muhasabah

dibawah langit

Assalamu'alaikum

Label

Kamis, 27 Januari 2011

Memantapkan Cinta di Hati yang Terpilih

·Dulu... aku pernah melakukan ta’aruf, namun kandas ditengah jalan. Hal ini karena pasanganku merasa ragu...
Keraguan, biasanya datang karena merasa tidak cocok, merasa takut, takut untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius, takut tidak bisa membahagiakan pasangan, takut karena merasa diri tidak sempurna, takut pasangan tidak menerima segala kekurangan, dan begitu banyak alasan lainnya.

Ya, begitulah kehidupan, dimasa ta’aruf (perkenalan) sudah sampai akhir, kini dua hati harus memutuskan dua pilihan, tangan terbuka atau tertutup. Bila tangan terbuka yang dipilih maka ikhtiar cinta membentangkan jalan lapang menuju pelaminan.  Jika pilihan itu tangan tertutup, jadikanlah perpisahan itu dengan bingkai yang baik.

Menjatuhkan pilihan merupakan hal yang menegangkan, kita di tuntut jeli mencermati bisikan jiwa yang menfatwakan bahwa itulah pasangan jiwa sejati. Namun bisikan itu teramat halus, telinga tak mampu untuk mendengarnya, namun pendengaran hatilah yang diminta untuk menajamkan perannya.

Betapa beratnya mengambil keputusan ketika ta’aruf hanya terhitung bulanan, minggu atau beberapa hari saja.  Sementara mahligai pernikahan itu akan berlangsung hingga akhir hayat lamanya.
Keputusan harus segera diambil, sementara modal dasar atau data-data pendukung sangatlah minim.  Apakah cukup dengan segala keterbatasan mengambil keputusan yang besar?

Mintalah pada Allah agar bisikan itu adalah keteguhan yang mantap. Hingga kedepannya tak ada lagi sedikitpun rasa sesal dengan resiko apapun dari sebuah pilihan. Kita tak perlu takut dengan resiko hari esok, tapi yang patut dikhawatirkan adalah keraguan saat memutuskan pilihan.

Jika resiko salah pilih terbentang dihadapan, kita masih bisa bangkit memperbaikinya dengan modal keyakinan sejak awal. Artinya masih ada harapan untuk merubah takdir ke arah yang cemerlang. Namun  bila diterkam ragu, apa yang bisa diperbuat? Tidak ada. Sebab segala yang dimulai dengan ragu, ujungnya adalah ketidakpuasan yang merusak jiwa. Oleh karena itu, lepaskan diri dari belenggu keraguan.

Pilihan "ya" atau "tidak" memiliki konsekuensi yang luar biasa, bila “ya” maka menjadikan dua insan bersatu lahir batin. Seiring itu pula dipundak masing-masing dipikul amanah selaku suami istri. Namun jika pilihan “tidak” maka akan memisahkan kedua insan tersebut. Dan alangkah baiknya berpisah secara baik seperti indahnya jumpa pertama.

Alangkah baiknya kita melibatkan Allah dalam menentukan pilihan. Panjatkan doa setelah sholat untuk memohon hidayah yang terang.
Allahumma inna nas aluka muujibaati rahmatika wa’azaaima maghfiratika wa salamah min kulli itsmin wal ghaniyyah min kulli birrin wal fauza bil jannah wannajata minannaar.
Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu kepastian mendapat rahmatMu, kemauan yang teguh terhadap ampunanMu, selamat dari dosa, memperoleh setiap kebaikan, berhasil mendapatkan syurga dan selamat dari api neraka.

Yang diminta adalah kepastian rahmat Allah berupa jodoh yang menggandeng kita sakinah dunia akhirat. Yang dimohon hanyalah kepastian agar kegamangan dan keraguan tidak merusak hati. Karna yang diminta rahmat jodoh menuju gerbang mulia agar mendapat ampunan dari segala dosa dan terhindar dari neraka. Dan yang diharapkan adalah rahmat yang membuka banyak pintu kebaikan dan syurga yang diberkahinya.

Kita tidak akan tau akan hari esok, oleh karena itu keputusan tepat memantapkan pilihan cinta hari ini merupakan gambaran cemerlang masa mendatang. Tiada guna merisaukan bagaimana hari esok, namun lebih bermanfaat meneguhkan hati sejak keputusan besar itu dijatuhkan.

Ya Allah, tidak ada keputusan yang benar kecuali atas petunjukMu, tidak ada keteguhan atas pilihan kecuali dari hidayahMu, dan tiada ketentraman kecuali keputusan ini berlandaskan atas cintaMu.
Berkahi dan redhoilah setiap denyut cinta di nadiku.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar