quran kita dapat mengambil pelajaran penting sebagai bekal kehidupan didunia juga akhirat.

            Mengenal Allah yang diajarkan kepada manusia adalah mengenal melalui hasil penciptaannya bukan melalui zat Allah. Karena akal kita memiliki keterbatasan untuk memahami seluruh ilmu yang ada di dunia ini, apalagi zat Allah. Bahwa setiap makhluk, yang terdahulu maupun yang akan datang pasti ada penciptanya. Tidak mungkin makhluk tercipta dengan sendirinya, dan tidak mungkin pula tercipta secara kebetulan.

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?” (Ath-Thuur: 35-37).

Dalam ayat diatas jelaslah bahwa makhluk dan alam semesta tidak diciptakan tanpa pencipta, dan makhluk serta alam semesta ini tidak menciptakan dirinya sendiri. Jadi jelas yang menciptakannya adalah Allah.

           Hasil dari mengenal Allah adalah peningkatan iman dan taqwa sehingga muncul beberapa hal yaitu Kebebasan (dengan mengenal Allah kiat menjadi manusia yang bebas, tidak menjadi budak sesama makhluk dan tidak juga menyembah apapun kecuali Allah SWT yang memang berhak untuk disembah) ,  Memberi ketenangan, Keberkahan, Kehidupan yang baik, Syurga dan Keridhaan Allah (Mardhatillah).

             Dengan mengenal Allah  akan membuahkan rasa cinta, takut kepada-Nya, tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan ketundukan hanya kepada-Nya. Sehingga kita bisa mewujudkan segala bentuk ketaatan dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh-Nya. Yang akan menenteramkan hati ketika orang-orang mengalami gundah-gulana dalam hidup, mendapatkan rasa aman ketika orang-orang dirundung rasa takut dan akan berani menghadapi segala macam problema hidup.

             Cara mencintai Allah tentu harus sesuai dengan cara yang ditentukan Allah SWT. Bukan dengan cara mengarang-ngarang sendiri, apalagi menciptakan sendiri ritual-ritual aneh yang tidak ada dasarnya dari Allah SWT. Dan bentuk mencintai Allah SWT yang paling tepat adalah dengan cara mengikuti petunjuk dari Rasulullah SAW. Sebab beliau adalah petugas resmi yang diutus Allah SWT kepada umat manusia untuk mengajarkan bagaimana cara mewujudkan bentuk real sebuah cinta kepada-Nya.

Katakanlah: "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.Ali Imran: 31)

             Apapun realisasi rasa cinta seseorang kepada Allah SWT, tetapi kalau sampai bertentangan dengan apa yang telah Rasulullah SAW ajarkan, maka pengungkapan bentuk cinta itu justru tertolak, bahkan malah melahirkan laknat dan siksa dari Allah. Sebab kedudukan Rasulullah SAW adalah sebagai utusan resmi satu-satunya dari Allah kepada seluruh manusia, bahkan kepada seluruh makhluk hidup yang ada. Maka apa pun yang beliau sampaikan, wajib kita ikuti dengan sepenuh hati. Sebaliknya, apapun yang dilaranganya, tentu saja wajib kita jauhi dari diri kita. Penegasan pernyataan ini disampaikan Allah langsung di dalam Al-Quran Al-Kariem.

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS. Al-Hasyr: 7)

             Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah menggambarkan sebuah pengibaratan tentang bentuk cinta kepada Allah. Beliau berkata bahwa cinta kepada Allah itu ibarat pohon dalam hati, akarnya adalah merendahkan diri di hadapan Dzat yang dicintainya, batangnya adalah mengenal nama dan sifat Allah, rantingnya adalah rasa takut kepada (siksa)Nya, daunnya adalah rasa malu terhadap-Nya, buah yang dihasilkan adalah taat kepadaNya Dan penyiramnya adalah dzikir kepadaNya. Kapanpun jika amalan-amalan tersebut berkurang maka berkurang pulalah mahabbahnya kepada Allah”. (Raudlatul Muhibin, 409, Darush Shofa).

Cara untuk  mendapatkan cinta Allah:
• Membaca Al-Qur'an dengan memikirkan dan memahami maknanya.
• Berusaha mendekatkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dengan ibadah sunnah setelah menyelesaikan ibadah yang wajib.
• Selalu mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala , baik dengan lisan, hati maupun dengan anggota badan dalam setiap keadaan.
• Lebih mengutamakan untuk mencintai Allah Subhannahu wa Ta'ala daripada dirinya ketika hawa nafsunya menguasai dirinya.
• Memahami dan mendalami dengan hati tentang nama dan sifat-sifat Allah.
• Melihat kebaikan dan nikmatNya baik yang lahir maupun yang batin.
• Merasakan kehinaan dan kerendahan hati di hadapan Allah.
• Beribadah kepada Allah pada waktu sepertiga malam terakhir (di saat Allah turun ke langit dunia) untuk bermunajat kepadaNya, membaca Al-Qur'an , merenung dengan hati serta mempelajari adab dalam beribadah di hadapan Allah kemudian ditutup dengan istighfar dan taubat.
• Duduk dengan orang-orang yang memiliki kecintaan yang tulus kepada Allah dari para ulama dan da'i, mendengarkan dan mengambil nasihat mereka.
• Menjauhi/menghilangkan hal-hal yang menghalangi hati dari mengingat Allah Subhannahu wa Ta'ala.
• Saling mencintai sesama makhluknya
      Mencintai manusia, pada hakikatnya, sama dengan mencintai Tuhan, karena manusia dan alam ini adalah manifestasi-Nya juga. Mungkin kita pernah berdoa, ”Ya Allah, kasihanilah kami” Tetapi bagaimana jika ditanyakan kepada kita,”Apakah kalian sendiri juga suka menyayangi, mengasihi orang lain?”
Atau hampir setiap waktu kita berdo’a, “Ya Allah, maafkanlah kami” Tetapi bagaimana jika ditanyakan kepada kita,”Seberapa banyak kalian telah memberi maaf kepada manusia?”

Sewaktu masih kecil Imam Husain as (cucu Rasulullah saww) bertanya kepada ayahnya, Imam Ali as, “Ayah, apakah engkau mencintai Allah?”

Imam Ali as menjawab, “Ya, Tentu!”

Lalu Husain kecil bertanya lagi, “Apakah engkau mencintai kakek dari Ibu?” (maksudnya Rasulullah)

Imam Ali as kembali menjawab, “Ya, tentu saja!”.

Imam Husain bertanya lagi, “Apakah engkau juga mencintai Ibuku?”

Lagi-lagi Imam Ali as menjawab, “Ya, Tentu saja aku mencintai ibumu”

Husain kecil kembali bertanya, “Apakah engkau juga mencintaiku?”

Imam Ali as tersenyum dan menjawab, “Ya, tentu saja aku juga mencintaimu!”

Terakhir kali Husain kecil bertanya,”Ayahku, bagaimana bisa engkau menyatukan begitu banyak cinta di dalam hatimu?”

Imam Ali as kemudian menjelaskan kepada puteranya yang sangat dicintainya itu, “Wahai Anakku, pertanyaanmu hebat! Ketahuilah, cintaku pada kakek dari ibumu (Nabi saww), ibumu (Fathimah as) dan kepadamu sendiri adalah karena cintaku kepada Allah. Karena sesungguhnya semua cintaku itu adalah cabang-cabang cintaku kepada Allah Swt”
Setelah mendengar penjelasan ayahnya itu, Husain kecil tersenyum mengerti.

Dan juga dari Sufyan bin Uyainah r.a. ia berkata :
“Barangsiapa cinta kepada Allah, maka cinta kepada orang yang dicintai Allah, barangsiapa cinta terhadap orang dicintai Allah, maka cinta perbuatan yang dilakukan karena cinta Allah, barangsiapa cinta terhadap perbuatan yang dilakukan karena cinta Allah, maka cinta melakukan perbuatan itu tanpa diketahui orang lain.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar